Mohon tunggu...
Pangeran Koeboe
Pangeran Koeboe Mohon Tunggu... -

TERUS MENCOBA UNTUK TETAP LEBIH COOL DARI PADA COOLCAS.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Agama adalah Akal (sebuah bantahan) untuk Luthfi Assyaukanie dalam Perspektif JIL

16 April 2013   03:48 Diperbarui: 24 Juni 2015   15:08 4335
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pertama kali mau nulis penyakit lama gw kumat ‘bingung nentuin judul’, weleh,weleh. Padahal ni edisi merupakan edisi bantahan untuk saudara Luthfi Assyaukanie yang merupakan pentolan Jaringan Islam Liberal yang panjang lebar ngebahas soalan Agama dan akal dalam perspektif JIL yang termuat dalam islamlib.com. Busyet dah (pake Y), pake acara bantah-bantahan segala, emangnya siapa gw berani-beraninya ngebantah seorang pakar jebolan Universitas Yordania yang mendalami Hukum Islam dan Filsafat yang namanya sudah berkibar dimana-mana itu? Gw mah bukan siapa-siapa kalo urusan elmu, jujur saja gw kaga ada apa-apanya dibandingkan dengan Luthfi Assyaukanie ini, tapi peduli apa? Bukankah ngebantah orang hebat merupakan prestasi tersendiri, kalo salah yah wajar saja wong dia hebat kok, nah kalo benar apa ga heboh tuh?.

Tapi ni soalan sebenarnya bukan masalah hebat atau tidak hebat, ni soalan sebenarnya sudah lama mau disampaikan, tapi berhubung dan berhubung setelah dihubung-hubungkan gw kok jadi ragu. Keraguan ini bermula ketika secara tidak sengaja gw membaca Sebuah hadist Nabi saw yang berbunyi “Agama (islam) itu ialah akal, tidaklan agama bagi orang yang tidak berakal baginya” ni maksudnya apaan? Bolak-balik cari referensi didunia maya yang konon khabarnya gudang dari segala gudang elmu, e ladalah yang ketemu malah kata-kata “palsu” waduh iki kepriye pakde? Berbagai tulisan dan paparan yang menerangkan soalan Agama dan Akal menjelaskan bahwa hadist yang dimaksud merupakan hadist palsu, karena disampaikan oleh orang yang belum bisa dipertanggung jawabkan kebenarannya. Tidak ketinggalan pula disebutkan bila seseorang menyampaikan dan mengabarkan hadist dimaksud kepada orang lain maka hal tersebut merupakan dosa. Waduh, apa ga ketar-ketir jadinya? Ya sudah tinggalkan saja, ngapain juga mesti repot-repot nambahin dosa yang ga karu-karuan ini.

Setelah sekian lama terlupakan (meskipun sebenarnya masih ada yang ngeganjel) kok tiba-tiba gw menemukan sebuah paparan yang amat sangat menarik mengenai Agama dan akal ini yang ditulis oleh Luthfi Assyaukanie dan termuat dalam Islamlib.com. Dalam tulisannya yang berjudul Agama dan Otak manusia saudara Luthfi Assyaukanie mengatakan (kutip)Agama bukan hanya akal, tapi merupakan produk akal manusia, tanpa akal tak ada agama, hanya makhluk hidup yang berakal yang beragama. Yang tidak berakal tidak menciptakan agama dan tak perduli dengan agama”. Waduh, ni pakar arah tujuan nya kemana? Masa iya Agama merupakan produk Akal manusia? Ni beneran atau bercanda? Ck,ck,ck (untuk selengkapnya silahkan kunjungi Islamlib.com).

Bolak-balik dibaca dan ditelaah tulisan Luthfi Assyaukanie mengenai Agama dan Akal dalam perspektif JIL nya, makin lama otak gw malah makinga nyampe, ni pakar niatnya mau mencerahkan atau justru menyesatkan? Bejibun pertanyaan nongol dibatok kepala gw yang sebenarnya sudah kaga ada otak nya ini, bener-bener dah masa iya Agama produk akal manusia? ini mah bisa-bisa pembenaran saja supaya Jaringan Islam Liberal bisa tetap eksis dan diakui keberadaan nya. Setelah ngebaca dan mencoba menelaah apa maksud dan tujuan Luthfi Assyaukanie inginkan disaat itulah gw ngecoba memantapkan hati guna memberi penjelasan apa sebenarnya yang ingin disampaikan oleh hadist dimaksud, tanpa berharap memperpanjang atau mempermasalahkan sahih tidaknya hadist yang menyatakan Agama dan Akal ini.

Ok lah kita mulai saja, begini sodara-sodara sekalian, mungkin diantara kita dimari ada yang pernah ngedenger ataupun ngebaca hadist yang ngebahas soalan Agama dan Akal ini (bahkan ada juga sebagian yang berpendapat ini merupakan pepatah Arab, yang mana yang benar sejujurnya gw sendiri tidak begitu faham), nah dalam kesempatan ini gw ngecoba ngebahas apa yang sebenarnya ingin disampaikan oleh hadist dimaksud? Tentu saja yang akan gw sampaikan berbeda dengan apa yang Luthfi Assyaukanie paparkan dalam konteks Liberalnya, makanya ni tulisan gw beri judul Agama ialah akal (sebuah bantahan) untuk Luthfi Assyaukanie dalam perspektif JIL.

