Mohon tunggu...
Klaudius WanaSaputra
Klaudius WanaSaputra Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

...

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Awal Mula Masuknya Film di Indonesia

21 September 2023   21:50 Diperbarui: 21 September 2023   22:00 155
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Film Lotoeng Kasaroeng (1926), film pertama yang diproduksi Indonesia. (Wikimedia Commons)

Film merupakan gambar bergerak atau motion picture yang bisa membuat sebuah narasi atau cerita dengan menggunakan komunikasi sebagai penyampaian pesan agar bisa berkomunikasi dengan khalayak, dalam medium yang beragam. 

Awal mula gambar sudah ada dari jaman prasejarah, yang diikuti dengan adanya tulisan dalam bentuk narasi yang digambarkan dalam gua-gua manusia purba sekitar 40.000 tahun yang lalu. Dimana penyebutan film pada sebuah gambar bergerak memakai suara atau tanpa suara. Di Indonesia gambar bergerak sudah ada dalam bentuk wayang kulit sejak 1.500 sebelum masehi. Wayang kulit merupakan seni turun-temurun didalamnya menceritakan kerajaan yang mengandung pesan dan moral. 

Film pertama yang diperkenalkan di Indonesia yaitu pada tanggal 5 Desember 1900, di Jakarta yang masih bernama Batavia, saat itu Belanda masih menjajah dan yang pertama kali memperkenalkan film di Indonesia. Pada tahun yang sama setelah pengenalan film di Indonesia bertepatan dengan film dan bioskop di Perancis hadir. Pada saat itu, masyarakat Indonesia, khususnya di Jakarta menyebut istilah "film" adalah "gambar idoep" atau gambar yang hidup. 

Film pertama yang dikerjakan di Indonesia merupakan film tanpa suara (bisu) berjudul "Loetoeng Kasaroeng", disutradarai oleh G. Kruger dan L. Heuveldorp yang berasal dari belanda. Aktor dan aktris yang dimainkan dalam film ini diambil dari artis lokal, dan diproduksi oleh Perusahaan Film Jawa NV di Bandung. Produksi film tersebut dibiayai oleh Bupati Bandung saat itu, Wiranatakusumah V. Dimana penayangan perdana dilaksanakan pada tanggal 31 Desember 1926 dan 6 Januari 1927, berlokasi di teater Elite and Majestic (Oriental Bioscoop).

Tetapi dunia perfilman Indonesia belum bisa bertumbuh seperti yang dibayangkan, dikarenakan situasi dan kondisi pada masa itu kemungkinan kecil untuk bisa mengerjakan film. Sebab saat itu masyarakat Indonesia masih berjuang melawan penjajah, yaitu Jepang dan Belanda. Dimasa Indonesia mengembangkan perfilman selama kurun waktu 1926-1931 telah tercipta 21 judul film, baik menggunakan suara maupun tanpa suara. Hingga tahun 1936 tercatat 227 bioskop.

Indonesia dicatat sebagai raja di negara sendiri pada tahun 1980-an. Salah satu film yang cukup terkenal saat itu adalah "Catatan Si Boy" dibintangi oleh artis yang terkenal pada masa itu seperti Onky Alexander, Meriam Bellina, Nike Ardilla, Paramitha Rusady. 

Kemudian mimpi buruk kembali, dimana judul film yang dihasilkan berkurang dari tahun ke tahun, sejak masuk tahun 1990-1991 hanya terdapat 25 judul film, dan pada tahun 1993 bulan tepatnya bulan mei hanya terdapat 8 judul film. Dari data tersebut menjadi hal yang menyedihkan bagi dunia perfilman Indonesia kala itu. 

Berselang beberapa tahun kemudian dunia perfilman Indonesia bisa dibilang mulai bangkit kembali pada tahun 1999, ditandai dengan munculnya film dengan judul "Petualangan Sherina" hadir di layar emas yang menjadi bangkitnya kembali dunia perfilman Indonesia. Dari tahun 2000-an hingga 2004 hanya tercatat 36 judul. Namun 2005 tercatat 29 judul pertahunnya. Dan tahun 2008 terdapat 80 judul film per tahunnya. Walau angka tersebut belum dapat melebihi produksi tahun 1980-an, para pelaku seni film tetap berkreasi demi perfilman Indonesia yang lebih baik lagi. Namun secara mengejutkan produksi film tahun 2008 mencapai 75 judul film, namun ketika tahun 2009, telah dapat berproduksi lebih dari 100 judul film. 

Referensi:

LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun