“Di Jogja mereka mengalami hidup bernuansa Jawa. Selain karena keramahan.Orang Jogja saat ditanya akan selalu berusaha membalas,” jelas Imam Pratanadi saat menjadi nara sumber dalam sebuah diskusi pariwisata dengan tema Digitalisasi Wisata Jogja (21/4).
Keinginan berkomunikasi dapat menjadi unique selling pointnya Jogja. Sebab local people sangat atau mempunyai keinginandan usahauntuk berkomunikasiwalau bahasa terkadang menjadi kendala. Namun hal ituyangmenciptakan suasana hangatdalam obrolan.
Ang Tek Khun dari Masyarakat Digital Jogja menuturkanpenilaian salah seorang rekannya dari Jakarta yang melihat orang Jogja tidak habis kretivitasnya.
Mulanyabingung mengapa cafe-cafeyang buka malam hari membuka show room sepeda motor di depannya. Dibariskan rapi sampai panjang. Dari malam sampai subuh.
“Pagi ngobrol, siang ngobrol. Apa saja sih yang diobrolkan ?”, tanyanyakepada Ang Tek Khun .
Ngobrol bagi sebagian orang mungkin dianggap sebagai kegiatan yang buang-buang waktu. Tetapi di Jogja ngobrol bersama teman di cafe atau di warung angkringan dapat menjadi jalan munculnya gagasan atau ide terkait dengan kegiatan produktif.
Tidak sedikit kegiatan ngobrol yang terkadang tanpa arah tetapi menghasilkan sesuatu gagasan besar yang jika direalisasikan berdampak luas ke masyarakat. Bahkan tidak jarang membuahkan aksi atau kegiatan yang memiliki nilai ekonomis.
Ngobrol, salah satunya di angkringan secara tidak langsung membuat sehat secara mental atau psikologis. Tidak jarang pengunjung angkringan tiba-tiba lancar mengeluarkan uneg-unegnya terkait pekerjaan atau masalah keluarga kepada pengunjung lainnya.
Padahal mereka tidak saling kenal dan saat meninggalkan angkringan pun mereka tidak pernah mengetahui namanya masing-masing.
Obrolandapatterbangun antaralebih daridua tiga orang. Saling tidak mengenal namun terciptaobrolanserius tapipenuh canda. Terselip satire, kegalauan atau kegundahan sebagain rakyat kecil yang melihat berbagai persoalan bangsa.
Dari masalahtoleransi, korupsi sampai masalah bau menyengat dari depo pengisian tabung LPG yang tercium dari pagi sampai pagi lagi. Atau obrolan penuh rasa bangga manakala tentara Indonesia berkali-kali menjadi juara tembak tingkat dunia walau peralatannya kalah modern dibanding peserta lainnya.