Penulis:
Jon Kadis, S.H, Sekjend Komodo Lawyers  Club
Dasar Argumentasi:
Sesungguhnya semua orang berjasa untuk Kab.Manggarai Barat (Mabar) mulai dari proses pembentukan, deklarasi dalam Undang-Undang, fondasi pembangunan hingga mengisinya sampai hari ini.
Dan sesungguhnya juga semua orang telah mengucapkan terimakasih kepada mereka yang berjasa.
Dan sesungguhnya semua orang di Mabar, mulai dari kampung hingga kota, dari gunung hingga lembah, dari darat hingga laut, telah menyematkan kata Pahlawan kepada para penjasa dalam bahasa mereka sendiri.
Dan mewakili mereka semua yang berjasa itu, kiranya dengan rendah hati kita menyematkan penghormatan dan kepahlawan itu kepada mereka semua melalui mereka yang menonjol dilihat dari posisi kita pada peringatan Hari Pahlawan 10 November 2021.
Mereka yang menonjol itu adalah seorang yang memberikan status super prioritas untuk pariwisata Labuan Bajo, yaitu Presiden Joko Widodo, dan seorang yang mengubah Mabar untuk mulai menggeliat dalam pembangunan, yaitu Bupati Pertama Bpk. Fidelis Peranda (alm).
Presiden Jokowi tentu bukan hanya dia seorang yang melakukan perubahan, tapi seluruh team dalam kekuasaannya. Demikian pula Bpk.Fidelis Peranda, ia mewakili semua orang yang telah berjasa membangun Kabupaten Manggarai Barat.
Ada yang spesifik dari para sesepuh dan tokoh adat & budaya Manggarai yang berada di Labuan Bajo, dalam diskusi yang digagas oleh Komodo Lawyers Club (KLC) Labuan Bajo dalam mengisi perayaan Hari Pahlawan 10 November 2021. Apa itu? Selain setuju untuk beri gelar Pahlawan Pembangunan Pariwisata unuk Jokowi, bersamaan dengan gelar Pahlawan Pembangunan Manggarai Barat untuk alm.Bpk.Fidelis Peranda, juga setuju untuk beri beri gelar "Kraeng" kepada Ir.Joko Widodo, Presiden RI saat ini. Oleh karena itu, bagi masyarakat adat-budaya Manggarai Barat akan menyapanya dengan Kraeng Jokowi atau Kraeng Presiden Jokowi. Itu gelar dari arus bawah.
Lebih jauh  bahwa bagi seorang pejuang sejati, sesungguhnya ia tidak butuh pujian, tidak butuh terimakasih, apalagi tidak butuh disebut pahlawan. Ia dipercaya, diberi kekuasaan dan bekerja sesuai mandat yang diberikan kepadanya. Ia hanya bekerja, bahagia dengan itu, apalagi pekerjaan itu membuatnya selamat di dunia dan akirat. Intinya, ucapan terimakasih, apalagi disebut pahlawan, ia tidak butuh. Namun dengan kebaikan dan kerendahan hatinya, ia menerimanya. Biasanya ia merespond itu bukan semata karena jasanya, tapi karena karyanya dihargai sesama. Lebih lanjut ia persembahan terimakasih dari sesama dan penghormatan itu kepada Sang Pemberi Kehidupan, Tuhan. Rezeki pribadinya di dunia? Ia yakin Tuhan membuka pintu rezeki bagi dirinya selama hidup, Tuhan buka melalui sesama yang mengenal karyanya.
Penyematan predikat Pahlawan kepada seorang Presiden Jokowi sebagai Pahlawan Pembangunan Pariwisata dan kepada Fidelis Peranda (alm) Bupati pertama Manggarai Barat bukannya tanpa kontra. Alasan kontra itu adalah: Â karena mereka melakukan pembangunan itu saat memiliki kekuasaan, sehingga hal itu biasa-biasa saja alias tidak luar biasa. Siapapun yang dipercaya untuk menjalankan kekuasaan untuk rakyat, maka itulah tugasnya.
Â
Tapi di sisi lain terdapat pertimbangan untuk memberi gelar pahlawan: pertama, pada saat kepemimpinan mereka telah terjadi perubahan yang amat signifikan melebihi situasi dan kondisi sebelumnya. Kedua, dan ini penting, bahwa mereka sebagai atas nama dari semua orang yang telah melakukan perubahan selama ini yang namanya tidak sempat disebutkan satu persatu saat ini. Dengan demikian maka sesungguhnya tak ada yang tertinggal, tapi semua yang berjasa itu terakomodir ke dalam diri mereka ini, Kraeng Presiden Joko Widodo untuk perubahan pembangunan bidang pariwisata dan Bpk.Fidelis Peranda untuk perubahan Kabupaten Manggarai Barat.