Mohon tunggu...
Caliks_Amuntoda
Caliks_Amuntoda Mohon Tunggu... Wiraswasta - Setiap detik adalah belajar

Carpe diem

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Hanya Debulah Aku

26 Februari 2020   18:10 Diperbarui: 26 Februari 2020   18:09 422
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Aku hanya setitik air pada timba
Aku hanya seberkas debu di kaki-Mu
Hanya tiupan nafasmu aku ada

Aku berusaha melawan-Mu
berusaha setara dengan-Mu
Itulah aku yang lupa

Lupa untuk berkata terimakasih
Lupa untuk mengucap syukur
Lupa akan siapa aku
Lupa akan yang Maha kuasa
 
Saat abu menyesap di dahiku
Sadar kadang datang terlambat
Penyesalan selalu kemudian
Tapi Pertobatan selalu memberi jalan
Tangan yang terentang
Selamanya menunggu untuk di dekap
Sampai abu menjadi debu
Aku tetap hanyalah debu di alas kaki-Mu

Wangatoa, 26 Februari 2020

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun