Namanya Disawa Pawon, letaknya memang di kelilingi sawah. Bagian depannya ada beberapa petak sawah yang baru saja ditanami padi. Bagian belakang untuk saat ini ditanami jagung dan saya berkesempatan melihat mamanya Bre, salah satu penulis Kompasiana Jogja yang mencoba praktik menanam padi atau nandur. Menanam sambil berjalan mundur.
Namanya juga petani dadakan maka banyak polahnya yang sering membuat ketawa ibu-ibu petani yang sedang nandur padi. Apalagi komentar Kjog (Kompasiana Jogja) lain, Aga dan Arni. Lengkap sudah sore itu, suasana yang tenang, tidak begitu panas karena awan menutupi hampir seluruh Sleman bagian utara waktu itu. Berubah jadi ramai oleh tiga cucu Hawa ini.
![Sasha nandur (foto: Ko In)](https://assets.kompasiana.com/items/album/2018/09/20/ok-2-sip-5ba320b512ae94770d4e1b63.jpg?t=o&v=770)
Maka Matahari memilih untuk bersembunyi di balik awan daripada mendengar omelan mereka bertiga. Sambi  mengintip tiga perempuan cantik, berpose dan sibuk mengabadikan suasana serta moment yang jarang ditemui untuk kedua kalinya.
![Perempuan dan sawah (foto:Ko In)](https://assets.kompasiana.com/items/album/2018/09/20/ok-3-5ba320d412ae947ede54c092.jpg?t=o&v=770)
Sekaligus rasa syukur pada Sang Agung yang telah memberi rejeki cukup. Dapat makan bersama keluarga di rumah yang letaknya di kota, jauh dari desa. Tanpa harus repot-repot kotor kena lumpur. Kulit jadi gosong kena terik matahari, atau gatal terkena batang padi seperti saat menanam, merawat  dan memanen padi.Â
![Arni Batik (foto:Ko In)](https://assets.kompasiana.com/items/album/2018/09/20/ok-4-jpg-5ba3216f677ffb08c3254972.jpg?t=o&v=770)
Boleh jadi ada yang mengatakan sejarah terus berulang dan waktu terus berputar. Kemarin itu sejarah, sekarang adalah kenyataan dan besok adalah mimpi. Maka abadikan moment seru saat ada di Disawa Pawon, ciptakan keceriaan dan keakraban. Bangun kebersamaan dengan keluarga, orang tercinta atau sahabat-sahabat terkasih.
![Blankon, Kjog dan Budi (foto:Ko In)](https://assets.kompasiana.com/items/album/2018/09/20/ok-5-jpg-5ba321496ddcae68e9385e82.jpg?t=o&v=770)
Bangunan resto yang berbentuk limasan menjadikan resto ini nampak seperti rumah desa pada umumnya. Yang membedakannya dengan rumah yang lain, ada beberapa umbul-umbul dan papan nama resto "Disawa Pawon".
Sejauh mata memandang ke utara dari dalam resto jika beruntung dapat melihat puncak gunung Merapi yang menjulang tinggi. Seolah mengingatkan kita untuk tidak tinggi hati.