Mohon tunggu...
Kwee Minglie
Kwee Minglie Mohon Tunggu... lainnya -

Motto : Hiduplah bermanfaaat bagi orang banyak

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Gaji & Tugas Tidak Seimbang

7 September 2014   01:29 Diperbarui: 18 Juni 2015   01:25 267
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Gaji & Tugas Tidak Seimbang.

JAKARTA, KOMPAS.com- Juru bicara Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Saleh Abdurahman mengatakan, harus ada perbaikan dalam sistem remunerasi terhadap karyawan dan juga menteri, terutama di kementeriannya.
Ia menambahkan, gaji yang diterima Menteri ESDM Jero Wacik tidak besar, sedangkan beban kerjanya sebagai menteri cukup berat. "Gaji menteri kan tidak besar sehingga harus dibantu dana operasional. Tuntutan kerja begini besar harusnya ada remunerasi sebanding," ujar Saleh dalam diskusi di Jakarta, Sabtu (6/9/2014).

***

Setelah membaca berita ini hari, ternyata gaji ada kaitannya dengan tugas yang diemban. Yang membuat pertanyaan adalah saat akan diangkat menjadi pejabat pernahkah bertanya berapa gaji saya ? jika tidak ditanya kemudian menerima begitu saja karena jabatan bergengsi, itu salah siapa ? jika sudah mengetahui gaji saya segede itu, kemudian menyesal karena tidak seimbang, kenapa mau meneruskan. Bukankah saat diangkat semua mengatakan itu amanah.

Disimak dari pertanyaan diatas, tentu alasan bukan disitu. Jika itu adalah amanah, harusnya bisa diterima dengan senang hati karena jelas amanah, bukan ? Urusan gaji adalah urusan kedua bahkan bisa ketiga dan keempat,  bukan utama yang membuat saya menerima jabatan itu.

Sesungguhnya dibalik jabatan strategis yang diemban, ada suatu yang sangat rahasia, yaitu ada peluang untuk berbuat. Peluang inilah yang menjadi biang keladi untuk menentukan kualitas seorang pejabat, bisakah dia  pegang sumpah jabatannya.

Pejabat yang bermental korupsi, tentu peluang ini akan digunakan sebaik mungkin, mumpung ada kekuasan harus dimanfaatkan semaksimalnya. Karena sudah bukan rahasia, sebagai pejabat banyak yang akan memberi umpan. Jika umpan tidak ada sedikit berbuat trik halus yaitu mempersulit masalah  atau ijin, maka tidak lama umpan itu akan datang sendirinya. Begitu mudah-nya memperoleh hasil yang jumlahnya berlipat puluhan bahkan ratausan kali gaji, bisa diperoleh dalam sekejab mata. Bagaimana mungkin tidak semua orang tergiur dengan jabatan, apalagi sebagai menteri atau direktur BUMN. Tidak heran saat ditawari jabatan, jangsung diterima. Ditambah embel-embel amanah. Seolah-olah bekerja untuk rakyat.

Menyambung berita diatas, sesungguhnya keluhan yang kurang tepat. Itu hanya lempar batu simpan tangan. Seolah-olah Jero Wacik tidak bersalah, yang salah adalah gaji kurang, maka berbuat korupsi. Jika gaji cukup, belum tentu tidak korup juga. Bukankah demikian ? Gaji MK katanya 100 juta lebih, kurangkah itu ? Mengapa Akil masih korupssi ?  Jadi sesungguhnya gaji itu relatif, mental-lah yang menetukan seseorang itu sebagai penentu. Mampukah ia menolak peluang demi peluang yang selalu menggodanya.

Bicara mental, penulis salut dengan visi Jokowi yang akan mereformasi pendidikan yang mengutamakan pendidikan mental. Jokowi sudah melihat bahwa negara mau maju, pejabat harus memiiki mental yang baik, bukan hanya pendidikan yang baik saja.  Keduanya harus berjalan sejajar. Sekiranya refolusi mental yang akan dirumuskan benar-benar bisa mengena dengan tepat sasaran. Sejak usia dini anak sudah harus diberi didikan mental yang benar dan kuat.  Itupun hasilnya baru bisa dinikmati satu generasi kemudian. Biar lambat, negara selamat daripada tidak berbuat sama sekali.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun