Jokowi & Ahok Menawan Hati Rakyat, tetapi Menjengkelkan KMP.
Sejak pilkada DKI, kedua nama ini membumbung setinggi langit. Kedua orang yang berwatak beda, namun menyatu seperti sapu lidi yang sulit dipatahkan maupun diadu domba oleh siapa pun. Jokowi yang menawan hati rakyat Indonesia, membumbung lebih tinggi sampai ke puncak pimpinan NKRI, sedangkan Ahok membumbung naik menjadi pemimpin DKI yang merupakan cerminan NKRI. Sebagaimana kita ketahui, bahwa Indonesia dengan ibu kota Jakarta, merupakan jantung ekonomi, pusat pemerintahan Republik Indonesia. Keduanya membagi tugas yang hampir bisa diprediksi sebagai jantung republik ini.
Hanya dalam kurun waktu dua tahun, Indonesia memiliki penampilan yang hampir bertolak belakang dengan sebelumnya. Jika dulunya ketua umum selalu menjadi calon kuat presiden, minimal orang kuat partai menduduki jabatan gubernur. Namun kedua ini berbeda, lahir dari bukan tokoh partai, namun bersama-sama berada di puncak yang sangat berpengaruh pada masa depan bangsa ini. Jika Jokowi dicalonkan oleh PDIP, di mana Megawati mampu membuat kejutan yang sulit diduga oleh lawan politik, sedangkan Ahok yang baru dikenal oleh Gerindra, kemudian diorbitkan berpasangan dengan Jokowi sebagai wagub. Akhirnya sangat mengejutkan dunia politik di Indonesia, mendadak Ahok keluar dari Gerinda hanya karena beda pandangan yang sangat mengganggu hati nuraninya. Yaitu masalah pilkada, di mana Ahok merasa dirinya bersama Jokowi adalah diangkat dan dipilih oleh rakyat secara langsung. Sangat tidak mungkin bila itu dipilih oleh DPRD mereka berdua bisa duduk berdampingan. Dari latar belakang yang berbeda keduanya menyatu, kemudian berpisah menduduki puncak pimpinan yang strategis. Sulit dipercaya, tetapi ini sudah menjadi kenyataan. Keduanya berpisah untuk memenuhi panggilan yang jauh lebih besar, yaitu mengadakan perubahan menuju Indonesia Baru.
Jokowi dan Ahok, satu dari gunung satunya dari laut, dipertemukan di wajan. Kemudian menghasilkan hidangan yang lezat bagi bangsa dan negara, kepada siapa pun mereka yang bisa menikmati cara kepemimpinan keduanya.
Jokowi – Ahok di samping menawan hati rakyat, namun dia juga dijengkelkan oleh sekelompok orang yang sama, yaitu dari KMP. Ahok yang awalnya disanjung oleh Gerindra, karena beda pendapat dan keluar, dimaki habis-habisan oleh Gerindra bersama KMP yang dipimpinnya. Pemerintahan Jokowi sudah akan dihadang oleh DPR yang mayoritas dari KMP, demikian juga Ahok akan dihadang bahkan kemungkinan akan lebih keras melalui KMP DPRD dan organisasi extrim FPI dan dua lagi dari organisasi Betawi. Sungguh bertolak belakang dengan rakyat mayoritas baik dari nusantara maupun dari masyarakat DKI yang tetap mencintai dan mendukung keduanya sebagai pemimpin yang akan membawa harapan ke depan.
Bersinerginya kedua pimpinan, satu di pusat pemerintahan dan satunya di pusat DKI. Yang sesungguhnya adalah cermin dari bangsa Ini. Pengalaman keduanya sudah membuktikan betapa sulitnya kerja sama pemerintahan pusat dan daerah. Banyak program tidak bisa dimaksimalkan hanya karena kedua wilayah ini tidak menyatu. Dengan pemerintahan baru, mereka sudah ada senjata yang bisa menghancurkan penghalang tembok besar itu. Siapakah tembok besar itu? Yaitu KKN dan budaya yang mempertahankan status quo, di mana dipelopori oleh KMP, maka tidak heran Jokowi – Ahok sangat mendapatkan perlawanan KMP. Issiu terdekat, DPR akan mencoba memanggil KPK untuk menanyai sejauh mana Jokowi terlibat korupsi Transjakarta, kartu sehat di Surakarta dan kasus rekening di luar negeri, setidaknya akan menjegal pelantikan Jokowi.  Hari ini KPK sudah menyatakan Jokowi bersih. Apakah Fadli Zon sebagai pelopor pengusul akan kebakaran jenggot atas pernyataan KPK, kita lihat babak berikutnya. Mngkin KPK bisa dicap sebagai apa lagi? Kita tunggu saja.
KMP menyadari, peluang mereka akan selalu menyempit, bahkan jika Jokowi dan Ahok menepati janji untuk menegakan hukum dan menjalankan program pemerintah  secara transparan yang pro rakyat. Ini akan menjadi ancaman bagi oknum-oknum KMP yang memegang puncak pimpinan partai. Bahkan Demokrat yang selalau bermain cantik dan licik, tentu akan kena batunya juga. Mereka saat ini bangga merasa menang di parlemen, kita lihat setelah pimpinan diambil alih setelah 20 Oktober, akan ada tontonan yang lebih menarik. Setidaknya rapat merapat dari KMP ke KIH akan nampak dipermukaan. Semoga Jokowi tidak bergeming karena transaksional yang menarik.
Jokowi dan Ahok dibenci oleh kelompok tertentu, namun dicintai oleh masyarakat pecinta perubahan. Semoga keduanya diberi hikmat dan bijak oleh Tuhan Yang Maha Kuasa untuk membawa Bangsa ini keluar dari penjajahan oleh sekelompok bangsa sendiri yang memeras rakyat untuk kepentingan kelompok sendiri.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H