Bagi yang pernah Kuliah Kerja Nyata, salah satu mata kuliah wajib di kampus, pasti pernah mendapat pengalaman yang berkesan selama tinggal di desa. Keakraban dan persaudaraan terbangun sehinggaga kita seperti punya keluarga baru.
Desa tempat KKN yang jauh dari tempat keramaian, belum ada listrik, jalan tanah, bergelombang. Becek dan licin jika turun hujan. Tidak terasa menjadi rumah kedua yang selalu menumbuhkan rindu untuk kembali kesana.
Rindu suasana pedesaan yang asri, setiap pagi membuka jendela rumah kost selalu disambut dengan kabut. Melihat salah satu dusun yang berada dalam satu pedukuhan tempat KKN sering berselimut kabut. Kabut tersibak dari desa itu jika waktu sudah menunjuk di sekitar angka delapan. Namun sekitar pukul 14 kabut sudah mulai turun pelan-pelan untuk menyelimuti desa tempat kami KKN.
Dusun itu bernama Lor Gunung karena letaknya memang di sebelah Utara atau Lor gunung. Kelihatan dekat dari kost kami. Masih satu wilayah dengan desa SD, di salah satu kabupaten di Jawa Tengah letaknya termasuk di dataran tinggi.
Ada jalan pintas berupa jembatan gantung yang cukup panjang. Waktu yang diperlukan untuk mencapai dusun Lor Gunung memang lebih singkat tetapi harus melewati jalan yang terjal, tidak heran jika malam hari warga lebih memilih jalan memutar. Jika ingin berkunjung ke tetangga dusun.
Saat kami mengadakan pemutaran film layar tancap di dekat rumah kepala desa. Terlihat antusiasme warga. Dari kejauhan warga berjalan dengan membawa obor sebagai penerang jalan. Sehingga seperti ular api sedang melilitkan diri ke gunung. Nampak indah sekaligus bersyukur karena dapat menghibur warga desa walau hanya dengan pemutaran film layar tancap.
Membuat orang lain gembira salah satu pelajaran yang saya peroleh saat KKN. Belajar tentang makna rendah hati dari saudara-saudara baru di desa. Saya tinggal dengan teman-teman dari fakultas yang berbeda. Ada yang dari kedokteran, hukum, teknologi pertanian, kehutanan, teknik dan saya sendiri dari ilmu sosial.
Kami tinggal di rumah kepala desa. Tempat tidurnya dari amben, terbuat dari kayu beralaskan tikar. Dua teman putri saya di kamar tersendiri, tiga teman putra menempati  kamar yang lain. Saya memilih tidur di kursi panjang dan sedikit lebar, khas kursi pedesaan untuk tidur.