Mohon tunggu...
Ko In
Ko In Mohon Tunggu... Wiraswasta - Berikan senyum pada dunia krn tak sedikit yg berat beban hidupnya

Mendengar dan bersama cari solusi.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Ibu Sulam, di Antara Alun-alun Utara dan Titik Nol Jogja

4 November 2020   14:56 Diperbarui: 5 November 2020   21:56 637
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pagar alun-alun Jogja (foto:Ko In)

Seni menyulam kristik semakin kehilangan peminat. Satu persatu dari mereka sudah berkurang kemampuannya untuk menyulam atau sudah dibawa waktu untuk berkumpul bersama dalam alam keabadian. Seperti budhe saya, yang gemar menyulam kristik dan hasilnya menjadi hiasan dinding rumah yang menawan dilihat. 

Saat masih duduk di SMA, saya pernah mendapat hadiah sulaman kristik darinya, kemudian saat saya kost di Jogja sulaman kristik itu saya pajang di kamar kost. Sulaman kristik itu merupakan hadiah atas sebuah pilihan. Budhe sudah berada jauh di sana bersama pakdhe, mungkin senyum-senyum lihat polah ponakannya.

(foto:paketwisata.id)
(foto:paketwisata.id)
Di Museum Batik Yogyakarta, yang berada di Jl. Dr. Soetomo terpajang sulaman kristik yang cukup lebar dan jumlahnta ada 1230 buah lebih sulaman kristik karya Dewi Nugroho. Pemilik dan pendiri Museum Batik yang menyimpan dan memamerkan aneka jenis serta motif batik dari berbagai daerah di Nusantara.

Menyulam Yogya

Kembali ke Ibu Sulam, saat saya ngobrol dengannya sedikit tersirat rasa sedihnya karena sekeliling Alun-alun Utara kini dipagari, sehingga orang tidak dapat masuk ke area Alun-alun Utara. Ibu Sulam sempat merasa bingung harus menyulam dimana karena selama ini kegiatan menyulamnya dilakukan di bawah salah satu pohon beringin yang ada di tengah alun-alun.

Kini kegiatannya kerap dilakukan di sekitar Jl. Pangurakan atau di sebelah timur Alun-alun Utara, tepatnya di Pendopo Lawas. Tidak ada salahnya jika bertemu dengan Ibu Sulam di sekitar alun-alun atau Titik Nol bertanya seputar sulam kristik atau ngobrol apa saja. Sambil menikmati suasana Jogja.

Pagar alun-alun Jogja (foto:Ko In)
Pagar alun-alun Jogja (foto:Ko In)
Sebagai informasi yang saya kumpulkan dan ramu dari internet sulaman kristik ternyata berasal dari bahasa Belanda kruissteek. Kristik atau merupakan seni menyulam benang dengan cara menyilangkan sehingga membentuk suatu gambar seperti bunga, hewan, rumah, pemandangan bahkan wajah orang.

Di Indonesia sendiri seni menyulam kristik menurut beberapa catatan tumbuh saat zaman penjajahan kolonial Belanda. Maka tidak heran jika pola gambar kristik bergambar bangunan, bunga dan orang Eropa sempat jadi warna khas hasil sulaman kristik. Perempuan dengan membawa payung, pemandangan dengan bangunan khas Eropa. Namun sejalan dengan waktu, wajah Doraemon juga menjadi pola sulaman kristik.

(foto: galerykristikwilli.blogspot.com)
(foto: galerykristikwilli.blogspot.com)
Seni sulaman kristik seperti potret yang mengabadikan masa, seseorang atau sesuatu. Sebagaimana penuturan Ibu Sulam, yang lebih sering menyulam wajah Bung Karno. Bahkan berani stok lebih banyak karena tidak sedikit yang menggemari. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun