Aku hanya seberkas debu di kaki-Mu
Hanya tiupan nafasmu aku ada
Aku berusaha melawan-Mu
berusaha setara dengan-Mu
Itulah aku yang lupa
Lupa untuk berkata terimakasih
Lupa untuk mengucap syukur
Lupa akan siapa aku
Lupa akan yang Maha kuasa
Â
Saat abu menyesap di dahiku
Sadar kadang datang terlambat
Penyesalan selalu kemudian
Tapi Pertobatan selalu memberi jalan
Tangan yang terentang
Selamanya menunggu untuk di dekap
Sampai abu menjadi debu
Aku tetap hanyalah debu di alas kaki-Mu
Wangatoa, 26 Februari 2020
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!