Mohon tunggu...
Klarissa Shakila
Klarissa Shakila Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

I love pretty things

Selanjutnya

Tutup

Politik

Mari Pelajari Etika Debat dari Capres dan Cawapres Pemilu Tahun 2024

16 Februari 2024   22:18 Diperbarui: 16 Februari 2024   22:35 126
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Pemilihan Umum (Pemilu) 2024 di Indonesia, telah diselenggarakan pada tanggal 14 Februari 2024. Sebagai sebuah negara demokratis, Pemilu adalah momen penting dalam menentukan arah kepemimpinan negara. Dalam konteks Pemilu 2024, perhatian khusus tertuju pada serangkaian debat yang diadakan antara calon presiden (capres) dan calon wakil presiden (cawapres). Tiga pasangan calon yang mencuat ke permukaan dan menjadi peserta utama dalam perdebatan ini adalah Anies Baswedan-Cak Imin, Ganjar Pranowo-Mahfud MD, dan Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming. Setiap pasangan calon memiliki visi, misi, serta gagasan-gagasan mereka sendiri untuk membawa Indonesia ke masa depan yang lebih baik.

Pada dinamika persaingan Pemilu 2024, aspek yang tidak boleh diabaikan adalah etika debat. Etika debat menjadi esensial karena melibatkan pertukaran ide dan pandangan antara para calon pemimpin. Dalam menjalankan debat, para calon diharapkan tidak hanya mampu mempertahankan gagasan mereka, tetapi juga menjaga etika dan kesopanan dalam berkomunikasi.

Perdebatan menjadi wahana bagi calon pemimpin untuk mengungkapkan pemahaman mereka terhadap isu-isu krusial yang dihadapi bangsa. Dalam hal ini, penting untuk memastikan bahwa setiap poin yang disampaikan dilakukan dengan integritas dan tanggung jawab, tanpa merendahkan atau menyerang pihak lawan. Pemilu di Indonesia diadakan setiap lima tahun sekali. Hal ini mencerminkan komitmen pemerintah untuk memberikan kesempatan kepada rakyat dalam menentukan pemimpinnya secara demokratis (Futiah, 2021).

Pada tahun 2024, perhelatan Pemilu menjadi momentum untuk melibatkan masyarakat dalam proses demokrasi, di mana mereka dapat mengeluarkan hak suaranya untuk memilih pemimpin yang dianggap sesuai dengan visi dan harapan mereka. Sebagai warga negara yang partisipatif, penting bagi masyarakat untuk mengikuti perkembangan pemilu dengan seksama, termasuk perdebatan antara calon pemimpin. Melalui pemahaman akan esensi etika debat, diharapkan masyarakat dapat lebih kritis dalam menilai dan memilih pemimpin yang tidak hanya memiliki kapasitas intelektual, tetapi juga sikap yang baik dalam berkomunikasi dan berdebat.

Gaya Komunikasi dan Pengaruhnya dalam Debat Cawapres Pemilu 2024

Seperti yang kita ketahui, debat membutuhkan cara komunikasi yang benar agar diskusi dapat berjalan dengan baik. Komunikasi sendiri, kata beliau, berkaitan dengan tiga unsur penting, yaitu logika, etika, dan estetika. Oleh karena itu, gaya komunikasi menjadi kunci penting bagi calon pemimpin. Dalam setiap debat, terutama forum debat keempat Pilpres 2024, para cawapres mempertontonkan kebolehan mereka dalam memaparkan, menjelaskan, dan menjawab sejumlah topik yang diajukan para panelis atau kandidat lainnya. Mulai dari tema pembangunan berkelanjutan dan lingkungan hidup,sumberdayaalamdanenergi, hinggaisu-isumasyarakatsepertipangan,agraria, dan masyarakat adat.

Namun, dinamika persaingan ini tidak hanya terbatas di panggung debat, tetapi juga merambat hingga ke media sosial. Kesopanan dan etika debat menjadi sorotan utama warganet yang dengan antusias mengikuti perdebatan di dunia maya. Etika debat memiliki dampak yang signifikan terhadap persepsi publik terhadap calon pemimpin.

Pengamat Lintang Kompas melalui aplikasi pemantau media sosial Talkwalker mencatat bahwa aspek-aspek etika debat mendapat perhatian khusus dari warganet. Pemantauan tersebut dilakukan dengan mengambil data dari platform Youtube, Tiktok, dan X (sebelumnya Twitter) dalam rentang waktu tiga hari, mulai dari hari-H hingga H+2 setelah debat cawapres. Hasilnya mencengangkan, dengan total 929.393 unggahan terkait kata "debat" di ketiga platform tersebut. Platform X menjadi pemenang dengan jumlah konten terbanyak, mencapai 919.900 unggahan, sementara Youtube menjadi runner-up dengan 9.200 unggahan. Tiktok juga turut berkontribusi dengan 293 unggahan. Dari sini terlihat bahwa debat cawapres memang menciptakan gelombang percakapan yang besar di dunia maya.

Etika Debat Capres dan Cawapres: Menjaga Kesopanan dan Integritas Kepemimpinan

Ketika debat dalam Pemilihan Umum (Pemilu) capres dan cawapres tidak hanya mencerminkan kualitas komunikasi para pemimpin potensial, tetapi juga memberikan gambaran tentang integritas, kepemimpinan, dan sikap moral yang dapat diharapkan dari calon pemimpin. Dalam perdebatan Capres dan Cawapres Pemilu 2024, terdapat beberapa aspek etika debat yang dapat menjadi pelajaran berharga bagi masyarakat: Pertama, pentingnya menjaga kesopanan dan hormat antarlawan debat. Dalam proses debat, para Capres dan Cawapres harus memahami bahwa perbedaan pandangan politik adalah hal yang wajar, dan hal ini tidak seharusnya menghalangi terciptanya diskusi yang produktif (Sandiko, 2020). Etika debat menuntut mereka untuk menjaga kesantunan dalam berbicara, tidak melakukan serangan pribadi, serta memberikan respek kepada lawan debat. Pada akhirnya, ini menciptakan atmosfer debat yang sehat dan positif.

Kedua, etika debat mencakup kemampuan untuk memberikan argumen yang jelas, rasional, dan berbasis fakta. Capres dan Cawapres diharapkan mampu menyampaikan pandangan dan program kerja mereka dengan menggunakan logika yang kuat, bukan sekadar retorika kosong. (Bayu, 2020) Dengan adanya etika debat yang baik, masyarakat dapat memahami dan menilai argumen para calon secara lebih objektif, membantu mereka membuat keputusan yang informasional dan rasional. Selanjutnya, perlunya transparansi dan kejujuran dalam menyampaikan informasi. Etika debat menekankan pentingnya menyajikan fakta yang benar dan jujur (Herfani & Manaf, 2020). Capres dan Cawapres harus berkomitmen untuk tidak menyajikan informasi palsu atau menyimpang dari kebenaran demi kepentingan politik. Kehandalan dan kejujuran dalam berbicara menjadi kunci untuk membangun kepercayaan masyarakat terhadap pemimpin yang dipilih.
Dalam era digital, etika debat juga melibatkan tanggung jawab terhadap penggunaan media sosial. Calon pemimpin harus memahami dampak kata-kata dan tindakan mereka di dunia maya. Etika debat mencakup penggunaan media sosial yang bertanggung jawab, menghindari penyebaran informasi palsu, dan menghormati norma norma digital dalam interaksi mereka dengan masyarakat (Kurniawati et al., 2022). Terakhir, etika debat juga mencerminkan kemampuan para calon untuk menerima kritik dan tanggapan. Sikap terbuka terhadap masukan dan saran dari berbagai pihak menunjukkan kedewasaan kepemimpinan (Sandiko, 2020). Capres dan Cawapres yang dapat menerima kritik dengan baik menunjukkan bahwa mereka siap untuk berkembang dan belajar demi kebaikan bangsa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun