Dalam euforia kemajuan abad ini, pengendalian siswa di sekolah telah mengalami perubahan yang signifikan, dengan mengharuskan pendekatan dalam taraf inklusif, responsif, serta berfokus pada pengembangan pribadi siswa. Tentu ini menjadi fokus utama dalam dunia pendidikan. Dengan meningkatnya kompleksitas tantangan yang dihadapi oleh guru sebagai pendidik dan siswa sebagai peserta didik telah mengharuskan adanya evaluasi dan memperbaharui pendekatan yang digunakan dalam mengelola kelas.
Sebagai upaya untuk mencapai pengendalian siswa yang efektif, literasi telah memegang peran penting dalam dunia pendidikan. Literasi, dalam konteks pendidikan bukan hanya sekedar kemampuan membaca dan menulis, lebih jauh dari itu, literasi merupakan alat yang kuat guna mengendalikan siswa disekolah. Literasi membuka pintu akses siswa terhadap pengetahuan, peningkatan pemahaman, serta pemberdayaan siswa guna mengasah kemampuan nalar berpikir kritis.
Didalam pengembangan literasi siswa itu sendiri, kita dapat melihat serta menggali lebih jauh lagi mengenai bagaimana literasi dapat menjadi instrumen vital dalam mencapai tujuan pengendalian siswa yang berkesimbungan.
Apa itu Literasi?
Literasi merupakan seperangkat kemampuan dalam mengidentifikasi, memahami, menilai, membuat, memproses, dan berkomunikasi dengan berbagai jenis teks dalam konteks berbagai konten (UNESCO: 2006). David Olson pada tahun 1996 mengemukakan literasi sebagai kemampuan untuk menggunakan simbol-simbol tertulis dalam kegiatan sosial yang memerlukan pembacaan dan penulisan.
Dari dua definisi literasi di atas, dapat kita cermati bersama bahwasanya literasi merupakan kemampuan dasar dalam dunia pendidikan juga kehidupan nyata. Ini berarti literasi lebih dari sekedar membaca dan menulis. Lebih jauh dari itu semua, literasi berisikan mengenai tentang pemahaman, pemikiran kritis, serta kemampuan untuk beradaptasi dengan berbagai jenis teks dalam berbagai konteks kehidupan nyata.
Miskonsepsi yang terjadi pada Literasi
Dalam upaya penerapan literasi, banyak ditemukan miskonsepsi mengenai literasi itu sendiri. Adapun berikut miskonsepsi tentang penerapan literasi:
1.“Literasi hanya tentang membaca dan menulis”
Miskonsepsi ini mengabaikan fakta bahwa literasi juga melibatkan pemahaman yang mendalam terhadap informasi, analisis kritis, dan kemampuan berkomunikasi secara efektif
2.“Literasi adalah kemampuan yang hanya diperlukan di sekolah”
Literasi penting dalam semua aspek kehidupan, termasuk di luar sekolah, seperti di tempat kerja, dalam pengambilan keputusan sehari-hari, dan dalam interaksi sosial.
3.“Literasi adalah kemampuan baca tulis yang tidak mengalami perkembangan”
Literasi adalah kemampuan yang berkembang sepanjang hidup seseorang. Orang dapat terus meningkatkan literasinya seiring waktu.
4.“Literasi itu sama dengan hapalan”
Literasi lebih tentang pemahaman, penerapan, dan evaluasi informasi daripada sekadar menghafalnya.