Mohon tunggu...
Arya Cintya
Arya Cintya Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Undiksha

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Material apa saja yang dimanfaatkan dalam sel surya?

14 Desember 2024   08:37 Diperbarui: 14 Desember 2024   07:40 13
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Alam dan Teknologi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Anthony

Dalam era transisi energi yang semakin mendesak, sel surya muncul sebagai solusi utama dalam memanfaatkan kekuatan matahari untuk memenuhi kebutuhan listrik global. Artikel ini akan membahas secara mendalam mengenai berbagai jenis material yang digunakan dalam sel surya dan proses konversinya dari cahaya matahari menjadi listrik. Dengan memahami komponen-komponen kunci dan mekanisme kerja di balik teknologi fotovoltaik, kita dapat lebih menghargai bagaimana inovasi ini tidak hanya mengubah cara kita memproduksi energi, tetapi juga berkontribusi pada keberlanjutan lingkungan. Dalam pembahasan kali ini, kita akan mengeksplorasi berbagai jenis material yang digunakan dalam sel surya, menggali karakteristik masing-masing, serta memahami bagaimana inovasi dalam material ini dapat berkontribusi pada kemajuan teknologi energi terbarukan.

Silikon telah menjadi bahan utama dalam teknologi sel surya sejak awal pengembangan panel fotovoltaik. Silikon adalah elemen semikonduktor yang paling banyak digunakan dalam industri sel surya. Karena sifat semikonduktornya yang sangat baik dan ketersediaannya yang melimpah, silikon menjadi pilihan utama untuk konversi energi matahari menjadi energi listrik. Sel surya berbasis silikon telah mendominasi pasar energi terbarukan selama beberapa dekade berkat efisiensi, kestabilan, dan biaya produksinya yang relatif terjangkau.

Silikon Monokristalin

Silikon monokristalin terbuat dari satu kristal silikon tunggal. Memiliki struktur kristal yang teratur dan seragam, yang memungkinkan aliran elektron yang lebih bebas. Keuntungan dari silicon monokristalin adalah efisiensi tinggi, biasanya di kisaran 15-20%, serta umur panjang dan kestabilan yang baik. Sedangkan kekurangan dari silicon monokristalin adalah biaya produksi yang lebih tinggi karena proses pemurnian dan pemotongan silikon yang lebih rumit.

Silikon Polikristalin

Silikon polikristalin terbuat dari silikon yang terdiri dari beberapa kristal kecil. Proses pembuatan lebih sederhana dibandingkan dengan monokristalin. Keuntungan dari silicon polikristalin adalah biaya produksi yang lebih rendah dibandingkan dengan sel monokristalin, dan proses manufaktur yang lebih efisien. Sedangkan kekurangannya adalah efisiensi sedikit lebih rendah, biasanya di kisaran 13-16%, dan sedikit kurang stabil dibandingkan dengan monokristalin.

Silikon tetap menjadi bahan pilihan utama dalam industri sel surya karena kemampuannya untuk menghasilkan energi yang efisien dan stabil. Dengan terus berkembangnya teknologi dan metode produksi, diharapkan bahwa sel surya berbasis silikon akan terus memainkan peran penting dalam upaya global untuk mengadopsi energi terbarukan dan mengurangi dampak perubahan iklim.

Selanjutnya terdapat teknologi sel surya thin film merujuk pada jenis sel fotovoltaik yang dibuat dengan menyemprotkan atau menyepuhkan lapisan tipis material semikonduktor ke substrat. Berbeda dengan sel surya berbasis silikon yang menggunakan wafer tebal, sel surya thin film memanfaatkan lapisan semikonduktor yang sangat tipis—seringkali hanya beberapa mikrometer. Teknologi ini menawarkan beberapa keuntungan penting, termasuk fleksibilitas, biaya produksi yang lebih rendah, dan kemudahan penerapan pada berbagai substrat.

Cadmium Telluride (CdTe)

Cadmium Telluride adalah semikonduktor tipis yang digunakan dalam sel surya dengan efisiensi yang cukup tinggi. Keuntungan dari CdTe adalah memiliki efisiensi konversi energi yang lebih baik dibandingkan dengan silikon amorf, biasanya di kisaran 9-11%. Biaya produksi lebih rendah karena material dan proses pembuatan yang lebih sederhana. Sedangkan kekurangan dari CdTe adalah penggunaan cadmium, yang merupakan logam berat beracun, menimbulkan masalah lingkungan dan kesehatan. Pengelolaan limbah dan daur ulang menjadi tantangan penting.

