Sabtu dan minggu hari dimana saya memiliki tugas membuat orang gembira dan dapat tertawa lepas. Nampaknya mudah namun tidak sesederhana seperti yang dipikirkan atau diperkirakan.
Banyak hal yang harus mendapat perhatian, dari karakter sampai kemampuan fisik peserta. Padahal jumlah peserta paling sedikit 30 orang untuk setiap akhir pekannya. Saat pertama kali berjumpa, biasanya mereka jaga imaj atau jaim. Seolah kurang percaya kami dapat membuat mereka tertawa hingga akhir acara.
Tidak jarang ada yang datang, "membawa" status sosialnya. Dalam persepsinya, semua orang yang ditemui harus menghormatinya, harus tunduk dan menjalankan apa yang diperintahkannya. Padahal keberhasilan acara ini tergantung dari diri mereka.
Melemaskan Persepsi atau Asumsi
Guna memecah kekakuan diantara sesama peserta dan antara peserta dengan pemandu atau instruktur. Mereka kami kumpulkan di lapangan, diberi penjelasan tentang aturan serta kesepakatan sebelum melakukan kegiatan. Salah satunya. No handphone atau no gadget. Pengalaman membuktikan, cara ini ampuh menggoyahkan persepsi tiap peserta.
Pertama, kami meminta mereka untuk meletakkan semua status sosialnya. Tidak ada pimpinan dan bawahan. Tidak ada kaya dan miskin. Tetapi semua sama sebagai teman. Saling menghormati baik teman dalam kelompok atau kelompok lainnya.
Kedua, untuk memecah kekakauan mindset atau persepsi. Kami berupaya melapaskan sedikit demi sedikit asumsi yang telah tertanam di benak pesarta. Caranya melakukan permainan ringan yang memancing mereka tertawa.
Saat saya mengatakan "Hallo..." mereka harus menjawab dengan "Hai..." Dan sebaliknya, saat saya mengatakan, "Hai...." dijawab dengan, "Hallo..."
"Hallo...hallo....." seru saya. Â Mereka menjawab, " Hai...hai....". Saya mengatakan, "Hallo, hai, hallo." Dijawab dengan kompak, "Hai, hallo, hai." Demikian seterusnya sampai saat saya teriak penuh semangat, "Hallo, hallo, hallo, hallo, hai......" Mereka dengan semangat pula menjawab, " Hai, hai, hai, hai, hallo, ......"