“Agama (islam) itu ialah akal, tidaklah agama itu bagi orang yang tidak berakal baginya”

Nah ni dia ni yang banyak menimbulkan berbagai pertanyaan? dalam beberapa keterangan yang bertebaran di dunia maya disebutkan hadist mengenai Agama dan Akal merupakan hadist palsu, tapi dalam perspektif Islam Liberal justru hadist yang mengenai Agama dan Akal ini merupakan pembenaran atas kekuasaan Akal terhadap manusia, sampai-sampai seorang pakar dari Islam Liberal tanpa ragu-ragu menyatakan bahwa Agama merupakan produk Akal manusia, Benarkah demikian? gw jawab tidak, bagaimana yang seharusnya?

Begini penjelasanya.

“Agama (islam) itu ialah akal, tidaklah agama itu bagi orang yang tidak berakal baginya” Sebagai manusia yang berakal sudah sepatutnya kita menggunakan akal kita dalam memaknai apa yang sebenarnya ingin disampaikan oleh hadist dimaksud. Benarkah Islam itu agama akal? Benar, Islam memang benar agama akal. Karena hanya orang-orang yang berakal lah yang diwajibkan menjalankan ketentuan-ketentuan ajaran Islam. Di dalam Islam disebutkan Anak-anak atau orang yang belum sempurna akalnya (belum akil baliq) tidak diwajibkan menjalankan syariat Islam, pun demikian juga ketentuan ini diberlakukan terhadap Orang yang tidak sehat akalnya atau Orang gila. Jadi kalo mau simpel nya, Agama Islam tidak memberlakukan ketentuan-ketentuan ajarannya bagi orang yang belum sempurna akalnya dan orang yang tidak berakal, seperti Anak-anak dan Orang gila. Dengan adanya penjelasan mengenai Agama dan Akal ini yang menerangkan bahwa yang belum sempurna akalnya (anak-anak) dan yang tidak sehat akalnya (orang gila) tidak diwajibkan menjalankan ketentuan-ketentuan dalam islam, hal ini tentu saja bukan berarti bahwa agama Islam itu mendewakan akal, karena sesuatu yang berkaitan dengan akal didalam ajaran agama Islam sudah mempunyai ketentuannya sendiri berupa dalil aqli dan dalil naqli (mengenai dalil aqli dan naqli silahkan mampir dimari -> http://filsafat.kompasiana.com/2012/06/20/jil-jaringan-islam-liberal-dan-landasan-dalam-berpikir-471024.html ).Jadi yang ingin disampaikan didalam hadistAgama dan Akal itu adalah ketentuan-ketentuan ajaran agama Islam itu hanya diwajibkan bagi orang-orang yang berakal, Yang belum sempurna dan tidak sehat akalnya tidak diwajibkan menjalankan ketentuan-ketentuan ajaran agama Islam.

Jika kita kembali lagi pada penjelasan Luthfi Assyaukanie mengenai Agama dan Akal dalam perspektif Liberalnya, gw kok semakin ga faham dengan pakar-pakar dari Jaringan Islam Liberal ini yang konon ceritanya jebolan Universitas-universitas terkemuka dari negara-negara Arab. Masa iya yang belajar tentang Islam langsung dari negara-negara tempat dimana Islam diturunkan punya pemikiran yang justru bisa menyesatkan umat Islam itu sendiri? Tapi ya sudahlah, itu urusan dirinya karena pada saat ini diriku juga sedang mempunyai urusan sendiri. Urusannya adalah jika memang benar hadist mengenai Agama dan Akal ini merupakan hadist palsu, maka urusannya adalah gimana gw mempertanggung jawabkan tulisan ini, karena mau tidak mau suka tidak suka gw sudah menyebarkan hadist ini.

Tapi sudahlah yang terjadi maka terjadilah, karena pada saat ini gw memang meyakini bahwa Islam itu memang agama akal, karena didalam Islam kita dianjurkan untuk berpikir guna mencerna dan memahami segala persoalan yang ada dengan kemampuan akal kita yang sangat terbatas ini, jikapun didalam perjalanannya akal kita tidak (belum) mampu menelaah dan menemukan jawaban atas sebuah pertanyaan hal ini tentu saja bukan disebabkan sesuatu itu tidak masuk akal akan tetapi lebih disebabkan terbatasnya kemampuan akal kita dan terbatas pula penguasaan ilmu pengetahuan pada diri kita, dan sebagai orang yang percaya kepada kekuasaan sang pencipta dan pemilik segala ilmu yang ada di dunia maupun diakhirat kita diwajibkan kembali kepada keyakinan dan kemantapan didalam hati,bahwa sesuatu itu memang sudah seperti itu keadaannya.

[caption id="attachment_248038" align="alignnone" width="639" caption="Arrahman.com"][/caption]

Wuih panjang lebar ni soalan, ya sudahlah dah keriting juga ni jempol ngebahas soalan Agama dan Akal, disini gw hanya berharap semoga pemirsa sekalian merupakan Orang-orang yang berakal yang tentu saja bisa menggunakan akalnya dalam menanggapi tulisan ini, gw kira cukup sekian selamat menikmati hidangan dan semoga bermanfaat.

SALAM

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun