Mohon tunggu...
Koeswandi
Koeswandi Mohon Tunggu... Wirausaha -

Rakyat Jelata | Pelaut tangguh tidak terlahir dari laut yang tenang

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Membiarkan Ilalang Tumbuh, Berharap Memanen Padi

21 Februari 2016   23:12 Diperbarui: 22 Februari 2016   00:55 683
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Televisi berderak-derak dalam kardus gelisah
Tumpukan laptop, tersambung internet dalam kardus yang sama
Orang-orang bergunjing di kafe-kafe dalam kardus gelisah
Aku dengar matahari tak lagi cemburu pada bulan memesrai malam
Karena siang tak lagi merindui malam
Dulu hanya kudengar dari dalam laptop, seperti bising suara kipas pendingin
Kini suara itu ada di ruang tamu di sini
Menguasai sistem suara multimedia di sini
Melantangkan apa yang dirasakan
Ibu bilang: di halaman rumah, di pinggir jalan pohon mangga boleh berbuah jambu
atau pepaya, yang diperolehnya dari toko-toko siang atau malam
Mereka bosan hidup dalam kulkas
Kini berhamburan di depan pintu-pintu kamar
merebut mikropon mimbar-mimbar agama
yang selama ini menyuarakan keberaturan dan tata krama
mereka menginginkan kunci-kunci kamar
yang di dalamnya ada lemari dan tempat tidur
mereka tak ingin lagi tidur dalam kulkas yang diletakan pada lorong menuju dapur
mereka ingin menjadi bagian dari keberaturan dan tata krama yang tersimpan pada laci-laci lemari
kemudian menjadi ibu yang potretnya dipajang di dinding-dinding kamar
Televisi berderak-derak dalam kardus gelisah
Tumpukan laptop, tersambung internet dalam kardus yang sama
Orang-orang bergunjing di kafe-kafe dalam kardus gelisah
Membiarkan ilalang tumbuh, berharap memanen padi

Jakarta, Februari 2016

Illustrasi: effrafayorisya70.files.wordpress.com

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun