Mohon tunggu...
Kognisi.id
Kognisi.id Mohon Tunggu... Administrasi - Learning Platform by Growth Center part of Kompas Gramedia

Providing a convenient, insightful, and collaborative learning experience

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Work Life Rhythm: Solusi Bagi Kamu Si Workaholic!

27 Februari 2024   13:56 Diperbarui: 27 Februari 2024   13:57 308
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: blog.kognisi.id

"Kerja lembur bagai kuda" Siapa yang langsung menyanyi saat mendengar istilah tersebut? Tidak ada yang salah dengan kerja keras, namun sesuatu yang berlebihan tentu tidak akan baik. Apalagi jika menjadi workaholic alias si gila kerja.

Jumlah pekerja yang mengalami stres menurut Gallup dalam State of the Global Workspace Report adalah 44 persen pada tahun 2022. Angka ini hampir setengah dari populasi para pekerja, dan merupakan yang tertinggi dalam dekade ini. Di Indonesia sendiri, persentase pekerja yang mengalami stres lebih rendah yautu 21 persen. Salah satu penyebab stres bagi kalangan pekerja adalah ketidakmampuan dalam berhenti bekerja atau menyeimbangkannya dengan hal lain.

Baca Juga : Red Flag dan Strategi Menghadapi Lingkungan Kerja Toxic

Sumber Stres Si Workaholic

Stres yang tidak dikelola dengan baik dapat menimbulkan konflik berkepanjangan. Terdapat tiga sumber konflik  yang berpotensi muncul dalam kehidupan pekerja dan menyebabkan stres. Pertama, perselisihan tentang penggunaan waktu. Yaitu bagaimana cara seorang dapat mengoptimalkan waktunya antara perannya dalam pekerjaan, dan mengasosiasikan perannya dalam keluarga. Contohnya adalah seseorang yang workaholic bisa mengesampingkan alokasi waktu untuk pribadi dan keluarga karena terlalu memprioritaskan pekerjaan.

Kedua, perselisihan atas keterlibatan kerja. Hal ini berkaitan dengan keterlibatan perempuan dalam industri yang semakin meningkat tiap tahunnya. Tercatat melalui data BPS, partisipasi perempuan bekerja tahun 2022 adalah sebesar 52.74 juta atau setara dengan 38.98 persen dari total pekerja. Keterlibatan perempuan dalam bekerja yang cukup tinggi berpotensi menimbulkan konflik dalam keluarga, khususnya mengenai pembagian perannya di rumah. Termasuk bagi para workaholic yang tidak dapat membagi keterlibatannya dengan seimbang.

Ketiga, perselisihan nilai. Untuk kamu si workaholic, perbedaan nilai pribadi dengan lingkungan sebagai contohnya, dapat mendatangkan ketidakpastian dan mendorong terjadinya konflik batin dalam diri.

Apa itu Workaholic?

Masih banyak hingga saat ini pekerja yang kesulitan menerapkan keseimbangan dalam bekerja. Sebagian merasa dilema akan peran ganda yang dimilikinya pada kehidupan keluarga-kerja. Sebagian lainnya, banyak yang menjadi workaholic dengan menghabiskan waktunya dalam bekerja secara berlebihan sehingga mengesampingkan kehidupan lain. 

Mereka yang workaholic dapat disebut sebagai orang yang "gila kerja". Fenomena workaholic ini ditandai oleh beberapa hal sebagai berikut:

  • Bekerja sepanjang waktu : seorang workaholic dapat ditandai dengan isi pikiran yang didominasi oleh pekerjaan, bahkan terus membahas pekerjaan sepanjang waktu. Umumnya, seseorang disebut workaholic jika bekerja lebih dari 45 jam per minggu.

  • Mengesampikan kehidupan personal : jika workaholic memiliki agenda personal baik dengan keluarga maupun teman dan agenda tersebut berbenturan dengan pekerjaannya, maka ia akan cenderung memilih bekerja.

  • HALAMAN :
    1. 1
    2. 2
    3. 3
    Mohon tunggu...

    Lihat Konten Worklife Selengkapnya
    Lihat Worklife Selengkapnya
    Beri Komentar
    Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

    Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun