Yosowilangun Lor, Lumajang -- Mahasiswa KKN 279 Universitas Jember meluncurkan program kerja utama berupa digitalisasi pendataan stunting dengan pengembangan prototipe aplikasi yang bertujuan untuk mencegah bertambahnya kasus stunting di Desa Yosowilangun Lor. Program ini melibatkan pendampingan intensif bagi ibu dan balita yang berada dalam kondisi rentan stunting, dengan memanfaatkan fitur-fitur dalam aplikasi untuk mengedukasi dan meningkatkan kesadaran mengenai nutrisi dan pola asuh anak.
Aplikasi ini memiliki berbagai fitur yang mendukung kesehatan balita, termasuk pendataan kesehatan rutin setiap posyandu, rekomendasi resep masakan lengkap dengan informasi nutrisi, serta rekomendasi aktivitas parenting. Salah satu inovasi yang diterapkan langsung oleh mahasiswa KKN 279 adalah pendampingan terhadap 10 ibu dan balita pilihan, beberapa di antaranya sudah menunjukkan tanda-tanda stunting. Selama dua minggu, para ibu ini didampingi dalam menjalankan program dengan mengikuti misi harian berupa resep masakan dan aktivitas parenting yang dikirim melalui WhatsApp.
Mekanisme pelaksanaan program ini dimulai dengan pemilihan resep dan aktivitas parenting oleh mahasiswa untuk minggu pertama. Setiap hari, satu misi dikirimkan ke grup WhatsApp yang sudah dibentuk. Ibu dan balita yang berhasil menyelesaikan misi harian diminta untuk mengirimkan bukti berupa foto atau video. Monitoring dilakukan setiap hari oleh mahasiswa, dengan evaluasi mingguan yang melibatkan ibu bidan dan kader desa.
Pada minggu kedua, ibu bidan setempat menyampaikan apresiasinya terhadap program ini. "Program pendampingan ibu dan balita status rentan stunting maupun yang stunting ini sangat bagus. Saya sendiri belum terpikirkan untuk mendampingi langsung satu per satu melalui WhatsApp seperti ini. Saya pikir, kenapa tidak dari dulu saja? Program ini nantinya pasti akan dilanjutkan oleh kita, biar dilanjutkan oleh kader, mengingat kasus stunting masih banyak dan akan terus bertambah di desa Yosowilangun Lor ini," ujarnya.
Keberhasilan program ini tidak hanya diukur dari pertumbuhan fisik balita, seperti peningkatan berat dan tinggi badan, yang menurut bidan dan kader desa biasanya memerlukan waktu 3-4 minggu untuk terlihat jelas. Namun, dalam waktu dua minggu ini, peningkatan nafsu makan balita sudah mulai tampak, terutama dengan kreativitas para ibu dalam mengolah makanan sesuai dengan rekomendasi aplikasi. Para ibu juga menjadi lebih sadar akan pentingnya nutrisi yang dikonsumsi oleh balitanya setiap hari.
Program pendampingan ini akan dilanjutkan oleh kader dan bidan setempat, dengan harapan dapat mengurangi angka stunting di Desa Yosowilangun Lor secara berkelanjutan. Mahasiswa KKN 279 berharap, program ini dapat menjadi model untuk upaya pencegahan stunting di daerah lain, dengan memanfaatkan teknologi digital untuk pendampingan yang lebih efektif dan efisien.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H