Mohon tunggu...
Verunia Kamalini
Verunia Kamalini Mohon Tunggu... Penulis - Mahasiswa Universitas Pendidikan Ganesha

Seorang Mahasiswa pencinta sastra yang memiliki hobi menulis, editing dan memiliki cita- cita sebagai penulis yang tulisannya dikenal banyak orang.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Tenganan Pegringsingan vs. Tenganan Dauh Tukad: Perbedaan Budaya yang Memikat Wisatawan

19 November 2024   04:37 Diperbarui: 19 November 2024   04:45 11
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Karangasem, Bali --- Tenganan, desa adat yang terletak di kabupaten Karangasem, memiliki keunikan yang selalu menarik perhatian wisatawan. Namun, tidak banyak yang tahu bahwa desa ini sebenarnya terbagi menjadi dua bagian: Tenganan Pegringsingan dan Tenganan Dauh Tukad. Masing-masing memiliki kekhasan budaya yang memikat dan menambah daya tarik desa ini.

Tenganan Pegringsingan dikenal sebagai desa yang memegang teguh tradisi Bali Aga, komunitas asli Bali yang telah menjaga adat leluhur selama berabad-abad. Salah satu warisan budaya yang paling dikenal adalah kain tenun ikat gringsing. Kain ini memiliki makna spiritual yang mendalam dan dianggap membawa perlindungan dari energi negatif. "Kain gringsing itu tidak hanya indah, tetapi juga punya makna sakral yang menghubungkan kita dengan leluhur," ujar Ni Luh Ayu, warga lokal yang juga pengrajin tenun ikat. Wisatawan dapat menyaksikan langsung proses rumit pembuatan kain ini, yang memerlukan waktu bertahun-tahun untuk diselesaikan.

Gambar pribadi
Gambar pribadi
Sebaliknya, Tenganan Dauh Tukad, meskipun juga mempertahankan tradisi, lebih terbuka terhadap pengaruh luar dan telah mengalami perubahan signifikan dalam beberapa dekade terakhir. Di sini, suasana terasa lebih modern, dengan sentuhan yang menyambut pengunjung dari berbagai belahan dunia. "Kami ingin tetap menghormati tradisi, tetapi juga terbuka untuk inovasi yang dapat membawa manfaat bagi masyarakat," kata Wayan Suardika, seorang warga yang aktif dalam mengelola pariwisata di desa tersebut.
Banyak wisatawan yang merasa terpesona oleh perbedaan mencolok antara kedua desa ini. "Menarik sekali melihat bagaimana dua komunitas yang hanya terpisah oleh sungai kecil bisa memiliki budaya yang begitu berbeda," kata Mark Johnson, seorang turis dari Australia yang menghabiskan sehari menjelajahi Tenganan. "Ini seperti melihat dua dunia yang berbeda dalam satu tempat."

Keunikan Tenganan Pegringsingan dan Tenganan Dauh Tukad menciptakan pengalaman yang tak terlupakan bagi para pengunjung. Mereka tidak hanya disuguhi keindahan lanskap perbukitan dan arsitektur tradisional, tetapi juga diperkaya dengan cerita dan filosofi hidup yang masih sangat relevan di tengah modernisasi. Desa-desa ini menjadi bukti nyata bagaimana tradisi dan adaptasi bisa hidup berdampingan, saling melengkapi dan memikat hati siapa saja yang berkunjung.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun