Senyum di wajah kedelapan mahasiswa  STMIK Jendral Achmad Yani Jogjakarta. Seolah tidak pernah lepas,menggambarkan suasana hati riang.
Semakin menghangatkan aula STMIK Achmad Yani yang berada di lantai empat. Tarian mereka memukau peserta Roadshow dengan tema Cyber Crime di Jogja. Yang berlangsung awal bulan Mei.
Dengan kompak mereka melakukan gerakan yang berirama mengikuti alunan musik khas Nusa Tenggara Timur. Membuat badan ini tidak tahan untuk tidak ikut bergoyang.
Tarian Jai yang berasal dari kabupaten Ngada, Flores biasanya ditarikan untuk menyambut tamu kehormatan dan saat berlangsungnya upacara adat.  Tarian ini sudah cukup dikenal di beberapa negara karenaTentara Nasional Indonesia yang tergabung dalamKontinganGaruda sebagai Pasukan Perdamaian  PBB di Lebanon menarikannya di hadapan tentara Pasukan Perdamain lain dari manca negara.
Para penari ini tergabung dalam Sanggar Pamanusa Tim Nusantara di kampusnya. Walau tarian berasal dari Flores, ternyata mereka berasal dari berbagai daerah. Ada dari Makasar, Papua, Jawa Barat, Jawa Tengah, Nusa Tenggara Timur bahkan dari negara tetangga Timor Leste.
Menurut Surahyo Sumarsono seorang konsultan dan pengajar IT di sebuah perguruan tinggi terkemuka di Jogja. Para pengguna telepone pintar atau gadget harus menyadari bahwa saat aktif melakukan koneksi internet. Bukan  hanya alat saja yang dihadapi tetapi juga manusia. Terdapat jutaan orang dibalik atau di belakang alat seperti smart phone. Baik dengan membaca atau sekedar melihat.
Menurut Surahyo, titik terlemah dalam kasus cyber crime ada di dalam diri manusianya bukan teknologi. Kasus Mama Minta Pulsa merupakan social enginering attack. Manusianya yang paling mudah diserang.