Senja mulai tiba. Matahari pelan-pelan mengucapkan salam perpisahan. Meninggalkan hari dengan keremangan. Orang tua menyuruh anak-anak bergegas masuk rumah. Lampu teras, halaman dan jalan mulai dihidupkan. Tetangga sibuk menutup pintu dan jendela rapat-rapat. Â Penjagaan sekitar rumah menjadi demikian ketat. Tiap lubang ventilasi terpasang kawat kasa yang lubangnya sangat kecil. Serangga seperti nyamuk dipastikan tidak mampu menerobos.
Mata terus berjaga sepanjang malam mengawasi kemungkinan musuh datang. Ditemani televisi yang menyiarkan film, yang sudah tayang berulang-ulang. Â Tanpa sadar mata terpejam. Terlelap dalam mimpi yang masih samar-samar. Tiba-tiba terbangun mendengar suara yang sangat mengganggu di sekitar kepala.
Bayangkan jika menggigit anak-anak atau balita. Mereka akan ribut dan rewel. Â Tangisnya keras dan dapat membangunkan tetangga samping kanan kiri rumah.
Nyamuk, musuh manusia yang tidak mengenal kata menyerah. Kata gencatan senjata, apalagi perdamaian nampaknya tidak akan pernah terwujud. Walau korban sudah banyak berjatuhan diantara kedua belah pihak.
Menurut berbagai sumber, microcephaly dimana kondisi bayi yang lahir mengalami hambatan dalam masa perkembangan.  Ukuran tubuh menjadi kerdil atau pendek. Terjadi perubahan bentuk wajah serta mengalami keterbelakangan mental. Â
Gawatnya serangan nyamuk, sampai-sampai Menteri Pertahanan Brasil menginstruksikan pasukan bersenjatanya untuk menginspeksi rumah-rumah yang berpotensi menjadi sarang nyamuk. Disamping membagi pamflet berisi panduan bagaimana membunuh larva nyamuk.
Nyamuk, Aedes Aegypti dengan virus Zika membuat bayi lahir abnormal. Di Indonesia nyamuk ini kerap melakukan serangan atau teror dengan amunisi berupa virus Dengue. Serangannya cukup mematikan dengan teknik gerilya yang menjadi andalan.
Menyerang di siang hari saat orang beristirahat atau sibuk beraktivitas. Korbannya tidak hanya anak-anak tetapi juga orang dewasa. Jumlah korban meninggal bisa mencapai lebih dari ratusan orang tiap tahunnya.