Pola hidup tidak teratur : karena terlalu mengutamakan pekerjaannya, pola hidup seorang workaholic menjadi tidak teratur. Seperti melewatkan jadwal makan dan mengurangi jam istirahat. Hal ini akan berdampak pada kondisi kesehatan sang workaholic. Seperti gejala insomnia, kelelahan, depresi, hingga menjadi rentan pada beberapa penyakit fisik.
Kurangnya sosialisasi : terlalu fokus bekerja tidak jarang membuat mereka yang tergolong workaholic atau gila kerja menjadi kurang bersosialisasi dan menjaga hubungannya dengan orang terdekat.
Mengenal Work Life Rhythm
Istilah work life rhythm pertama kali diperkenalkan oleh Adam Grant, seorang penulis dan psikolog organisasi. Konsepnya adalah menemukan ritme dalam bekerja. Jika istilah work life balance, yang saat ini begitu masif dibicarakan adalah tentang membagi pekerjaan dan kehidupan personal sebagai dua hal yang terpisah, maka work life rhythm memiliki makna berbeda.
Work life rhythm fokus pada hidup yang memiliki pola dan musimnya. Kita dapat memahami dan menemukan ritme dalam kehidupan. Jika diibaratkan dengan tempo, kehidupan kadang memiliki tempo yang cepat ataupun lambat. Hal ini kembali pada bagaimana kita dapat menyesuaikan tempo kehidupan tersebut.
Karena sejatinya, tubuh memiliki ritmenya tersendiri yaitu ritme sirkadian. Ritme ini menjelaskan pola alamiah yang tubuh miliki secara berulang dan mengatur proses penting dalam tubuh seperti jadwal bangun dan mulai tidur.Â
Contoh penerapan work life rhythm adalah, misalnya di dalam aktivitas kerja yang padat kamu menyisihkan waktu untuk olahraga setiap harinya dengan tempo sedikit, namun akan meluangkan lebih saat pekerjaan sudah mereda atau mengisinya untuk hal lain seperti quality time dengan keluarga.
Tips Menerapkan Work Life Rhythm untuk Si Workaholic
Sebagaimana ritme yang dimiliki oleh tubuh, tentu kita juga dapat menghadirkan ritme tersendiri khususnya dalam menghadapi konflik dalam bekerja agar dapat mencapai kesejahteraan. Beberapa hal yang dapat dilakukan dalam menerapkan konsep work life rhythm ini adalah:
Menyadari bahwa kita punya ritme kehidupan berbeda
Hal ini berkaitan dengan kebutuhan hidup masing-masing. Termasuk tipe pekerja berdasarkan waktu seperti morning person dan night person. Karena setiap orang tentu memiliki ritme berbeda sesuai dengan tipe atau cara bekerjanya. Seseorang yang morning person contohnya, akan cenderung melakukan aktivitas produktifnya pada pagi hari karena memiliki energi yang optimal dan akan membagi waktunya di sore atau malam hari dengan kegiatan yang lebih ringan. Jadi, bagi kamu si workaholic bisa mulai untuk sadar akan adanya ritme ini terlebih dahulu.
Temukan apa ritme kehidupanmuÂ
Sebagai workaholic, istirahat kerap menjadi hal yang diabaikan. Menemukan ritme dapat dilakukan berdasar pada kebutuhan akan durasi istirahat dan seberapa lama kamu dapat fokus. Sangat penting bagi kita untuk mengetahui berapa lama waktu istirahat yang kita butuhkan, atau asupan nutrisi yang tubuh kita perlukan. Dengan mencari tahu informasi-informasi dasar tentang tubuh, akan semakin memudahkan untuk mengetahui ritme kehidupanmu.
Rencanakan jeda dan istirahat
Agendakan waktu istirahat setelah pekerjaan yang diwajibkan selesai, atau rencanakan jeda sementara agar energi yang dihasilkan dapat lebih optimal. Hal ini sangat sesuai untuk kamu yang mengalami workaholic. Contohnya seperti teknik podomoro yang memberikan istirahat atau jeda 5 menit setiap 25 menit kerja. Beberapa teknik lain juga bisa dicoba sesuai dengan ritme yang kamu jalani.
Pantau dan ukur kemajuanÂ
Dimulai dengan menentukan gaya yang paling cocok, seperti membuat to do list atau reminder baik harian, mingguan, atau bulanan sekalipun. Hal ini juga dapat membantu bagi kamu si workaholic yang memiliki peran ganda agar memudahkan menentukan prioritas dan membagi waktu dengan tepat. Contohnya kamu bisa membuat tabel skala prioritas dengan membagi berdasarkan penting dan mendesak.