[caption id="attachment_339430" align="alignnone" width="620" caption="Tempo/Fully Syafi"][/caption]
Delapan tahun sudah semburan lumpur lapindo, menenggelamkan rumah-rumah, area persawahan, dan industri kecil maupun besar di kecamatan Sorong Sidoarjo, puluhan ribu manusia kehilangan pekerjaan, ribuan rumah terpaksa tenggelam oleh luapan lumpur, Ribuan hektar sawah hancur, sarana umum tidak berjalan.
Mereka marah, mereka murka, mereka berunjuk rasa, mereka memblokir jalan, mereka meminta minta sumbangan, apa mereka salah?
Mereka berjuang atas perut mereka, mereka berjuang untuk pendidikan anak-anak mereka, mereka juga berjuang atas nasib dan kehidupan mereka dan Negara lalai atas mereka.
Pada tanggal 29 Mei 2006, dini hari adalah mimpi buruk masyarakat porong, kegelapan mulai menyelimuti, lumpur panas dan gas mulai menyembur tanpa ampun dan menenggelamkan desa mereka.
Pada tanggal 14 Agustus 2006, Tritech Petrolium yang merupakan konsultan perminyakan dunia dalam laporannya menyebutkan bahwa insiden semburan lapindo akibat tindakan yang incompeten and in contravention of good well control practice. Bahkan laporan tersebut menyebutkan Lapindo Brantas Inc. telah bertindak reckless and negligent atau ceroboh dan lalai. (http://korbanlumpur.info/portfolio/laporan-awal-tritech-petroleum/ )
Semburan tersebut akibat dari kegagalan operator dalam mengatasi ledakan bawah tanah yang merupakan akibat tidak dipasangnya selubung pengaman secara layak dalam sumur bor. (http://korbanlumpur.info/portfolio/29-mei-2006/)
Kita semua sadar dan tahu siapa yang sebenarnya harus bertanggung jawab, Dalam PP No 14 Tahun 2007 PT Lapindo Berantas harus membeli tanah dan bangunan masyarakat yang terkena luapan lumpur lapindo sidoarjo dalam rangka penanganan masalah sosial.
(http://prokum.esdm.go.id/perpres/2007/perpres_14_2007.pdf)
Tapi kenyataannya Lapindo Masih Menunggak Ganti Rugi Rp 850 Miliar yang belum dibayarkan, (http://www.tempo.co/read/news/2014/03/27/206565859/Lapindo-Masih-Menunggak-Ganti-Rugi-Rp-850-Miliar)
Lagi-lagi Masyarakat lah yang menjadi korban dan yang paling dirugikan dari peristiwa tersebut. Mereka harus mengungsi, kehilangan mata pencaharian dan tanpa adanya kompensasi yang layak. Lapindo sangat sering mengingkari perjanjian – perjanjian yang telah disepakati bersama dengan para korban.
Air mata tidak akan kering, ketakutan akan selalu menyelimuti mereka, karena mereka adalah korban keserakahaan manusia yang kita semua tahu siapa. Mereka terdolimi oleh kekuasaan, uang menjadi raja di negeri ini dan tidak ada keadilan.
Mari kawan kita bersama masyarakat sidoarjo berdoa, agar pemilihan presiden tahun ini bisa menyelesaikan malasah Lumpur sidoarjo, Agar pemilihan presiden kali ini menghasilkan pemimpin yang peduli, tidak serakah akan kekuasan, merakyat dan sederhana.
Saya dan kawan kawan di seluruh Indonesia yakin doa masyarakat sidorjo yang terdolimi akan dikabulkan, karena doa mereka tidak ada hijab (penghalang) antara mereka dengan Allah sama halnya disurga Nya
Kodar Sudiono
Alumni ITS