Mohon tunggu...
Koerniawan Hidajat
Koerniawan Hidajat Mohon Tunggu... Penulis - Pengajar di PT Swasta Jakarta

Hobi mengajar, meneliti dan memberikan ilmu kepada masyarakat sebagai pengabdian masyarakat, jika di hubungkan dengan keluarga healing/refreshing dengan anak dan istri.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Kata "JANCOK" dalam Gaya Hidup Digital

18 Desember 2023   15:06 Diperbarui: 2 Januari 2024   17:58 272
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber : Dokumen pribadi penulis, 2023

"JANCOK" sebagai budaya populer "Arek Suroboyo" berpenetrasi dengan budaya populer lain seperti bahasa simbol identitas. "JANCO" atau "ENCOK" menjadi bahasa "TREND" sehari-hari di kalangan muda ke-kinian. 

Kebiasaan mengucapkan, menulis, chatting, menggunakan kata "JANCOK" atau sejenis di media sosial saat ini tidak menjadi klaim ciri khas masyarakat Surabaya, tapi di gunakan juga oleh masyarakat lain dengan nilai simbol identitas budaya populer berbeda, sebagaimana contoh di whatshapp komunikasi menggunakan kata "JANCOK" aktif di lakukan kalangan muda mahasiswa dan mahasiswi tanpa memandang identitas budaya dari mana asal mereka berada. 

Fenomena di gunakannya kata "JANCOK" berevolusi di media sosial berbagai bahasa, kata, makna. Stanley J Baran (2010) mengatakan media berpengaruh terhadap budaya khalayak beragam cara, tidak heran di kehidupan masyarakat tidak bisa di pisahkan dari teknologi media komunikasi (Dr. Dedeh Fardiah, 2020:17). Sudut pandang bahasa kata "JANCOK" jadi wacana semantik sisi pragmatis bahasa struktur dan konteks sosial dalam tulisan Saroh (2010:9) memiliki fungsi : 1. Kebutuhan pragmatik memahami bahasa di gunakan di konteks budaya penuturnya, 2. Pragmatik di gunakan tidak terjadi salah paham dengan ucapan pembicaranya. Sebagaimana contoh saat di temui penulis, seorang mahasiswi menunjukkan whatshapp pribadinya dengan kata "JANCOK" ketika komunikasi sesama teman mereka sebagai wujud situasi marah, karena tidak nyaman di bonceng naik ojek online mengenai "anggota tubuhnya", konteks "JANCOK" menampilkan suasana perasaan "marah" seperti ucapan "Fuck You" dalam bahasa Inggris, beda secara harfiah konotasi negatif.

Sujiwo Tejo (Budayawan) "CUK/JANCUK" sebagai variasi bahasa jenis "slank" pemahaman variasi sosial khusus di gunakan kalangan tertentu sangat terbatas tidak boleh di ketahui kalangan luar kelompok. Bentuk lain "JANCOK" sebagai "penghormatan" jenis Daeksis Sosial, di artikan penggunaan bahasa dengan status sosial partisipan dan ada jarak antar penutur, beda status penutur dan petutur (Agus Budiman, Sujiman, Ngatma'in, 2016:83).

Kata "JANCOK" dipakai sebagai dialog dan komunikasi antar teman sebaya, sebagaimana mahasiswi dengan IG "oalaajancoo" menggunakan IG untuk komunikasi kehidupan sehari-hari dunia maya. Penulis menanyakan asal kata "JANCOK" di jawab mahasiswi ini setengah tidak yakin "...tahu sih dari Surabaya"., di katakan bahwa penggunaan kata "JANCOK" bentuk dari keakraban antar teman mereka. Alasan "KEAKRABAN" antar teman mereka karena lamanya mereka kenal, sebagai teman bermain, sering bertemu dan komunikasi. Selanjutnya Penulis menanyakan kalau kata "JANCOK" di lestarikan sebagai latar belakang komunikasi budaya populer "AREK SUROBOYO", dengan alasan sudah masuk budaya populer barat dan negara Asia lain seperti kata "CIMII" (Correct Me If i'm wrong), "KIYOWO" (imut/lucu), mahasiswi itu "setuju" sebagai pelestarian kata budaya populer Surabaya.

Gaya hidup digital merupakan bentuk modernisasi, Martono (2012) menyatakan sebagai proses perubahan masyarakat memperbaiki diri dan usaha memperoleh ciri dan karakteristik masyarakat modern. Proses modernitas sebagai proses luas dan sifatnya relatif tergantung dimensi ruang dan waktu, contoh dimensi waktu  saat ini media sosial berkeyakinan modernitas itu sendiri. Sulianta (2015) menyatakan media sosial berkarakteristik : 1) Transparansi, 2) Dialog dan komunikasi, 3) Jejaring relasi dan, 4) Multi opini. Komunikasi melalui media sosial Instagram (IG) dengan konten bahasa jawa dengan karakteristik multi opini menjadi variasi gaya hidup digital, variasi kata "JANCOK" di tulis menjadi "JAAANNCCCCC" di beri "sad emotion", tercipta opini ide untuk mendapatkan komentar pengguna dan user browsing yang melihat instagram (IG) pribadi seperti "nantikitasambattentanghariini" ini sesuai perasaan. Khotimah (2019) mengutip Sujiwo Tejo (2012) bahwa "...JANCOK itu pisau, dengan fungsi tergantung user dan suasana psikologis pemakai. Jika di gunakan kejahatan menjadi sejata pembunuh, jika di gunakan seorang istri berbakti di keluarga, bisa jadi alat memasak..." (Hanggraito, 2021:12).

Bill Clinten (13/02/2023) menjelaskan hasil survey "We are social dan Meltwater", jumlah pengguna internet di Indonesia Januari 2023 berjumlah 212,9 juta orang, penetrasi internet di Indonesia 77 persen dari 276,4 juta jiwa populasi masyarakat Indonesia, akun aktif media sosial di Indonesia sebesar 167 juta orang atau 60,4 persen populasi masyarakat Indonesia. di deskripsikan oleh Hadi (2005) munculnya budaya pop dari "ideologi gaya hidup" terus menerus merangsang masyarakat konsumsi produk serba glamor di era industri saat ini (Annisa Istiqomah, 2020:22)

Lebih menarik di simak "JANCOK" sisi Budaya Populer dan interaksi masyarakat langsung hasil penelitian Amandintya Anggit Hanggaito (2021) dari 121 sampel masyarakat bersentuhan dengan kata "JANCOK", sisi pendidikan S1 sejumlah 62,8 persen pendidikan S2 sejumlah 30,6 persen dan pendidikan S3 sejumlah 0,8 persen. Sisi Jenis kelamin menunjukkan laki-laki sejumlah 53,7 persen dan perempuan sejumlah 43 persen. Sisi masyarakat yang bekerja dari karyawan swasta yang bekerja sejumlah 24, 8 persen laki-laki dan perempuan, karyawan PNS/BUMN/Pemerintah sejumlah 20,7 persen laki-laki dan perempuan , guru dan dosen laki-laki dan perempuan sejumlah 8,3 persen (Hanggraito, 2021).

  Penggunaan kata "JANCOK" DALAM GAYA HIDUP DIGITAL di atas akhirnya secara kontekstual literasi review ini, penulis menyimpulkan :

  • Penggunaan kata "JANCOK" mengalami penetrasi budaya dengan simbol budaya populer masyarakat lainnya pada era sekarang atau ke kinian sebagaimana di sesuaikan dengan dengan tempat, kultur, suasana, kondisi penuturnya.
  • Penggunaan kata "JANCOK" di kalangan muda terutama mahasiswa dan mahasiswi bukan untuk konteks negatif tetapi sebagai bentuk keakraban dan pertemanan yang lama di antara kelompok mereka tanpa ketersinggungan.
  • Penggunaan kata "JANCOK" memiliki makna ciri khas tersendiri di sandingkan dengan identitas budaya populer masyarakat negara lain seperti Korea dan lainnya.
  • Masyarakat yang bersentuhan dengan kata "JANCOK" tidak hanya kaum / golongan / kumunitas tradisional kecil dan cenderung diartikan "kalangan bawah" / "kalangan kasar" tetapi pada pendidikan kelas sarjana, strata sarjana bahkan doktoral.
  • Penggunaan kata "JANCOK" dalam gaya hidup di gital bagian dari opini dan ide menghasilkan komentar di media komunikasi berbasis digital seperti media sosial saat ini.

DAFTAR PUSTAKA

  • Agus Budiman, Sujinah, N. (2016). DEIKSIS SOSIAL KUMPULAN ESAI BUKU REPUBLIK #JANCUKERS KARYA SUJIWO TEJO. STATISTIKA
  • Annisa Istiqomah, D. W. (2020). ANCAMAN BUDAYA POP (POP CULTURE) TERHADAP PENGUATAN identitas nasional.
  • Dr. Dedeh Fardiah, M. S. (2020). Literasi Media Solusi Harmonisasi Komunikasi Digital.
  • Hanggraito, A. A. (2021). Persepsi masyarakat terhadap penggunaan kata umpatan dalam Komunikasi antar Komunitas Budaya Arek di Jawa Timur. Jurnal Media Dan Komunikasi
  • Saroh, Y. (2010). DISCOURSE ANALYSIS ABOUT “JANCOK OR DANCOK” IN DISCOURSE (SEMANTIC AND PRAGMATIC)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun