Mohon tunggu...
Klinik Diet
Klinik Diet Mohon Tunggu... lainnya -

Fake it til U make it

Selanjutnya

Tutup

Foodie

Apakah Makan Membuat Anda Merasa Senang atau Cemas?

8 Juli 2011   03:35 Diperbarui: 26 Juni 2015   03:51 339
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1310096077755002840

Mungkin, gejala yang paling membingungkan dari anorexia nervosa (gangguan yang cenderung terjadi pada gadis remaja) itu adalah menolak untuk makan, sehingga menghasilkan penurunan berat badan yang extrem. Sementara orang umumnya merasa sangat kesulitan untuk berdiet dan menurunkan berat badan, terutama jika harus menjalani diet selama berbulan-bulan atau bertahun-tahun, orang yang menderita anorexia nervosa sanggup membuat dirinya berdiet hingga mati. Bahkan, tingkat kematian karena kelaparan yang diakibatkan gangguan ini sangat tinggi. Sebuah penelitian yang dipublikasikan di International Journal of Eating Disorders, memberikan penjelasan kenapa gejala ini bisa terjadi pada anorexia nervosa. Orang umumnya merasa bahwa makan itu adalah pengalaman yang menyenangkan dan memuaskan. Sebaliknya, orang yang menderita anorexia nervosa seringkali berkata bahwa makan itu malah membuat mereka cemas, dan menolak makanan membuat mereka merasa lebih baik. Penelitian selama satu dekade belakangan telah memberikan wawasan baru mengenai mekanisme otak yang berhubungan dengan aspek-aspek rewarding dari kegiatan makan. Salah satu zat kimiawi otak ini adalah dopamine, yang dilepaskan saat seseorang atau hewan memakan makanan yang lezat. Sebuah penelitian yang dipimpin oleh Walter Kaye, MD, seorang professor dibidang psychology dan direktur dari Eating Disorder Treatment and Research Program di University of California, San Diego School of Medicine, menggunakan brain imaging technology yang disebut positron emission tomography (PET) untuk memvisualisasikan fungsi dopamine di dalam otak. Untuk memicu level dopamine di dalam otak, para peneliti memberikan dosis obat amphetamine, yang melepaskan dopamine di dalam otak. Pada wanita yang sehat tanpa gangguan pola makan, amphetamine memicu pelepasan dopamine yang berhubungan dengan perasaan sangat senang dibagian otak yang dikenal sebagai "reward" center. Namun, pada penderita anorexia nervosa, amphetamine membuat mereka merasa cemas, dan bagian otak yang diaktifkan adalah bagian otak yang merisaukan masalah konsekuensi. "Ini adalah penelitian pertama yang menunjukkan alasan biologis kenapa penderita anorexia nervosa punya respon berlawanan terhadap makanan," kata Kaye. "Adalah hal yang mungkin bahwa saat penderita anorexia nervosa makan, pelepasan neurotransmitter dopamine membuat mereka merasa cemas, dan bukannya mengalami perasaan senang. Adalah hal yang tidak bisa dipahami kenapa penderita anorexia nervosa begitu sulit untuk makan dan menambah berat badan, karena makanan terus menerus menghasilkan perasaan tidak nyaman berupa kecemasan." Yang penting dari penelitian ini adalah bahwa, dari hasil pengamatan terhadap orang-orang yang sudah sembuh dari anorexia nervosa selama minimal satu tahun, ditarik kesimpulan bahwa perasaan yang memprovokasi itu mungkin lebih diakibat oleh tanda-tanda awal, ketimbang respon untuk menjadi sangat langsing. Dalam hal efek dari strategi pengobatan, saat ini belum ada perawatan yang terbukti mampu mengurangi gejala inti dari anorexia nervosa, misalnya perasaan cemas yang ditimbulkan setelah makan. Menurut para peneliti, meski makan menimbulkan perasaan sangat cemas, namun makan dan menambah berat badan itu tetap penting agar bisa merawat penyakit ini dengan efektif. Hasil penelitian ini dipublikasikan pada International Journal of Eating Disorders.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun