Mohon tunggu...
klik saja
klik saja Mohon Tunggu... -

menulis itu menyapa siapa saja, mudah!tinggal klik saja

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Surga itu Bernama Pernikahan: Kisah Perempuan Berkerudung Hitam

30 April 2013   06:29 Diperbarui: 24 Juni 2015   14:23 471
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Perempuan Berkerudung Hitam

by aldy wijaya

“Afwan, ana tidak dapat menikah dengan akhi” Kalimat itu terbata-bataterluncur, ia mengucapkannya dengan menahan sesak dibatin. tak kuasa air matanya perlahan mengalir dari pipihnya hinggaseperti menganak sungai, iabelum sempat menghapusnya. disamping ayahnya, aku bergegas berdiridan berjalan cepat tanpa sedikitpun berkata dengan menahan rasa terluka dan kecewa. Persis , aku masih ingat kejadian itu, aqidahku diuji untuk kesekian kali.

******

“Ya Allah, Maafkan hambahmu ini”ucap wanita itu, airmatanya tetap membuncah dan ia tersungkur dalam sujudnya.

“Hamba terlalu lemah dihadapan-Mu, Hamba sungguh angkuh menolak laki-laki itu karena hafalannya sedikit dan tak mampu berbahasa arab, karena ia jauh dari kriteria hambamu ini”hatinyabegitumenahan rasa bersalah, aqidahnya diuji untuk kesekian kalinya.

*******

Setelah kejadian itu, aku hanya lebih sering menghafalkan banyak juz, aku membaca banyak referensi buku islam, aku melahapnya setiap hari dan itu menghiburku, itu ibadah dan juga membantuku melupakan kejadian yang menyakitkan itu.

Pernahkah kau berpikir, apa yang diharapkan banyak perempuan diluar sana, apa yang diimpikan dan dicita-citakan banyak perempuan dalam hidupnya?, perempuan diluar sana menginginkan sebuah pernikahan. Mengharapkan seorang laki-laki menikahinya agar Ia bisa menyempurnakancita-citanya,menjadiibu terbaik untuk anak-anaknya dan menjadi seorang istri yang setia untuk suaminya

Kalimat yang tak singkat itu pernah ku baca dalam sebuah postingan di facebook, aku melanjutkan tilawahku, aku sudah iklash menerima ketetapan ini dan berjanji tidak akan meminta takdirku lebih, aku ini milik Allah, aku tak berhak menetapkan bahwa kelak suamiku harus memenuhi semua kriteriaku. Sungguh, pernah kah ku berpikir apakah laki-laki yang ku tolak itu tak berkeinginan dan bercita-cita menjadi seorang hafiz?

*****

Sejak peristiwa itu aku memutuskan bercadar, aku lebih menyukai kerudungku yang berwarna hitam, aku ingin merapikan hijabku,ku ingin menyempurnakannya,

“Assalamuaikum Ukhti, wah sekarang sudah bercadar?”Tanya sahabatku yang satu murabbiah denganku.

“Alhamdulilah, sejak kejadian itu, ana ingin banyak belajar memantaskan diri”

“Oia ukhti, ana akan segeran menikah, doakan ya ukh “ucap sehabatkusambil melempar senyum lebar dari bibirnya

“Wah dengan siapa ukhti?” tanyaku singkat

“Alhamdulillah, dengan Akh Baldy, jawabnya singkat

“Alhamdulilah Ukh, ceritain kepada ana, mengapa ukh memilihnya?
“Apakah karena kriterianya ya ukh?

“Iya ukhti, itu pasti, namun alasan lain karena ia yang berani mengajak ana menikah duluan dibandingkan ikhwan yang lain,hehe”ucapnya sambiltertawa kecil , ia menggenggam tanganku karena tersipu malu.

Tanpa kusadari rupanya aku sedikit melamun sejenak

“Ukh, kok melamun?’tanyanya yang mengagetkanku dan menyadarkanku dari lamunan

Segera aku terlepas dari lamunan

“Astagfirullah, iya ukhti semoga cepat diberi momongan , semoga anaknya bisa jadi mujahid dan seorang hafiz, pendakwah yang hebat bagi islam”

“Ana daokan semoga ukhti bisa hidup bahagia bersamanya, bisa punya banyak momongan, supaya lebih banyak generasi islam hebat yang lahir dari rahim ukhti”tiba-tba ucapanku meluncur panjangtanpa Jedah, dan aku sedikit panik, sahabatku mendengarnya sedikit heran

“Ukh, afwan, ana tinggal dulu ya “aku segera pergi, rasanya hatiku penuh sesak, aku ingin pergi dan menyendiri dari tempat ini

“Ya Allah, Maafkan hambahmu ini”ucap wanita itu, airmatanya tetap membuncah dan ia tersungkur dalam sujudnya di sepanjang malam,

******

Sudah berapa bulan, aku lebih sibuk memperbaiki diriku, aku tak pernah menyesal dengan keputusanku, Allah akan ganti laki-laki itu dengan yang lebih baik, aku merasa kerudung hitam ini telah menemaniku dalam sabarku, aku berjanji takkan meminta takdirku lebih,

Siapapun laki-laki yang hadir dan berani mengajakku untuk menikah, sudah ku pastikan ia laki-laki yang hebat , karena ia sudah memberanikan diri bertemu ayahku yang tidak semua laki-laki berani melakukannya. Tidak lagi aku pikirkan tentang kriteria itu, masihkan aku tetap ragu terhadap takdir Allah dengan menganggap Allah akan mengirimkan seorang laki-laki yang tidak baik kepadaku sedangkan aku yakin telah mencoba menjadi muslimahyang terbaik? Bukankah laki-laki yang baik untuk perempuan yang baik?mataku kembali berkaca-kaca menahan perasaan ini untuk berulang kalinya.(AW)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun