Pada suatu malam di kos tiba-tiba terbangun gara-gara kebelet pipis. Celakanya saat akan membuka pintu, tidak menemukan kunci pintu kamar kos yang biasa saya taruh di atas meja belajar. Antara bingung mencari kunci dan menahan pipis menjadi siksaan tersendiri saat itu.
Sudah mencoba tenang dan mengingat dimana kunci pintu kamar kos diletakkan, ternyata tidak membantu ditambah rasa yang tidak enak saat menahan keinginan buang air kecil.
Sejak peristiwa itu, kunci kamar kos tidak pernah lepas dari pintu. Tetap berada di lobangnya dengan posisi terkunci saat tidak bepergian atau tidur
. Apalagi tinggal di Yogya lebih dari empat tahun, memberi pelajaran berharga tentang cara cepat keluar dari kamar kos atau rumah guna menyelamatkan diri bila terjadi gempa.
Gempa malam Minggu itu sempat mengejutkan sebagian warga, yang mendengar seperti suara gesekan dan melihat tembok seperti bergerak. Padahal delapan hari sebelumnya (2/8/2019) sebagian warga Yogya merasakan gempa cukup keras. Lampu gantung di rumah penduduk bergoyang keras atau cepat.
Menurut BMKG, gempa itu pusatnya di 147 klometer barat daya Sumur, Banten dengan kekuatan 7,4 SR yang berpotensi tsunami. Padahal dua bulan sebelumnya Yogya juga sudah dikunjungi gempa. Tepatnya pada hari Minggu (9/6/2019) yang pusatnya berjarak 185 km barat daya Yogya dengan kekuatan 5,7 SR.
Gempa yang sering melanda Yogya mengingatkan dan menyadarkan diri bahwa pengetahuan tentang ancaman bahaya bencana seperti erupsi gunung berapi, lahar  dingin, awan panas, angin puting beliung dan bencana. Merupakan pengetahuan yang wajib diketahui, selama tinggal di kota yang penuh pesona.
Dengan siaga bencana, minimal dapat menghindarkan diri dari kemungkinan menjadi korban dengan luka atau cedera yang fatal. Memiliki reaksi atau tanggap situasi dengan cepat tetapi tetap tenang dan tidak panik.