Soal CCTV, Taufik Hadiawan Berpikiran Status Quo ?
JAKARTA, KOMPAS.com- Kepala Satuan Polisi Pamong Praja DKI Jakarta Kukuh Hadi Santoso menyatakan tidak setuju dengan usulan anggota DPRD asal Fraksi Gerindra Taufik Hadiawan, agar Satpol PP diberi tugas mengawasi penjualan minuman keras (miras) di minimarket. Menurut Kukuh, jajarannya tidak akan sanggup melakukan penjagaan minimarket selama 24 jam non-stop.Ia pun mengaku lebih setuju dengan wacana Gubernur Basuki "Ahok" Tjahaja Purnama yang lebih memilih memasang kamera pengawas (CCTV).
Sudah sangat wajar jika seseorang yang ingin mempertahankan budaya lama dan rasa naman yang bakal terganggu, selalu berpikiran dan berupaya untuk tidak terusik atas kepentingannya.
Untuk pengawasan mini market yang jumlahnya ribuan didaerah DKI, sudah sangat efektif jika teknologi canggih dipergunakan daripada menggunakan tenaga satpol pp dengan pengawasan 24 jam. Bagaimana mungkin manusia bisa nonggrongin di kasir selama 24 jam dengan jumlah ribuan anggota satpol pp. Jauh akan lebih efektif dan akurat dengan penggunaan CCTV yang mampu merekam seluruh kegiatan didepan kasir dengan akurasi 100% benar.
Upanya pikiran status quo itu yang membuat seseorang lebih suka menggunakan tenaga manusia daripada teknologi canggih. Mengapa demikian, karena manusia itu bermuka dua bahkan lebih dari dua, karena kepentingan ia bisa putih kemudian berubah hitam, merah dst-nya. Dalam sejarah, manusia itu paling sulit diatur peri lakunya karena kepentingan menjadikan dirinya bisa berubah dari tujuan. Jokowi dan Ahok duet yang memelopori penggunaan teknologi canggih dalam membantu mengatasi perubahan mental manusia, setidaknya meminimalkan kecurangan yang dipelopori otak manusia demi kepentingan. Oleh sebab itu sangat tidak masuk akal jika usulan Taufik itu bisa diterima dengan akal sehat.
Apakah penggunaan CCTV itu pemborosan ? sesungguhnya gaji seorang satpol pp jika dibanding dengan satu alat CCTV, kemungkinan alat itu lebih murah dan bisa digunakan sepanjang masa, selama tidak rusak. Pemikiran Taufik tujuannya apa ? hanya mau mengalihkan pembaca bodoh menerima mentah-mentah argumentasinya. Bukankah demikian ? Katakanlah pengadaan itu unit cctv dimodali oleh Pemkot, bukankah itu lebih efektif dan efsien jika menggunakan sstv daripada tenaga anggota satpol ? Apalagi kebijaksanaan itu pembelian dibebankan kepada pemiliki mini market ? Bukankah itu pikiran yang lebih brillian dari Ahok ?
Mempertahankan Status quo bagi seseorang, adalah senjata terbaik yaitu manusia dijadikan alat kepentingannya. Misalnya, jangan memperlakukan dengan kasar, main ancam dan main pecat dst-nya. Nampaknya itu tidak manusiawi, sesungguhnya yang diperthankan itu adalah hanya untuk mengamankan diri dari perubahan. Jika wakil rakyat yang memiliki pikiran ini, tidak layak dijadikan wakil rakyat, karena bukan kepentingan orang banyak yang menjadi utama, melainkan kepentingan diri yang meminjam nama orang lain sebagai pelindung. Salut untuk Hadi Santoso Kepala Kesatuan Pamong Praja DKI yang tidak sependapat dengan Taufik, dengan jujur mengatakan ketidak sanggupannya apalagi mengatur manusia yang bermuka dua, laporan berbeda dengan kenyataan karena sesuatu. Kepentingan. Seuatu perubahan memang menyakitkan bagi mereka yang ingin berstautus quo, namun membawa harapan bagi mereka yang mengharapakn suatu perubahan
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H