Mouth breather atau kebiasaan bernapas melalui mulut merupakan kondisi seseorang lebih banyak menggunakan mulut sebagai alat untuk bernapas daripada hidung. Tidak sedikit orang yang melakukan hal ini. Alasan orang -- orang melakukan hal ini dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, Â seperti memiliki penyakit tertentu ataupun hanya sebuah kebiasaan saja. Meskipun tampak sepele, kebiasaan ini dapat berdampak signifikan pada kesehatan gigi dan mulut, terutama dalam jangka waktu panjang.
Seperti yang kita tahu, manusia memang dicipatakan untuk bisa bernapas melalui hidung dan mulut. Namun, alat pernapasan utama manusia adalah hidung dan mulut hanyalah alat untuk membantu pernapasan saja. mulut tidak memiliki alat penyaring seperti bulu -- bulu pada hidung, sehingga rentan terkena debu dan kotoran dari udara jika kita menghirupnya melalui mulut. Dalam jangka waktu pendek, gusi -- gusi pada mulut bisa terinfeksi sesuatu karena bakteri yang terbawa oleh kotoran dan debu bisa saja menempel pada gusi dan menyebabkan pembengkakan.
Lebih parah lagi jika kebiasaan ini sudah dilakukan dalam jangka waktu yang lama. Bernapas melalui mulut dapat mengubah struktur muka dan menyebabkan maloklusi (gigi yang tidak rapih). Hal ini disebabkan karena bernapas melalui mulut mengakibatkan kecenderungan menganga yang menyebabkan pertumbuhan rahang yang terganggu.
Lalu apakah bernapas menggunakan mulut merupakan sesuatu yang buruk? Bagaimana cara mengatasinya? Sebenarnya, bernapas menggunakan mulut tidak sepenuhnya buruk dan diperbolehkan, apalagi dalam kondisi tertentu seperti sedang pilek atau memiliki penyakit pernapasan lainnya. Namun, berbeda halnya dengan orang yang sudah memiliki kebiasaan bernapas melalui mulut. Orang yang sudah memiliki kebiasaan tersebut harus segera diatasi agar tidak menimbulkan risiko yang buruk bagi struktur muka dan kesehatan mulut. Hal ini dapat diatasi dengan menggunakan mouth tape pada saat tidur untuk membatasi mulut agar tidak menganga.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H