Mohon tunggu...
Koeswandi
Koeswandi Mohon Tunggu... Wirausaha -

Rakyat Jelata | Pelaut tangguh tidak terlahir dari laut yang tenang

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Ketika Segelas Kopi Berkhianat

16 Januari 2016   20:51 Diperbarui: 16 Januari 2016   21:27 985
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Ilustrasi: Fixabay.com"][/caption]

Sore itu pada perjamuan minum di sebuah kafe
Semestinya aku masih berada disana
Bersenda gurau bersama kedua temanku
Berdiskusi untuk selesaikan segala masalah
Atau melukis refleksi dengan cerita lama

Semestinya aku masih berada disana
Bertemu barista yang menyuguhkan segelas kopi keduaku
Karena segelas kopi pertama sudah tersuguh sebelum aku tiba

Semestinya aku masih berada disana
Pada saat suami tercinta menjemputku pulang  ketika perjamuan usai
Kemudian mengantarku kembali keperjamuan minum berikutnya
Untuk saling traktir minuman seperti sore itu

Bagai mimpi buruk menyeramkan,
Segelas kopi itu berhianat pada tegukan pertama
Membakar, mencekik, mengoyak lidah, leher dan lambungku
Mengubah semua cerita menjadi misteri

Jakarta, 16 Januari 2016

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun