Mohon tunggu...
Ko In
Ko In Mohon Tunggu... Wiraswasta - Berikan senyum pada dunia krn tak sedikit yg berat beban hidupnya

Mendengar dan bersama cari solusi.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Jogja dan The Power of Ngobrol

24 April 2017   14:07 Diperbarui: 24 April 2017   23:00 631
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Manusia modern mengalami kerinduan akan hakekatdirinya sebagai manusia yang membutuhkandialog secara faktual lewat sapaandalam percapakan atau obrolan. Ngobrol tentang sesuatu yang remeh sampai yang membuat kening berkerut. Semua dapat ditemukan di Jogja

Dudukdicafe-cafebersama kawan dalam suatu komunitas atau kelompok sekedar ngobrol tidak tentu arah untuk melepas kepenatan kerja sehari. Atau melepas kangen dengan sahabat yang lama sudah tidak bertemu sambil menikmati minuman hangat jahe, secangyang airnya merah, wedang uwuhatau kopi.

Ngobrolbisa dimana saja tidak harus di ruangan khusus, lengkap dengan alat-alat penunjang untuk sebuah diskusi. Tetapibisa terjadi di pinggir jalan saat bertanya alamat atau arah tempat yang mendapat jawaban ramah dan niat tulus membantu dari warga Jogja.

Warung angkringan adalah surga bagi sebagian orang di Jogja.

Karena di angkringankebutuhan dasar manusia yang ingin selalu membangun relasi antar sesamanya lewat dialogatau obrolan dengan langsung bertatap muka.Dapat ditemukan di angkringan.

Perjumpaan dengan sesamamenjadikan diri berartidalam hidup yang penuh dengan masalah.Di angkringan, cafe, dan tempat ngobrol lainnya pengalaman hidup yanggetir sampai yang lucu dan membahagiakanakan keluar dengan sendirinya dalam suasana penuh ke akraban.

Pelaku industri wisata di Jogja patut merasa gembira ditengah perubahan perilaku sebagian masyarakat dalam berkomunikasi lewat gadgetatausmatphone yang membuat komunikasi antar manusia tidak harus dituntut bertatap muka secara fisik.Yang menjadikan mereka merasa terasing dan teralienasi dalam menyikapi teknologi .

Masih adaorang yang menyadari hahaket diri sebagai manusia yang membutuhkan keberadaan orang lainsecara fisik saat berkomunikasi.Tidak cukup dengan bahasa teks dan menajamkan telingauntuk mendengar kata-kata dari lawan bicara dismartphonenya.

Wisatawan manca negara mulai menyadari kebutuhan untuk berdialog secara humanis. Menggambarkan citra manusia yang beradab, santun dan bersahaja. Itu ditemukannya di Jogja.

Jogjamengakomodasi kebutuhan itu. Tidak hanya di warung angkringan, cafe-cafe atau di Malioboro. Tetapi di dalam bus kota, di pasar tradisional, di terminal atau stasiun saat menunggu kereta apai atau bus. Dimana pun anda berada di Jogja, orang Jogja enak untuk diajak ngobrol.

Sebagaimana disampaikan Imam Pratanadi Kabid Pemasaran Dinas Pariwisata Jogja.Dari hasil kajian terkait pariwisata Joglosemar (Jogja, Solo dan Semarang). Wisatawan mancanegara usai mengunjungi Borobudur selalu kepingin ke Jogja.

“Di Jogja mereka mengalami hidup bernuansa Jawa. Selain karena keramahan.Orang Jogja saat ditanya akan selalu berusaha membalas,” jelas Imam Pratanadi saat menjadi nara sumber dalam sebuah diskusi pariwisata dengan tema Digitalisasi Wisata Jogja (21/4).

Keinginan berkomunikasi dapat menjadi unique selling pointnya Jogja. Sebab local people sangat atau mempunyai keinginandan usahauntuk berkomunikasiwalau bahasa terkadang menjadi kendala. Namun hal ituyangmenciptakan suasana hangatdalam obrolan.

Ang Tek Khun dari Masyarakat Digital Jogja menuturkanpenilaian salah seorang rekannya dari Jakarta yang melihat  orang Jogja tidak habis kretivitasnya.

Mulanyabingung mengapa cafe-cafeyang buka malam hari membuka show room sepeda motor di depannya. Dibariskan rapi sampai panjang. Dari malam sampai subuh.

Pagi ngobrol, siang ngobrol. Apa saja sih yang diobrolkan ?”, tanyanyakepada Ang Tek Khun .

 Ngobrol bagi sebagian orang mungkin dianggap sebagai kegiatan yang buang-buang waktu. Tetapi di Jogja ngobrol bersama teman di cafe atau di warung angkringan dapat menjadi jalan munculnya gagasan atau ide terkait dengan kegiatan produktif.

Tidak sedikit kegiatan ngobrol yang terkadang tanpa arah tetapi menghasilkan sesuatu gagasan besar yang jika direalisasikan berdampak luas ke masyarakat. Bahkan tidak jarang membuahkan aksi atau kegiatan yang memiliki nilai ekonomis.

Ngobrol, salah satunya di angkringan secara tidak langsung membuat sehat secara mental atau psikologis. Tidak jarang pengunjung angkringan tiba-tiba lancar mengeluarkan uneg-unegnya terkait pekerjaan atau masalah keluarga kepada pengunjung lainnya.

Padahal mereka tidak saling kenal dan saat meninggalkan angkringan pun mereka tidak pernah mengetahui namanya masing-masing.

Obrolandapatterbangun antaralebih daridua tiga orang. Saling tidak mengenal namun terciptaobrolanserius tapipenuh canda. Terselip satire, kegalauan atau kegundahan sebagain rakyat kecil yang melihat berbagai persoalan bangsa.

Dari masalahtoleransi, korupsi sampai masalah bau menyengat dari depo pengisian tabung LPG yang tercium dari pagi sampai pagi lagi. Atau obrolan penuh rasa bangga manakala tentara Indonesia berkali-kali menjadi juara tembak tingkat dunia walau peralatannya kalah modern dibanding peserta lainnya.

Dan obrolan angkringan terkadang sangat dalam. Seperti mengapa tentara kita menjadi juara. Dalam obrolan itu semua hampir sependapat jika dalam mengerjakan tugasnya tentara kita menggunakan hati. Sehingga bidikannya tepat sasaran.

Tentunya obrolan tersebut tidak hanya berkisar tentang tentara Indonesia. Tetapi berputar-putar membandingkan dengan tentara dari negara yang memiliki senjata modern sampai kehebatan Majapahit, Singosari dengan Ken Arok dan keris bertuah buatan Mpu Gandring.

Kekuatan ngobrol atau The Power of  Ngobrol di Jogja tidak jarang membuat aneh wisatawan nusantara yang melihat pengemudi becak duduk dengan santai di atas becaknya sementara wisatawan manca negara yang mengayuh becak .

Kekuatan ngobrol antara pengemudi becak dengan penumpangnya baik itu wisatawan manca negara atau wisatawan nusantara merupakan salah satu kekuatan tersendiri yang mampu menghangatkan Jogja.

Demikian pula semestinya para duta wisata seperti Cici Koko Jogja, Putera Puteri Pendidikan, Duta Mahasiswa atau Dimas Diajeng Jogja tidak cukup pasang senyum ramahkepada setiap tamu yang datang dalam sebuah acara.Tetapi ikut ngobrol bersama tamu atau peserta diskusi saat acara belum dimulai atau saat rehat snack atau makan.

Semoga the power of ngobrolmampu membangun suasana hangat bagi siapa saja yang datang dan tinggal di Jogja.

Ngobrolwalau mendapat ancaman daritemuan teknologi seperti gadget atau smartphone.Ngobrol di perangkat komunikasi modernyang dikenal dengan “chat”. Bukan ngobrol yang sesungguhnya.

Chating menjadikan manusia kehilanganjatidirinya.Terasing dalam keramaian yang semu. Yang diciptakan oleh dunia maya.Obrolan di dunia maya rasanyahambarkarenaemosi atau ruhseseorang saat berbicara tidak dapat terwakili oleh susunan kata atau kalimat.

Oleh karena itu datanglah ke Jogja. Kita ngobrol....

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun