Memanfaatkan produk keuangan guna memperoleh dana, lewat lembaga keuangan bank atau non bank. Idealnya untuk mengembangkan usaha atau bisnis. Bukan memenuhi kebutuhan sehari-hari apalagi untuk memuaskan nafsu konsumtif.
Namun keadaan atau situasi berbicara dengan caranya sendiri dan orang mesti pandai-pandai menyikapi. Kantor Pegadaian salah satu lembaga keuangan non bank, siaga memenuhi kebutuhan masyarakat, yang membutuhkan dana atau permodalan untuk kelancaran aktivitas usaha.
Pegadaian juga bijak menyikapi kebutuhan masyarakat yang memerlukan uang kontan untuk tujuan non produktif. Seperti membayar sekolah atau kuliah, termasuk untuk kebutuhan sehari-hari dikarenakan kondisi perekonomian keluarga yang kurang baik.
Jika jeli mengamati mengapa zaman dahulu keberadaan kantor Pegadaian tidak jauh dari pasar tradisional. Itu tidak lain karena keberpihakan Pegadaian kepada masyarakat kecil, seperti pedagang pasar yang pendapatannya fluktuatif setiap harinya.
Pegadaian, Produk Keuangan yang Merakyat
Jangan heran orang pernah menggadaikan kain jarit. Perlengkapan rumah tangga seperti piring atau dandang, perlengkapan dapur, terbuat dari tembaga sebagai barang agunan yang berharga saat itu.
Jenis barang yang digadaikan, kini berubah seturut dengan nilai barang pada masanya. Emas atau perhiasan emas masih menjadi favorit di Pegadaian. Dari zaman nenek saya, di zaman kemerdekaan sampai zaman milenial, emas masih menjadi primadona.
Saat ini orang dapat menggadaikan kendaraan bermotor, barang elektronik, handphone dan tentunya emas.
Untuk Kendaraan bermotor caranya sertakan copy Kartu Tanda Penduduk (KTP), Surat Tanda Nomor Kendaraan (STNK), Bukti Pemilik Kendaraan Bermotor (BPKB) asli, dan unit kendaraan dibawa. Mobil atau motor akan ditaksir nilai atau harganya, sehingga ketemu angka maksimal pinjaman yang diperbolehkan.
Pengalaman dan menurut cerita beberapa orang, ekspektasi akan tingkat taksiran pribadi dengan taksiran di Pegadaian yang jauh berbeda. Membuat calon nasabah kecewa, sehingga mengurungkan niatnya.