Mohon tunggu...
Arya Cintya
Arya Cintya Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Undiksha

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Teknologi geothermal di dunia saat ini

15 Desember 2024   09:04 Diperbarui: 15 Desember 2024   09:04 15
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Alam dan Teknologi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Anthony

Energi geothermal adalah salah satu sumber daya alam yang memanfaatkan panas dari dalam bumi sebagai energi. Prinsip dasar teknologi geothermal adalah penggunaan panas bumi yang berasal dari aktivitas geologi, termasuk magma, panas sisa pembentukan bumi, dan peluruhan radioaktif elemen-elemen di kerak bumi. Panas ini dapat ditemukan di reservoir bawah tanah, baik dalam bentuk uap maupun air panas, yang kemudian dimanfaatkan untuk menghasilkan listrik atau memenuhi kebutuhan pemanas. Teknologi geothermal memanfaatkan fenomena alami ini dengan mengonversi energi panas menjadi energi mekanik dan selanjutnya menjadi energi listrik melalui sistem pembangkit. Keberlanjutan energi geothermal terletak pada kemampuan bumi untuk terus menghasilkan panas, menjadikannya sumber energi terbarukan yang efisien, ramah lingkungan, dan dapat diandalkan.

Pemanfaatan energi geothermal di dunia saat ini terus berkembang seiring dengan meningkatnya kebutuhan energi bersih dan upaya global untuk mengurangi emisi karbon. Hingga 2024, kapasitas terpasang pembangkit listrik geothermal mencapai hampir 17 gigawatt (GW), dengan negara-negara seperti Amerika Serikat, Indonesia, dan Filipina menjadi produsen utama. Amerika Serikat memimpin dengan kapasitas lebih dari 3,7 GW, diikuti oleh Indonesia yang memanfaatkan sekitar 10% dari total potensi geothermalnya yang diperkirakan mencapai 28 GW. Sementara itu, Islandia, meskipun berukuran kecil, berhasil memanfaatkan hampir seluruh kebutuhan energinya dari sumber geothermal dan hidro. Di Afrika, Kenya menjadi pemain utama dengan proyek besar di Rift Valley, sedangkan Jepang dan negara-negara Eropa tengah memperluas pemanfaatan sistem pemanas distrik berbasis geothermal. Selain untuk pembangkitan listrik, geothermal juga digunakan untuk pemanasan langsung dan sistem pompa panas geothermal di berbagai wilayah. Meskipun potensinya besar, tantangan utama seperti biaya awal tinggi, risiko geologi, dan kendala lingkungan masih menjadi hambatan utama bagi pengembangan teknologi ini, terutama di negara-negara berkembang. Namun, dukungan kebijakan internasional dan inovasi teknologi terus mendorong pemanfaatan geothermal sebagai bagian dari solusi energi terbarukan global.

Energi geothermal adalah salah satu sumber energi terbarukan yang memanfaatkan panas dari dalam bumi untuk menghasilkan listrik atau memenuhi kebutuhan pemanas. Sumber energi ini berasal dari aktivitas geologi seperti magma, panas residu pembentukan bumi, dan peluruhan radioaktif. Teknologi yang digunakan dalam pemanfaatan energi geothermal telah mengalami perkembangan pesat untuk meningkatkan efisiensi dan memperluas jangkauan aplikasinya. Teknologi pembangkit listrik geothermal yang ada saat ini terbagi menjadi tiga jenis utama: Dry Steam Plants, Flash Steam Plants, dan Binary Cycle Power Plants.

Dry Steam Plants menggunakan uap kering langsung dari reservoir geothermal untuk menggerakkan turbin. Teknologi ini sederhana dan sangat efisien, namun hanya cocok untuk lokasi yang memiliki uap kering alami, yang relatif langka. Sementara itu, Flash Steam Plants bekerja dengan memompa air panas bertekanan tinggi dari reservoir ke permukaan, lalu menurunkan tekanannya sehingga air berubah menjadi uap untuk menggerakkan turbin. Teknologi ini cocok untuk sumber panas dengan suhu tinggi (di atas 180C) dan banyak digunakan di wilayah seperti Indonesia. Namun, keberlanjutannya bergantung pada reinjeksi air ke reservoir. Di sisi lain, Binary Cycle Power Plants memanfaatkan cairan sekunder dengan titik didih rendah, seperti isobutana, untuk menghasilkan uap yang menggerakkan turbin. Teknologi ini memungkinkan pemanfaatan sumber panas bersuhu rendah hingga sedang (100--150C), tetapi lebih kompleks dan membutuhkan instalasi tambahan untuk cairan kerja.

Selain teknologi konvensional, inovasi baru seperti Enhanced Geothermal Systems (EGS) dan Hybrid Geothermal Systems turut mendukung pengembangan energi geothermal. EGS memungkinkan penciptaan reservoir panas buatan dengan mengebor batuan panas kering dan menyuntikkan air ke dalamnya. Teknologi ini memperluas potensi pemanfaatan geothermal di wilayah yang tidak memiliki reservoir alami, meskipun tantangannya meliputi biaya tinggi dan risiko gempa mikro. Sementara itu, Hybrid Geothermal Systems mengombinasikan energi geothermal dengan sumber energi lain seperti tenaga surya untuk meningkatkan efisiensi dengan memanfaatkan variasi suhu lingkungan. Inovasi-inovasi ini menunjukkan bahwa energi geothermal terus berkembang sebagai solusi yang semakin relevan untuk memenuhi kebutuhan energi bersih global.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun