"Jangan sekali-kali menyerahkan keperawananmu jika belum ada ikatan resmi pernikahan." Pesan kuno tapi bermanfaat bagi perempuan,jangan sampai masa mudamu yang indah berlalu begitu cepat karena repot ngurusin anak.
"Jangan sekali-kali "melakukan itu "saat masih pacaran," pesan ibu yang masih saya ingat dan kembali saya ulang ke anak-anak saya. Kembali mengingatkan, saat saya masih duduk SMP. Senin test pertengahan atau akhir semester. Sabtu sebelumnya, saya disuruh bolos, untuk ikut seminar tentang pendidikan seks bagi kalangan muda.
Jangan percaya kata-kata tersirat atau tersurat di surat atau chat WA, untuk saat ini. Â Apalagi saat berduaan. Pembuktian cinta dengan hubungan seks itu boleh setelah menikah resmi di depan petugas KUA, di depan imam atau pemuka agama dan tercatat di catatan sipil.
Nafsu dan rasa cinta itu tipis sekali batasnya. Berhati-hatilah. Bukankah kalian sedang berpacaran, bukan sedang bercinta ?
Sekali lagi pacaran itu proses untuk mengenal cinta. Cinta itu artinya rela berkorban, rela membahagiakan, sabar, murah hati kepada pasangannya. Berusaha saling menjaga, maka tidak jarang terjadi konflik atau pertengkaran karena masing-masing takut kehilangan satu sama lain.
Menjaga cinta itu tanggung jawab berdua antara orang yang berlawanan jenis dan saling menyayangi, mengasihi, memperhatikan dan peduli. Bukan hanya milik salah satu, yang perempuan saja atau yang laki-laki saja.
Maka pacaran itu adalah proses mematangkan cinta. Bukan mematangkan buat anak.
Manakala sebuah hubungan tidak dapat dilanjutkan. Ada baiknya disampaikan atau dikatakan. Sebab komunikasi yang baik antar pasangan yang sudah saling cinta harus terus menerus dijaga termasuk saat sudah masuk jenjang pernikahan.
Kesalahan yang kerap terjadi adalah beranggapan, pasangan. Baik itu pacar, kekasih, suami atau istri dituntut untuk jadi "peramal" isi hati dan pikiran pasangannya. Ini yang sering saya sampaikan kepada calon suami istri. Suami atau istri saat ngobrol dengan saya terkait masalah rumah tangga mereka.