Mohon tunggu...
Ramadhan
Ramadhan Mohon Tunggu... Freelancer - de omnibus dubitandum

sekelumitpandang.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Berkunjung ke Blora

27 Maret 2017   20:44 Diperbarui: 29 Maret 2017   17:00 322
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sekelumitpandang.com

Sepak terjang masyarakatini dari dulu mengagumkan ketika masih dikuasai Belanda daerah-daerah kitaini, mereka melakukan perlawanan dengan berani tanpa bantuan manapun tanpa sokongan orang luar, tanpa pendidikan dari barat ajaran dan pemikiran yang mereka gunakan untuk bergerak bersama dari ajaran leluhur mereka dari tanah mereka sendiri. 

Mereka melakukangerakan perlawanan tanpa kekerasan dan mencanangkan swadaya bahwa tidak akan mengikuti peraturan belanda dan segalakebutuhan merekabuat sendiri sesuai kecukupan mereka masing-masing. Daripada bekerja kepada Belanda yang meskipun mereka adalah penguasa tetapi menindas. Gerakan model seperti ini mirip dengan ajaran dari Mahatma Ghandi tetapi bedanya adalah tenggat waktunya karena Samin lebih dahulu  melakukan ini, tetapi bisa dikatakan kita lupa. Kita seharusnya memasukkan perjuangan mereka di buku-buku sejarah di sekolah-sekolah agar kita dapat ingat bahwa mereka pernah masuk ke dalam rentang waktu perlawan terhadap para penjajah di negeri kita ini.

Silaturahmi ke Rumah Masa Kecil Pram

Di desa samin itu saya habiskan hari sampai isyak, kemudian karena waktu kurang mencukupi dan tabu juga untuk bertamu dimalam-malam hari saya tidur duru di tempat yang gratis. Untuk kemduian besoknya saya dapat berkunjung ke rumah pembentukan diri masa kecil Pramoedya Ananta Toer yang sekarang menjadi perpustakaan atau terkenalnya bernama PATABA (Pramoedya Annta Toer Anak Semua Bangsa) di urus oleh adik Pram sendiri Susilo Toer.

Rumah itu berada di pojokkan tikungan jalan raya . Rumput-rumput memang agak tinggi dan ketika disana pak Susilo sedang tidur saya yang tidak mengetahui langsung saja bilang permisi yang seraya langsung membangunkannya. Tetapi mau bagaimana lagi karena tidak tahu juga kalau beliau sedang tidur, dan juga saya lupa minta maaf atas itu hehe.

Saya dipersilahkan untuk menuju kebagian pintu rumah bagian samping belakang, ketika dibuka oleh pak susilo terlihatlah rak-rak berisi buku-buku yang terlihat kesan buku lamanya. Juga terdapat poster foto maupun lukisan Pram dan tokoh-tokoh penulis terkenal lainnya. Setelah dipersilahkan duduk dan berkenalan saya mulai menanyakan mengenai koleksi buku-buku pram yang ada di perpustakaan itu, karena saya sedang mencari di tepi kali bekasi yang tidak pernah ketemu mungkin saja jika ada akan saya fotokopi walau memang juga tidak ada. 

Ternyata di perpustakaan di dalam rumah tersebut tetap saja ada yang tega meminjam dan tidak mengembalikan dan itupun bukunya pram sendiri sungguh sangat tidak menghormati dan yang melakukakan itupun ada yang pejabat juga. Lalu percakapan itupun  brlanjut kemana-mana, saya disana sama seperti berguru privat kepada dosen, karena pak susilo sendiri pun memiliki gelar Doctor dari Universitas di Moskow sana, sebuah kebanggaankan

Selain itu ketika bercakap-cakap dengan beliau banyak sekali cerita-cerita terselubung di Indonesia ini, sama saja saya mewawancarai atau  malah di berikan kronologi sejarah oleh sang saksi hidup sejarah sendiri. Pak susilo juga ikut tertangkap oleh pemerintahan Orde Baru sama seperti Pram, karena dituduh PKI. Padahal dia baru saja kembali dari Moskow.

Pengucapan Pak susilo lugas dan indah terlihat  sangat banyak ilmunya tanpa perlu mengatakan apa saja itu. Sampai sekarang beliau pun tetap terus membaca dan menulis, banyak karangannya yang mulai dicetak dikerjakan oleh anaknya sendiri. Dan dapat dibeli di rumah itu langsung saya pun membeli salah satu bukunya. Cerita beliau mulai dari mengenai Ayahnya, Pram sendiri saudara satunya Pak Kosalah. Saya dapati mereka selalu mendapatkan kesulitan dari pihak pemerintah terus menerus di jaman Orba, mulai dari semua bersaudara tersebut dipenjara lah, dan karya mereka yang tidak diberikan apresiasi maupun royalty. Padahal kesemua dari mereka melakukan tugas yang mulia yaitu berkarya.

Bukan mengenai kehidupan keluargaanya saja, saya  juga berbincang mengenai kondisi perpolitikan sejarah Indonesia seperti apa,kebenarnannya yang mana, dan juga apakah itu hanyalah isu maupun apa yang baru saya kenal disana adalah proyekan agar mendapatkan dana. Sampai juga dengan pembahasan mengenai dualistis,materialistis dan idealis yang meskipun secara sekilas karena pastinya saya bakal kelabakan kebingungan untuk mencernanya hehe.

Rumahbersejarahitu sendiri ditempati oleh Pak Susilo ketika tahun 2004 sekembalinya ia dari Jakarta, kondisi rumah itu hampir ambruk kemudian dibetulkan dan sesuai rencana bersaudara itu akan dibuatkan tempat pencerahan masyarakat. Tetapi Pak Pram meninggal sebelum bangunan itu selesai renovasi. Meskipun begitu tetap diteruskan oleh Pak Susilo sebagai bentuk untuk mengenangnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun