"Masa anak laki cengeng?"
"Laki kok nonton drama Korea?"
"Laki kok dengerin musik baper?"
"Biasa aja kali bro, gitu doang lo sedih!"
Sebagian laki-laki dididik untuk membenci emosi karena dianggap memalukan dan menunjukkan kelemahan. Padahal, laki-laki juga makhluk emosional.
Lebih parah lagi, laki-laki sering tidak memahami emosinya. Akhirnya sebagian laki-laki hanya bisa marah saat sedih atau kecewa karena hanya itu cara yang diketahui.
Data menunjukkan bahwa perempuan lebih sering mengalami permasalahan kesehatan mental. Akan tetapi, kematian akibat bunuh diri lebih banyak terjadi pada laki-laki. Laki-laki terbiasa memendam emosi dan tidak pernah meminta pertolongan.
Manusia berhak untuk sedih, marah, kecewa, dan bahagia, apa pun jenis kelaminnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H