Karangasem, Bali --- Tenganan, desa adat yang terletak di kabupaten Karangasem, memiliki keunikan yang selalu menarik perhatian wisatawan. Namun, tidak banyak yang tahu bahwa desa ini sebenarnya terbagi menjadi dua bagian: Tenganan Pegringsingan dan Tenganan Dauh Tukad. Masing-masing memiliki kekhasan budaya yang memikat dan menambah daya tarik desa ini.
Tenganan Pegringsingan dikenal sebagai desa yang memegang teguh tradisi Bali Aga, komunitas asli Bali yang telah menjaga adat leluhur selama berabad-abad. Salah satu warisan budaya yang paling dikenal adalah kain tenun ikat gringsing. Kain ini memiliki makna spiritual yang mendalam dan dianggap membawa perlindungan dari energi negatif. "Kain gringsing itu tidak hanya indah, tetapi juga punya makna sakral yang menghubungkan kita dengan leluhur," ujar Ni Luh Ayu, warga lokal yang juga pengrajin tenun ikat. Wisatawan dapat menyaksikan langsung proses rumit pembuatan kain ini, yang memerlukan waktu bertahun-tahun untuk diselesaikan.
Sebaliknya, Tenganan Dauh Tukad, meskipun juga mempertahankan tradisi, lebih terbuka terhadap pengaruh luar dan telah mengalami perubahan signifikan dalam beberapa dekade terakhir. Di sini, suasana terasa lebih modern, dengan sentuhan yang menyambut pengunjung dari berbagai belahan dunia. "Kami ingin tetap menghormati tradisi, tetapi juga terbuka untuk inovasi yang dapat membawa manfaat bagi masyarakat," kata Wayan Suardika, seorang warga yang aktif dalam mengelola pariwisata di desa tersebut.
Banyak wisatawan yang merasa terpesona oleh perbedaan mencolok antara kedua desa ini. "Menarik sekali melihat bagaimana dua komunitas yang hanya terpisah oleh sungai kecil bisa memiliki budaya yang begitu berbeda," kata Mark Johnson, seorang turis dari Australia yang menghabiskan sehari menjelajahi Tenganan. "Ini seperti melihat dua dunia yang berbeda dalam satu tempat."
Keunikan Tenganan Pegringsingan dan Tenganan Dauh Tukad menciptakan pengalaman yang tak terlupakan bagi para pengunjung. Mereka tidak hanya disuguhi keindahan lanskap perbukitan dan arsitektur tradisional, tetapi juga diperkaya dengan cerita dan filosofi hidup yang masih sangat relevan di tengah modernisasi. Desa-desa ini menjadi bukti nyata bagaimana tradisi dan adaptasi bisa hidup berdampingan, saling melengkapi dan memikat hati siapa saja yang berkunjung.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H