Copper Indium Gallium Selenide (CIGS)

CIGS adalah semikonduktor kompleks yang dikenal karena efisiensi tinggi dan performa yang baik dalam berbagai kondisi pencahayaan. Keuntungan dari CIGS adalah efisiensi konversi energi CIGS sangat baik, biasanya di kisaran 12-16%, dan dapat dioptimalkan untuk berbagai kondisi cahaya. Selain itu, CIGS dapat diterapkan pada substrat fleksibel. Sedangkan kekurangan dari CIGS adalah proses pembuatan CIGS lebih kompleks dan mahal dibandingkan dengan CdTe dan silikon amorf. Juga, penggunaan indium, yang termasuk logam langka, dapat menjadi kendala dalam skala besar.

Teknologi sel surya thin film menawarkan alternatif yang menarik untuk panel fotovoltaik tradisional, dengan keuntungan dalam biaya produksi, fleksibilitas, dan aplikasi pada berbagai substrat. Meskipun ada tantangan terkait efisiensi dan dampak lingkungan, kemajuan terus-menerus dalam penelitian dan pengembangan dapat membantu mengatasi masalah ini dan memajukan teknologi thin film sebagai solusi energi terbarukan yang berkelanjutan.

Adapun material perovskite yang baru-baru ini mendapatkan perhatian besar dalam teknologi sel surya karena kemampuannya untuk mencapai efisiensi tinggi dengan biaya produksi yang relatif rendah. Nama "perovskite" merujuk pada struktur kristal tertentu yang dinamai sesuai dengan mineral perovskite alami, yang memiliki formula kimia umum ABX₃. Dalam konteks sel surya, perovskite biasanya merujuk pada senyawa organik-inorganik dengan struktur kristal yang serupa, yang dapat dioptimalkan untuk aplikasi fotovoltaik. Teknologi sel surya perovskite menawarkan janji besar dalam hal efisiensi tinggi dan biaya produksi rendah, menjadikannya salah satu teknologi fotovoltaik yang paling menarik dan dinamis saat ini. Meskipun masih ada tantangan yang perlu diatasi, terutama terkait dengan stabilitas dan dampak lingkungan, kemajuan dalam penelitian dan pengembangan terus mendorong teknologi ini menuju penerapan komersial yang lebih luas.

Selanjutnya kita akan mengeksplorasi mekanisme dasar di balik konversi energi dari sel surya menjadi listrik. Pemahaman yang mendalam tentang konversi energi ini tidak hanya memberikan wawasan mengenai cara kerja sel surya tetapi juga memperlihatkan tantangan dan potensi inovasi dalam meningkatkan efisiensi dan daya tahan sistem fotovoltaik. Dengan pengetahuan ini, diharapkan kita dapat lebih menghargai kontribusi teknologi sel surya dalam menciptakan masa depan energi yang berkelanjutan dan ramah lingkungan.

  • Penyerapan Cahaya: Proses konversi energi surya ke listrik dimulai ketika panel surya menyerap cahaya matahari. Cahaya matahari terdiri dari partikel energi yang disebut foton. Ketika foton menyentuh permukaan sel surya, mereka mengalihkan energi ke elektron dalam bahan semikonduktor.
  • Pelepasan Elektron: Energi dari foton memungkinkan elektron untuk melepaskan diri dari atom dalam bahan semikonduktor. Ini menciptakan muatan positif di atom yang ditinggalkan oleh elektron dan muatan negatif di elektron yang dilepaskan.
  • Arus Listrik: Perbedaan muatan antara elektron yang dilepaskan dan atom yang ditinggalkan menciptakan arus listrik. Elektron yang dilepaskan terjebak dalam medan listrik yang diciptakan oleh perbedaan muatan ini.
  • Pemasangan dalam Rangkaian: Konversi energi surya ke listrik menghasilkan arus listrik. Arus listrik yang dihasilkan oleh setiap sel surya relatif kecil. Namun, dengan menghubungkan banyak sel surya dalam rangkaian, arus listrik dapat diakumulasi menjadi jumlah yang lebih besar.
  • Inverter: Arus listrik yang dihasilkan oleh panel surya adalah arus searah (DC). Namun, mayoritas peralatan rumah tangga dan komersial menggunakan arus bolak-balik (AC). Inilah mengapa inverter digunakan untuk mengubah arus searah menjadi arus bolak-balik yang dapat digunakan oleh perangkat listrik

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun