Yang suka menontonnya, biasanya ibu-ibu rumah tangga,
sebagai pengisi waktu di rumah, sekalian jadi bahan untuk bergosip.
Juga para wanita single sebagai pemuas mimpinya untuk segera menikah (dan semoga dengan pangeran kaya nan tampan).
Yang tidak suka,
alasanya karena tayangan tersebut tidak mendidik, tidak berguna, meracuni pikiran para penonton tv,
dan bla...bla...bla.
Padahal kalau boleh jujur, mereka sebenarnya iri karena pernikahannya tidak semegah dan semewah Raffi Ahmad.
Plus yang mendokumentasikan jangankan stasiun tv,
paling banter hanya tukang video keliling.
Jadi ini bukan soal Raffi Ahmad atau pun siaran langsung acara perkawinannya yang menurut Anda tidak bermutu.
Tapi soal bagaimana perspektif egosentris Anda dalam memandang sesuatu yang menurut Anda hiperbola.
Subyektivitas yang bermain.
Kalau tidak suka, ya tidak suka.
Alasan sih bisa dicari.
Belajar menerima kelebihan orang lain, dan menyadari kekurangan diri sendiri.
Sesuatu yg lebih dan hebat pada orang lain boleh membuat Anda iri tapi bukan untuk sirik berantipati.
Tonton dan nikmati sebagai hiburan bila mau.
Kalau tidak suka, cukup ganti chanel atau matikan tv, tanpa perlu memendam luka batin karena melihat "kelebihannya" di atas "kekurangan" Anda.
(LBP)
Salam anget
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H