Pamer gelar atau titel di CV itu hak setiap orang. Tetapi itu menjadi kurang berarti jika bagian Human Resources and Development (HRD) atau pewawancara lebih berpengalaman dan berilmu daripada anda sebagai pelamar kerja.
Peluang lolos seleksi masih ada jika HRD tidak memiliki pengetahuan atau pengalaman sebagaimana  anda miliki. Apalagi jika perusahaan yang anda lamar sangat membutuhkan pengetahuan dan ilmu anda.
Gelar atau titel bukan satu-satunya cara dan alat yang baik dalam menunjukkan siapa diri anda. Menyantumkan pengalaman kerja atau pernah menduduki jabatan tertentu di CV, cara lain supaya anda kelihatan menarik perhatian HRD.
Titel dan pengalaman kerja itu beda, kakak
Dapatkah anda menjawab sejumlah keraguan HRD atau pewawancara. Sebagaimana yang ditulis admin Kompasiana dalam pengantar Topik Pilihan: Bluffing Lewat CV Kerja (26/2, 14:05). Dapatkah anda menjelaskan titel CV? Apakah CEO, CMO itu juga titel atau gelar? Keahlian apa dan dikeluarkan oleh fakultas apa? Perguruan Tinggi dimana?Â
Memiliki titel wah semacam CEO, CMO, atau jabatan-jabatan mentereng lainnya sekarang bukan baru lagi. Cukup bikin perusahaan rintisan atau start up kecil-kecilan sendiri, kamu sudah bisa jadi CEO. Lalu sematkan pada CV.
Memang, menyematkan hal semacam itu pada CV dapat memberikan kredit tersendiri. Namun, bagaimana dengan kinerjanya?
Nah, mungkin bagi Kompasianer yang kebetulan seorang HR atau yang beneran CEO, bagiamana sih melihat hal ini? Benar nggak sih orang dengan titel "wah" di start up, aslinya emang segitu hebatnya?