Mohon tunggu...
M Zidan Almandaswara
M Zidan Almandaswara Mohon Tunggu... Desainer - Mahasiswa Universitas Sanggabuana YPKP

Seorang yang bergerak di bidang kreatif dan menyukai kemajuan teknologoi.

Selanjutnya

Tutup

Artificial intelligence Pilihan

Hadirnya AI Saat Ini, Apakah Pekerja Kreatif Akan Terancam Punah?

26 Desember 2023   09:00 Diperbarui: 26 Desember 2023   09:00 213
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dalam dekade terakhir, kecerdasan buatan atau artificial intelegence (AI) telah lahir sebagai teknologi canggih yang membawa suatu gebrakan yang besar, mulai dari meringankan pekerjaan hingga memberikan solusi cerdas. Hadir nya sosok AI layaknya suatu cahaya baru yang menjadi pusat perhatian, program yang lahir dengan memiliki kecerdasan yang tersistem oleh algoritma yang dapat mengerjakan atau membuat sesuatu hal yang berdasar pada apa yang kita inginkan. Tentunya dengan kemampuannya yang luar biasa dalam memecahkan masalah dan memberikan saran praktis secara cuma cuma dengan persyaratan tertentu.

Meski kehadirannya itu membawa banyak manfaat AI juga memiliki konsekuensi negatif. Ketergantungan manusia pada AI dapat menyebabkan keraguan dalam kehidupan manusia, contoh hal yang berlaku pada sisi emosional yakni keraguan atau bimbang dalam pengambilan keputusan, kemudian ketergantungan terhadap bantuan yang instan, sementara itu juga penggunaan AI ini ada yang bertuju pada bentuk tindak criminal, contohnya banyak terjadi seperti manipulasi gambar dan bentuk kriminalitas lainnya yang tentunya menimbulkan ancaman serius dan pelanggaran yang tegas.

Selain itu pada aspek industry khususnya terkait profesi dan juga tenaga kerja besar kemungkinan terkena imbasnya, terutama mereka yang berkecimpung di industri kreatif, kehadiran AI menimbulkan kekhawatiran, karena dengan adanya AI ini dapat menyebabkan beberapa profesi terpaksa ditiadakan dan diambil alih Oleh AI ini. Meskipun AI dapat membantu para tenaga kerja dengan profesi ini yang dimana dalam proses pembuatan karyanya atau sebagai media penunjang inovasi nya dalam berkarya itu dibantu dengan AI, penggunaan yang berlebihan dapat merusak mindset kreatif manusia dan merusak proses pengembangannya.

Dilansir dari salah satu Artikel mengenai dampak AI terhadap industry atau pekerjaan seseorang, dapat dibenarkan bahwasannya pengaruh AI terhadap profesi akan menjadi sebuah kekhawatiran bagi beberapa tenaga kerja dari berbagai profesi. Karena dengan adanya AI ini, banyak profesi yang akan di “otomatis” kan. Hal tersebut mencakup banyak sekali profesi, dapat diperkirakan dalam 5 sampai 6 tahun ke depan akan ada 85 juta profesi yang di otomatiskan secara masif, dari profesi yang mudah seperti desainer grafis hingga profesi yang kompleks seperti programmer sudah dapat digantikan oleh AI.

Dari sudut pandang orang yang bergerak di industri kreatif itu sendiri tentunya hal tersebut menjadi sebuah kekhawatiran tersendiri mendengar bahwa pekerjaan yang ditekuni akan terampas paksa oleh sebuah algoritma system. Namun tanpa memandang sebelah mata dengan adanya AI ini di satu sisi pekerjaan dalam menggarap sebuah karya atau project dapat sedikit banyak terbantu oleh karena itu ada beberapa alasan untuk saat ini bahwasannya profesi yang dikerjakan oleh manusia secara manual lebih unik dari yang dilakukan secara otomatis dari AI, meski tidak ada jaminan hingga kapan hal tersebut akan tetap berlangsung. Karena seiring beranjaknya waktu perkembangan akan semakin pesat tergantung manusia dapat atau mau untuk mengikuti nya atau diam tertinggal zaman, dalam dunia kreatif sendiri khususnya desainer grafis tentunya memiliki kreatifitas seluas langit dibanding dengan AI yang sistematis, hal demikian lah yang membuat kita satu Langkah didepan mesin ini.

Karya yang dihasilkan oleh AI dan manusia tentunya memiliki perbedaan dimana manusia memiliki rasa yang khas dalam menciptakan ide, berbeda dengan AI yang menggantikan jejak dalam proses pengembangan suatu ide dengan suatu ketidaknyataan algoritma, kemudian dalam kolaborasi karya terkadang karya manusia dengan karya hasil system, menciptakan harmoni yang seringkali seperti detingan piano yang keliru. Selepas itu kreativitas yang dijunjung pun seperti ide yang terpenjara dimana kreatifitas manusia itu terkurung dalam batas batas logika dan pola yang harus terukur, seolah hal tersebut terkunci oleh suatu sangkar sistem yang sangat paham namun tidak bisa merasakan suatu karya, dengan begitu hadirnya mesin ini seringkali menjadikan kreatifitas tersumbat oleh ke presisian dan ke sistematisan dalam membuat karya.

Dengan begitu dapat digaris bawahi bahwa, dalam menyikapi ancaman ini, para pekerja industri kreatif perlu sebuah cara atau usaha dalam menjaga kualitas dari ke kreatifan di era yang serba instan ini. Mungkin jawaban yang paling relevan adalah tetap berpondasi pada ke kreatifan diri sendiri serta berkolaborasi dengan bijak sehingga menciptakan suatu karya yang didasari oleh ke kreatifan dan kebebasan manusia serta ditunjang dengan ke efektifan dan ke efisienan dari mesin (AI).

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Artificial intelligence Selengkapnya
Lihat Artificial intelligence Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun