Mohon tunggu...
K. Fatmawati
K. Fatmawati Mohon Tunggu... Desainer - Penjelajah

Desainer grafis yang berfokus pada keseimbangan lingkungan, pendidikan, tatanan sosial budaya, ilmu pengetahuan dan percepatan digital.

Selanjutnya

Tutup

Olahraga Pilihan

Phobia Suporter Bola

3 Februari 2015   16:19 Diperbarui: 17 Juni 2015   11:54 143
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
14229273482011217972

Pulang dari kantor kemarin malam, rupa-rupanya menoreh ingatan buruk hingga pagi ini. Kurang lebih pukul 8 malam, saya agak terkejut dengan banyaknya aremania (sebutan suporter arema) yang melakukan konvoi di kawasan Araya, Malang. Oh, dan saya baru ingat, kalau tanggal 1 Februari kemarin tim ini menang di laga Final Inter Island Cup 2014 lawan Persib. Konvoi yang terdiri dari pengendara motor yang membawa bendera besar sambil berteriak-teriak ini, bagi saya saya menakutkan.

Ah kalau saya, tidak usah diambil pusing. Ada seorang bapak tua yang membonceng istrinya (yang sudah tua) di depan saya. Saya berkendara tepat dibelakang motor mereka. Tentu saja dalam situasi seperti ini, mendahului kendaraan lain, adalah hal yang kurang bijaksana. Aremania yang tengah berkonvoi itu, ada di arah berlawanan, namun memakan 75% lebar jalan. Bayangkan hebohnya konvoi tadi malam!

Rasa takut saya akan konvoi, berganti dengan rasa jengkel dan emosi, saat ada beberapa anak bermotor yang membawa bendera besar ini sengaja mendekat ke arah kakek dan nenek ini. Lalu kencang sekali mereka berteriak "Woi, minggir, mbaah! Iki dalane aremania!!" (Woi, minggir nek/kek! Ini jalan milik aremania!). Tentu saja motor didepan saya langsung tidak stabil, dan langsung anjlok keluar aspal. Mereka tidak sampai jatuh, tapi tampak gemetaran. Sedangkan si anak yang berteriak tadi, entah kemana, sudah hilang ditelan kerumunan konvoi. Huh!

Kakek nenek itu ternyata langsung masuk gang kecil, sedangkan saya akhirnya berhasil melewati konvo panjang itu (dengan masih jengkel). Kakek nenek saya semuanya sudah wafat, saya kehilangan sekali saat mereka di makamkan. Hingga kesal sekali rasanya, saat ada seseorang yang berperilaku kasar pada kakek-kakek atau nenek-nenek.

[caption id="attachment_394612" align="aligncenter" width="300" caption="foto aremania (dok.wearemania)"][/caption]

Baru sebentar keluar dari barisan konvoi, saya kembali terkejut melihat banyaknya orang yang tumpah ke sepanjang jalan kawasan Masjid Sabilillah. Lampu merah di pertigaan Masjid Sabilillah dan Jalan Borobudur, juga penuh dengan aremania (yang mungkin menunggu bus tim Arema Cronus lewat). Laki-laki, perempuan, anak-anak hingga dewasa semua ada disini memakai atribut putih biru.

Menunggu lampu merah, saya didatangi seorang pria berkostum motif arema. "mbak, minta duit! buat beli rokok!" (sambil memegang spion motor saya). Beberapa yang lain juga mengetuk kaca mobil yang ada didepan saya. Mereka minta rokok karena mereka aremania dan kedinginan menunggu arema lewat, katanya. Saya memang ada uang, tapi didalam tas punggung. Tidak mungkin juga saya harus ambil uang dalam situasi seperti ini. Beruntung lampu merah berubah menjadi hijau, sehingga saya bilang "maaf" sambil tancap gas. Mobil didepan saya ini, ternyata juga menutup kaca rapat-rapat. Takut, sepertinya.

Sampai di rumah dengan selamat, rasanya saya sudah bersyukur. Langsung minum air putih, dan menenangkan diri. Tentu saja masih jengkel dengan apa yang aremania lakukan pada kakek nenek bermotor itu. Saya berfikir, sampai kapan hal ini dibiarkan terus oleh manajemen, pemerintah setempat, dan kepolisian? Saya yakin, tidak hanya saya yang lelah dengan anarkisme para suporter bola ini.

Akhir kata, selamat untuk Arema Cronus. Atas kemenangan melawan Persib di Final Inter Island Cup 2014. Dan besar harapan saya agar supporter tim bola di manapun kalian berada, bisa menjaga ketertiban, keamanan, dan kenyamanan. Jangan sampai tingkah supporter yang anarkis ini, kemudian menutupi keberadaan para supporter yang tertib. Jangan sampai juga, keberadaan suporter bola yang awalnya bertujuan baik, menjadi meresahkan dan menakutkan bagi masyarakat setempat.

Eits, tapi ini tidak hanya untuk suporter bola. Segala bentuk suporter, konvoi, dan hal-hal lain yang berhubungan dengan keramaian, masuk dalam pembahasan ini.

cheers!
@knfatmawati

Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun