Mohon tunggu...
Arya Cintya
Arya Cintya Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Undiksha

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Bagaimana Dampak Radiasi Pengion (IR) terhadap Tanaman?

10 November 2024   19:23 Diperbarui: 10 November 2024   19:25 24
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Alam dan Teknologi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Anthony

Saat ini, tingkat radiasi pengion (IR) di permukaan Bumi tergolong rendah, sehingga tidak menjadi ancaman signifikan bagi kelangsungan hidup berbagai bentuk kehidupan yang ada saat ini. Radiasi pengion ini berasal dari berbagai sumber, baik alami maupun buatan. Sumber alami meliputi bahan radioaktif alami (NORM) yang tersebar di lingkungan, sementara sumber buatan mencakup aktivitas dari industri nuklir, aplikasi dalam bidang medis, serta dampak dari bencana radiasi atau uji coba nuklir di masa lalu. Kendati demikian, meskipun level IR di Bumi relatif aman, potensi paparan radiasi dari berbagai sumber ini tetap perlu dikelola dan diawasi untuk menjaga kesehatan manusia dan lingkungan.

Artikel ini akan membahas berbagai sumber radioaktivitas modern serta mengulas dampak langsung maupun tidak langsung yang diakibatkan oleh radiasi terhadap beragam spesies tanaman. Radioaktivitas ini dapat berasal dari beberapa sumber, seperti kegiatan industri nuklir, aplikasi medis, penggunaan pestisida tertentu, dan kontaminasi dari bencana nuklir. Dampak radiasi pada tanaman mencakup perubahan fisiologis, gangguan perkembangan, hingga penurunan kesuburan dan produktivitas, yang semuanya dapat memengaruhi keseimbangan ekosistem. Selain itu, artikel ini juga mengkaji ruang lingkup dan upaya perlindungan radiasi yang perlu diterapkan untuk melindungi tanaman dari paparan berlebih, termasuk kebijakan serta teknologi mitigasi yang mendukung pertumbuhan tanaman yang sehat di lingkungan yang terpapar radioaktif.

IR dicirikan sebagai partikel atau gelombang berenergi tinggi yang mampu mengionisasi atom dan molekul. Sumber alami radiasi pengion (IR) berasal dari berbagai elemen dan fenomena alam yang ada di lingkungan. Sumber utama termasuk radon, yang merupakan gas radioaktif hasil peluruhan uranium dan torium di dalam tanah dan bebatuan. Radon sering kali menyebar ke udara, terutama di dalam bangunan, dan menjadi salah satu penyebab utama paparan radiasi pada manusia. Selain itu, terdapat pula isotop radioaktif seperti kalium-40, karbon-14, dan uranium-238, yang tersebar secara alami dalam bebatuan, tanah, air, bahkan tubuh makhluk hidup. Radiasi kosmik yang berasal dari luar angkasa juga merupakan sumber alami lainnya. Sinar kosmik adalah partikel subatomik yang sangat cepat, yang dapat diklasifikasikan sebagai sinar matahari atau galaksi. Meskipun sinar ultraviolet (UV-C) berenergi tinggi dapat menyebabkan ionisasi molekul, sinar tersebut disaring oleh atmosfer planet kita, tidak mencapai permukaan. Partikel berenergi tinggi dari matahari dan galaksi lain menembus atmosfer Bumi, dengan intensitas yang meningkat di ketinggian lebih tinggi dan dekat kutub. Semua sumber ini menyumbang radiasi pengion alami yang, meskipun berada pada tingkat rendah, tetap memberikan paparan konstan bagi makhluk hidup di permukaan Bumi.

Dampak radiasi pengion (IR) antropogenik terhadap lingkungan dan biota tanaman sangat bervariasi, tergantung pada tingkat paparan dan jenis radiasi yang dilepaskan. Daerah yang terkontaminasi radioaktif meningkat karena dampak antropogenik pada lingkungan, meningkatkan kekhawatiran tentang radioproteksi manusia dan biota. IR yang dihasilkan oleh aktivitas manusia, seperti industri nuklir, uji coba senjata nuklir, dan penggunaan medis atau industri bahan radioaktif, dapat menyebabkan perubahan serius pada ekosistem. Pada tanaman, paparan IR berlebih dapat memicu kerusakan sel, perubahan genetik, dan penurunan kemampuan reproduksi, yang pada gilirannya memengaruhi kesehatan dan keanekaragaman hayati lingkungan. Efek jangka panjang ini dapat terlihat dalam bentuk mutasi genetik yang dapat mengubah morfologi, daya tahan, dan produktivitas tanaman, serta mengganggu rantai makanan yang bergantung pada keseimbangan spesies tanaman tertentu. Selain itu, kontaminasi tanah dan air oleh radioisotop dapat menyebabkan akumulasi radioaktif pada tanaman dan, lebih lanjut, di jaringan organisme yang mengonsumsinya, menciptakan risiko berantai bagi ekosistem.

Paparan radiasi pengion (IR) dapat menyebabkan berbagai efek seluler yang memengaruhi struktur dan fungsi sel secara langsung. Konsekuensi dari paparan IR pada sel hidup bergantung pada beberapa faktor: sumber, jenis radiasi, laju dosis, dosis yang diserap, dan akhirnya radiosensitivitas spesies. Salah satu dampak utama adalah kerusakan DNA, yang dapat terjadi dalam bentuk pemutusan rantai DNA tunggal atau ganda, mutasi, dan perubahan struktural lainnya. Kerusakan DNA ini berpotensi mengganggu siklus hidup sel, menyebabkan apoptosis (kematian sel terprogram), atau bahkan memicu proses karsinogenesis jika terjadi kesalahan dalam perbaikan DNA. Selain itu, IR dapat merusak membran sel dan organel seperti mitokondria, yang menyebabkan stres oksidatif akibat peningkatan produksi radikal bebas. Radikal bebas ini dapat merusak komponen seluler lainnya, termasuk protein dan lipid, yang kemudian mengganggu metabolisme dan fungsi normal sel. Pada tingkat jaringan, kerusakan yang terus-menerus dapat memengaruhi regenerasi sel dan menyebabkan gangguan fungsi organ yang lebih besar, terutama pada jaringan yang memiliki tingkat pembelahan sel tinggi, seperti jaringan kulit dan saluran pencernaan.

Sistem pertahanan tubuh terhadap radiasi pengion (IR) melibatkan berbagai mekanisme yang dirancang untuk melindungi sel dari kerusakan dan mempertahankan stabilitas genetik. Salah satu komponen utama adalah sistem perbaikan DNA, yang berfungsi untuk mendeteksi dan memperbaiki kerusakan pada DNA akibat paparan IR. Mekanisme perbaikan ini, seperti perbaikan pemutusan rantai ganda (double-strand break repair) dan excision repair, memungkinkan sel untuk mengatasi berbagai jenis kerusakan DNA, sehingga mengurangi risiko mutasi. Selain itu, tubuh memiliki sistem antioksidan yang melawan stres oksidatif yang dihasilkan oleh IR. Antioksidan endogen seperti glutation dan enzim seperti superoksida dismutase (SOD) bekerja untuk menetralisir radikal bebas yang terbentuk akibat paparan radiasi, yang berpotensi merusak komponen sel lainnya. Sel juga dapat memicu mekanisme apoptosis, atau kematian sel terprogram, untuk menghilangkan sel-sel yang rusak berat agar tidak berkembang menjadi sel kanker. Pada tingkat jaringan, beberapa organ memiliki kemampuan untuk memperbarui diri melalui pembelahan sel, membantu menggantikan sel-sel yang rusak akibat radiasi. Secara keseluruhan, sistem pertahanan ini bekerja secara terpadu untuk meminimalkan dampak IR pada tubuh, meskipun pada paparan tinggi atau berulang, mekanisme ini dapat kewalahan, sehingga meningkatkan risiko gangguan kesehatan jangka panjang.

Paparan radiasi pengion (IR) pada dosis tinggi menghasilkan efek toksik karena kerusakan langsung maupun tidak langsung melampaui kapasitas sistem pertahanan organisme untuk menanggulanginya. Akibatnya, dapat terjadi perubahan genetik dan epigenetik yang kemudian mengganggu keseimbangan homeostasis pada metabolisme seluler, dengan efek yang mungkin muncul dalam waktu singkat atau bertahun-tahun setelah paparan. Sebaliknya, paparan IR dosis rendah dapat memicu berbagai efek radiobiologis yang dikenal sebagai efek non-target. Efek non-target pada tanaman adalah dampak radiasi pengion (IR) yang terjadi pada sel atau jaringan yang tidak langsung terkena paparan radiasi. Fenomena ini, yang dikenal sebagai efek bystander, terjadi ketika sel atau jaringan yang tidak terpapar langsung turut mengalami perubahan akibat sinyal yang dikirim oleh sel-sel yang terpapar radiasi. Pada tanaman, efek non-target ini dapat mengakibatkan perubahan fisiologis dan genetik, seperti peningkatan produksi radikal bebas dan stres oksidatif, yang dapat merusak DNA, protein, dan lipid di sel-sel sekitar. Selain itu, efek ini bisa memengaruhi proses metabolisme dan mengganggu mekanisme pertahanan tanaman, misalnya dengan meningkatkan respons stres atau mengaktifkan jalur sinyal yang biasanya hanya aktif dalam kondisi paparan langsung. Dalam jangka panjang, efek non-target dapat menurunkan kualitas kesehatan tanaman, menekan pertumbuhan, dan menyebabkan variasi genetik pada generasi berikutnya, yang dapat memengaruhi kelangsungan hidup dan adaptasi tanaman terhadap lingkungan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun