Angkutaan Massal?  Yah, inilah pertanyan yang tak pernah selesai dari tahun ke tahun, dari sejak indonesia merdeka sampai detik ini. Bicara masalah angkutan massal tentu kita semua  memiliki pengalaman masing-masing sesuai dengan moda tranportasi yang kita gunakan. Secara regulasi tentu pengaturan tentang sistem tranpotasi dan angkutan massal tahun 2019 sudah diatur dan dijabar dalam Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 37 Tahun 2019 merujuk pada UU yang lebih tinggi serta visi dan misi Kementerian Perhubungan yang diberi tanggung jawab mengelola dan mengatur tata kelola sistem tranportasi di indonesia baik darat, laut dan udara .Â
Dari data Kementerian Perhubungan jumlah total penumpang selama mudik Lebaran 2019 tercatat sebanyak 11.531.775 orang. Sedangkan pada tahun 2018 jumlah penumpang mencapai 13.923.193. Dikutip dari Kompas.com Kementerian Perhubungan memprediksi pemudik Lebaran 2019 yang akan menggunakan alat transportasi umum mencapai 22,83 juta penumpang.Â
Jumlah ini naik 4,14 persen ketimbang Lebaran 2018 lalu. "Dilihat secara umum, pemudik itu masif di (moda transportasi) udara dan darat. Udara itu karena kita (negara) antar pulau, lalu darat, apalagi dengan adanya jalan tol," ujar Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi di Jakarta, Senin (22/4/2019). Adapun moda transportasi yang mengalami kenaikan paling besar adalah bus, yakni 4,68 juta penumpang, lalu kereta api sebanyak 6,45 juta penumpang, kapal laut sebanyak 1,08 juta penumpang, dan pesawat 5,78 juta penumpang. Sedangkan kendaraan pribadi seperti mobil diprediksi sebanyak 3,76 juta dan sepeda motor sebanyak 6,85 juta. Pada tahun lalu, pengguna mobil hanya sebanyak 3,19 juta dan pengguna motor sebanyak 6,19 juta.
Dari data diatas bahwa pemudik yang menggunakan tranportasi umum mengalami kenaikan sekitar 4,14 persen dari tahun 2018. secara statistik kenaikan ini menunjukan bahwa ada ketertarikan masyarakat untuk menggunakan transportasi massal yang sduah disiapkan oleh pemerintah ataupun swasta yang bekerja sama dengan pemerintah sebagai operator dalam menata dan mengelola arus mudik lebaran tahun 2019.
Pembenahan Sistem Pelayanan Transportasi Massal
Menjadi pertanyaan mendasar kita adalah adakah rasa nyaman dan kepuasan pelayanan angkutan massal yang di rasakan oleh pemudik? Menjawab pertanyaan ini tentu kita harus melihat tiga hal penting dalam mengelola arus mudik  ditinjau dari sisi pengguna (user), operator maupun dimensi kebijakan pemerintah (regulator). Ketiga poin diatas sangat memberikan dampak langsung terhadap pemudik selama mudik.Â
Pertama sisi pengguna atau pemudik ( user ). Bagi masyarakat atau pemudik pilihan untuk menggunakan tranportasi massal tentu menjadi solusi dan menghemat biaya, karena tranpotasi massal tentu sudah memenuhi standar-standar pelayanan yang maksimal selama mudik berlangsung.Â
Kedua sisi Operator. Dalam mengelola sistem transpotasi massal tentu menjadi tanggung jawab pemerintah dan juga swasta yang bekerja sama dengan pemerintah. Selaku operator tentu harus menyediakan semua sarana dan prasana yang dibutuhkan pemudik harus memenuhi standar dan kualitas yang baik, sehingga memberikan rasa nyaman dan puas selama mudik berlangsung.
Ketiga sisi kebijakan pemerintah (regulator). Pemerintah sebagai pemangku kebijakan (regulator) tentu harus tegas dan menetapkan standar-standar yang jelas dalam menetapkan semua regulasi serta penjabaraanya. Karena apabila semua sistem yang ada tidak memeliki sisi regulasi yang jelas tentu ini akan menjadi celah yang kadang nakal di gunakan oleh operator untuk mencari keuntungan dengan tidak memperhatikan kualitas pelayanan.
Integrasi Sistem Moda Transpotasi Massal
Dalam mengelola sistem transpotasi massal tentu yang harus diperhatikan adalah konsep integrasi moda transpotasi. Masalah utama sering terjadi adalah integrasi sistem tranportasi. Integrasi moda transpotasi antar kota dan sampai ke desa atau kampung kadang sering menjadi masalah, karena sarana transportasi yang ada di daerah kabupaten/kota di luar Jakarta masih sangat minim dan terbatas bahkan juga tidak ada. Â
Kondisi keterbatasan sarana dan prasana tentu sangat berpengaruh terhadap waktu tempuh sehingga sangat berkorelasi terhadap biaya yang dikeluarkan. Bagi kita yang berlibur di luar kota jakarta selalu jadi momok, karena waktu tempuh yang lama. Sarana yang terbatas sehingga waktu untuk berkumpul dengan keluarga dan orang-orang yang kita cintai akan semakin sedikit sementara biaya yang kita keluarkan lebih besar. Tentu mudik tidak memberi rasa bahagia karena waktu berkumpul dengan keluarga cuma sedikit saja.
Konsep Tol Laut Untuk Mudik Murah
Mengingat Indonesia adalah negara kepualauan yang dua pertiganya adalah laut  seharusnya yang Konsep tol laut yang di programkan oleh Jokowi  dapat diperluas dalam konteks situasi dan kebutuhan yang terjadi. Inilah tantangan untuk kita pikirkan sebaga solusi mudik. Selama ini moda tranpotasi darat dan udara sudah sangat memadai. sedangkan untuk moda transpotasi laut sarana-prasarnanya sangat minim dan terbatas. Selama ini tol laut lebih identik dengan transpotasi barang saja.Â