Mohon tunggu...
Ko In
Ko In Mohon Tunggu... Wiraswasta - Berikan senyum pada dunia krn tak sedikit yg berat beban hidupnya

Mendengar dan bersama cari solusi.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Kikis Sekat Imajiner di Antara Satuan Pendidikan, Keluarga dan Masyarakat

14 Agustus 2018   14:21 Diperbarui: 18 Agustus 2018   11:26 435
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Keterlibatan Keluarga dalam pendidikan (Foto:Ko In)

Pendidikan itu artinya mengajak dan mengajar seseorang untuk menjadi lebih bermartabat dan beradab.  Menjadikan seseorang jujur, berbudi dan rendah hati. Terbuka terhadap kritikan dan koreksi serta bersedia mendidik diri, memberi teladan bagi masyarakat dan orang disekitarnya.

Pendidikan tidak sebatas mewajibkan seseorang menempuh jenjang pendidikan tingkat dasar atau tingkat lanjut dan tingkat tinggi. Memulai pendidikan itu melakukan pengelolaan pendidikan di tiap satuan pendidikan. Artinya, memulai pendidikan dari kelompok layanan pendidikan sesuai  jalur yang berbentuk formal, nonformal atau informal.

Sebagaimana Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional menyebutkan bahwa pendidikan formal dan non formal pelaksanaannya secara terstruktur dan berjenjang. Sedangkan pendidikan informal pelaksanaannya dimulai dari keluarga serta lingkungan. 

Paud atau taman kanak-kanak (Foto:Ko In)
Paud atau taman kanak-kanak (Foto:Ko In)
Dengan demikian pengelola pendidikan, baik kepala sekolah dan kepala keluarga mesti memiliki visi pendidikan yang komperehensif dalam proses edukasi di sekolah atau keluarga.

Tiga raksasa

Seorang pemimpin dalam konteks pendidikan menurut Robert J. Starratt , seperti sosok tiga raksasa yang periang. Seorang raksasa yang mengajarkan gelak tawa, raksasa lain mengajarkan pengampunan dan raksasa yang lain lagi mengajarkan imajinasi.

Robert J. Starratt, profesor dari Fordham  University, New York yang berminat dalam bidang kepimpinan, kurikulum dan pengembangan sumberdaya manusia. Memiliki pandangan  terkait pelaksanaan pendidikan yang harus berviri visioner. Tanggap perubahan dan tanggap akan permasalahan lingkungan.

Pemimpin, kepala sekolah, guru, kepala rumah tangga atau orang tua diharapkan memiliki kemampuan membangun kedekatan, suasana riang dan gembira agar setiap didikan mudah dicerna dan diterima oleh peserta didik atau anggota keluarga.

(humanityfirst.id)
(humanityfirst.id)
Setiap anggota keluarga dapat membangun kedekatan dan keakraban dalam mengajar. Mendidik banyak hal tanpa harus menjaga imej atau jaim. Jaga status, karena peran orang tua bukan hanya sebagai pemimpin keluarga tetapi juga pengayom, memberi rasa aman serta menjadi teman atau sahabat bagi anggota keluarga.

Kepala sekolah dan guru memahami kapan berperan menjadi orangtua dan sebagai guru. Kapan berperan menjadi orang tua. Kapan menghidupkan suasana kelas dengan canda dan gelak tawa agar siswa tidak bosan atau jenuh saat menerima materi pelejaran.

Para pendidik di satuan pendidikan formal juga kreatif dalam memberikan hukuman yang berujung pemahaman, bahwa hukuman itu bukan derita fisik atau psikis. Melainkan sifat belas asih karena hukuman dan pengampunan didasari oleh kasih. Agar anak didik memiliki sikap rendah hati dan menghargai.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun