Mohon tunggu...
KKN UNDIP TIM I  Desa Winduaji
KKN UNDIP TIM I Desa Winduaji Mohon Tunggu... Mahasiswa - Universitas Diponegoro

Kami adalah kelompok KKN TIM I UNDIP tahun 2023 yang bertempat di Desa Winduaji, Kecamatan Paninggaran, Kabupaten Pekalongan

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

INOVATIF!! Mahasiswa KKN Undip Tim I 2023 Desa Winduaji Menciptakan Eco Enzyme dari Limbah Organik Untuk Mendukung Kesuburan Tanaman

4 Februari 2023   01:05 Diperbarui: 8 Februari 2023   19:24 755
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Proses Penyaringan Eco Enzyme yang Sudah Siap Dipanen dan Bagikan

Winduaji, Paninggaran (03/02) -  Desa Winduaji, Kecamatan Paninggaran, Kabupaten Pekalongan dapat diklasifikasikan sebagai salah satu Desa agraris yang berisikan masyarakat yang bekerja dengan pencaharian utama sebagai petani atau pemilik dan pengelola kebun. Terutama sejak dulu, Negara Indonesia khususnya terkenal akan Negara agraris atau pertanian dengan lahan yang sangat luas, tidak terkecuali pada Desa Winduaji. 

Sumber pendapatan utama desa ini juga pasti dengan menjual hasil ladang dan juga sawah yang dikonsumsi banyak orang. Oleh karena itu, diperlukan hal - hal penunjang kesuburan untuk membantu memperlancar proses penanaman tanaman hingga panen yang diharapkan mendapat hasil maksimal.

Sawah dan Kebun di Desa Winduaji
Sawah dan Kebun di Desa Winduaji
Sawah dan Kebun di Desa Winduaji
Sawah dan Kebun di Desa Winduaji
Sawah dan Kebun di Desa Winduaji
Sawah dan Kebun di Desa Winduaji

Pupuk adalah kunci dari kesuburan tanah karena berisi satu atau lebih unsur untuk menggantikan unsur yang habis terisap tanaman. Jadi, memupuk berarti menambah unsur hara kedalam tanah dan tanaman. Pupuk merupakan meterial yang ditambahkan pada media tanam atau tanaman untuk mecukupi kebutuhan hara yang diperlukan tanaman sehingga mampu berproduksi dengan baik (Dwicaksono,2013). Sehingga membuat pupuk populer digunakan dalam industry pertanian, terutama jenis pupuk kimia.

Pupuk kimia banyak dipakai secara luas di Desa Winduaji dengan alasan lebih efisien jika dibandingkan dengan pupuk dari zatorganik. Hal ini dikarenakan pupuk kimia mudah digunakan, murah, memiliki kandungan mineral di dalamnya jelas, dan juga terdapat banyak pilihan sesuai dengan kebutuhan tanaman.

Penggunaan pupuk kimia secara terus-menerus dapat membuat tanah mengeras dan kehilangan porositasnya. Hal ini dikarenakan penggunaan pupuk meningkatkan kadar asam dalam tanah. Dilansir dari Hunker, asam klorida dan asam sulfat dalam tanah melarutkan remah-remah tanah yang kaya akan mineral.

Perusakan mineral tanah oleh asam tersebut membuat tanah kehilangan porositas. Hal ini berarti tanah akan menjadi sangat padat sehingga air akan sulit masuk, begitu juga dengan sirkulasi udara yang berkurang. Pengerasan tanah memicu pada ketidaksuburan tanah secara keseluruhan. Dalam perjalanan menjadi kering, pengancurhan mineral memicu penipisan mineral serta unsur hara dalam tanah.

Contoh Tanah yang Telah Rusak Akibat Penggunaan Bahan Kimia Berlebih
Contoh Tanah yang Telah Rusak Akibat Penggunaan Bahan Kimia Berlebih

Hal tersebut membuat tumbuhan akan ketergantungan terhadap pupuk, yang semakin lama akan semakin merusak tanah tempat tumbuhan tersebut hidup. Selain itu, Bahan kimia sintetis dalam pupuk kimia mengubah pH tanah dan membuatnya menjadi asam. 

Peningkatan keasaman ini dapat membunuh mikroorganisme yang dibutuhkan oleh tanah. Misalnya bakteri pengikat nitrogen, bakteri pembentuk antibiotik, dan juga berbagai macam jamur. Padahal, mikrobioma yang ada didalam tanahlah yang membuat tanah dapat subur dan gembur terus menerus dalam jangka panjang karena aktivitas yang mereka lakukan. Menghilangkan mikrobioma sama saja dengan menghancurkan sumber kesuburan tanah. Apalagi bila menggunakan pestisida kimia sebagai pengendali hama yang memiliki penyusun dari bahan yang beracun.

Penggunaan pestisida yang salah atau pengelolaannya yang tidak bijaksana akan dapat menimbulkan dampak negatif baik langsung maupun tidak langsung bagi kesehatan manusia dan lingkungan. Oleh karena itu, perlu diperhatikan pentingnya penggunaan zat alternatif penyubur tanah selain dengan pupuk dan pestisida kimia yang lebih menonjolkan manfaat kandungan mikrobioma pada tanah.

Mikrobioma tanah adalah seluruh mikroorganisme, materi genetik dan aktivitasnya pada suatu komunitas tanah. Mikrobioma tanah, khususnya dalam pertanian, memiliki peran besar bagi kesuburan tanaman yang tumbuh di atasnya. Terdapat berbagai jenis mikroorganisme yang bermanfaat bagi tanah, tak terkecuali pada tanah pertanian yang menerapkan sistem pertanian organik.

Menurut SNI 6729:2016, sistem pertanian organik adalah sistem manajemen produksi yang holistik untuk meningkatkan dan mengembangkan kesehatan agroekosistem termasuk keragaman hayati, siklus biologi dan aktivitas biologi tanah. Keragaman hayati pada sistem pertanian organik tidak hanya terdiri dari makhluk hidup yang kasat mata seperti cacing tanah dan serangga, tetapi juga makhluk tak kasat mata yaitu mikroorganisme.

Mikrobioma tanah memiliki peran penting dalam pemeliharaan nutrisi tanah. Mikrobioma tanah berasosiasi dengan ekosistem tumbuhan melalui interaksi tumbuhan dan mikroorganisme. Di tanah, mikroorganisme banyak terdapat di horizon tanah yang dekat dengan akar yaitu rizosfer. Hal itu disebabkan adanya pelepasan berbagai macam nutrien dari tumbuhan. Tumbuhan menyekresi berbagai macam nutrisi penting bagi mikroorganisme seperti asam amino, glukosa, fruktosa dan sukrosa. Oleh karena itu, lebih baik memanfaatkan eksistensi mikroba yang ada didalam tanah dengan tidak mengguanakan pupuk kimia secara berlebih yang dapat membunuh semua mikroba daripada bergantung dengan pupuk kimia dan pestisida untuk penumbuhan tumbuhan.

Mahasiswa KKN UNDIP TIM I 2023 mencanangkan program prioritas penggunaan eco enzyme sebagai bahan pengganti pengendali hama dan pupuk kimia. Eco-enzyme adalah hasil dari fermentasi limbah dapur organik seperti ampas buah dan sayuran, gula (gula coklat, gula merah atau gula tebu), dan air. Warnanya coklat gelap dan memiliki aroma fermentasi asam manis yang kuat. Komposisi sampah yaitu 54% berasal dari sampah organik.

Eco Enzyme
Eco Enzyme

Produk eco-enzyme merupakan produk ramah lingkungan yang mudah digunakan dan mudah dibuat. Pembuatan eco-enzym hanya membutuhkan air, gula sebagai sumber karbon, dan sampah organic sayur dan buah. Pemanfaatan eco-enzym dapat dilakukan untuk mengurangi jumlah sampah rumah tangga terutama sampah organic yang komposisinya masih tinggi.

Dalam pembuatannya, eco-enzym membutuhkan container berupa wadah yang terbuat dari plastik, penggunaan bahan yang terbuat dari kaca sangat dihindari karena dapat menyebabkan wadah pecah akibat aktivitas mikroba fermentasi. Eco enzyme tidak memerlukan lahan yang luas untuk proses fermentasi seperti pada pembuatan kompos dan tidak memerlukan bak komposter dengan spesifikasi tertentu.

Jenis sampah organik yang diolah menjadi eco enzyme hanya sisa sayur atau buah yang mentah. Fermentasi yang menghasilkan alkohol dan asam asetat yang bersifat disinfektan hanya dapat diaplikasikan pada produk tanaman karena kandungan karbohidrat (gula) di dalamnya. Proses fermentasi akan berlangsung 3 bulan. Bulan pertama, akan dihasilkan alcohol, kemudian pada bulan kedua akan menghasilkan cuka dan pada bulan ketiga menghasilkan enzyme. Pada bulan ketiga, Eco Enzyme yang dibuat sudah bisa dipanen.

Berikut merupakan beberapa manfaat cairan eco-enzim

  1. Sebagai Pengendali Hama, dan
  2. Pupuk tanaman

Eco-enzyme berguna untuk menyuburkan tanah dan tanaman, menghilangkan hama, dan meningkatkan kualitas dan rasa buah dan sayuran yang kamu tanam. Aplikasi: campurkan 20 ml Eco-enzyme ke dalam 1 liter air. Masukkan campuran larutan air dan Eco-enzyme ini kedalam botol semprot dan semprotkan ke tanah di sekitar tanaman atau langsung ke tanaman kalau tanamannya terkontaminasi oleh hama.

Pembuatan larutan ini cukup sederhana tetapi memerlukan ketelatenan. Caranya adalah dengan mencampurkan air, sisa buah atau sayur yang sudah dicuci bersih, dan gula, ke dalam sebuah wadah tertutup. Komposisinya mengikuti rumus 1:3:10, artinya 10 bagian air, 3 bagian sisa buah-sayur, dan 1 bagian gula. Gula yang dimaksud adalah molase atau gula merah dengan kualitas terbaik, karena jenis gula dapat memengaruhi kualitas produk eco-enzyme yang dihasilkan.

Setelah semua bahan dicampur, wadah tertutup harus disimpan di tempat kering dan sejuk. Buka penutup wadah setiap hari pada minggu pertama untuk menghilangkan gas hasil fermentasi. Kemudian buka penutup wadah setiap dua hari sekali pada minggu kedua, ketiga, dan tutup terus sampai tiga bulan penyimpanan sebelum siap dipanen.

Proses Pelarutan Gula Merah
Proses Pelarutan Gula Merah

Pencampuran Bahan - Bahan Penyusun Eco Enzyme
Pencampuran Bahan - Bahan Penyusun Eco Enzyme
Pencampuran Bahan - Bahan Penyusun Eco Enzyme
Pencampuran Bahan - Bahan Penyusun Eco Enzyme
Pencampuran Bahan - Bahan Penyusun Eco Enzyme
Pencampuran Bahan - Bahan Penyusun Eco Enzyme

Penutupan Wadah dengan Plastik dan Lakban
Penutupan Wadah dengan Plastik dan Lakban

Penutupan atau Penyegelan serta Pelabelan Benda Uji
Penutupan atau Penyegelan serta Pelabelan Benda Uji

Untuk proses pengenalan dan pembudayaan penggunaan eco enzyme, kami Mahasiswa KKN UNDIP TIM I 2023 menggunakan 2 jenis pendekatan. Pendekatan yang pertama yakni dengan menggunakan media sosialisasi pada masyarakat Desa Winduaji yang mayoritas berprofesi sebagai petani. Dengan memanfaatkan platform perkumpulan warga yang diadakan tiap malam jumat pada jamaah tahlil nariyahan, Mahasiswa KKN UNDIP TIM I di Desa Winduaji dapat menjangkau masyarakat luas dalam upaya penyebaran dan pengenalan pemanfaatan eco enzyme. 

Sosialisasi Eco Enzyme pada Kegiatan Tahlil Nariyahan Warga Desa Winduaji
Sosialisasi Eco Enzyme pada Kegiatan Tahlil Nariyahan Warga Desa Winduaji
Sosialisasi Eco Enzyme pada Kegiatan Tahlil Nariyahan Warga Desa Winduaji
Sosialisasi Eco Enzyme pada Kegiatan Tahlil Nariyahan Warga Desa Winduaji

Selain memperkenalkan pada kelompok sasaran yang mayoritas petani dengan kelamin laki - laki, Mahasiswa KKN UNDIP TIM I juga melakukan pengenalan eco enzyme dengan metode sosialisasi pada jamiyah ibu - ibu fatayat NU di Dukuh Winduaji Barat. Dengan mengenalkan pada kelompok sasaran perempuan, diharapkan dalam rumah tangga tersebut nantinya dapat mengelola sampah dengan baik atau bahkan dapat menghasilkan sesuatu yang bernilai.

Pengenalan Eco Enzyme pada Kelompok Sasaran Ibu - Ibu
Pengenalan Eco Enzyme pada Kelompok Sasaran Ibu - Ibu

Untuk lebih memperluas jangkauan sosialisasi, Mahasiswa KKN UNDIP TIM I juga melakukan pengenalan dengan berkeliling dan melakukan penyebaran pamflet yang berisikan cara pembuatan eco enzyme yang disertai dengan penjelasan singkat oleh anggota KKN yang terlibat. Diharapkan, dengan semakin memperluas jangkauan pengenalan, diharapkan penggunaan eco enzyme akan semakin masif dan dapat mengurangi penggunaan pupuk urea atau pestisida yang bersifat kimia. 

Proses Pengenalan Eco Enzyme dengan Turun Langsung ke Area Persawahan di Desa WInduaji
Proses Pengenalan Eco Enzyme dengan Turun Langsung ke Area Persawahan di Desa WInduaji
Proses Pengenalan Eco Enzyme dengan Turun Langsung ke Area Persawahan di Desa WInduaji
Proses Pengenalan Eco Enzyme dengan Turun Langsung ke Area Persawahan di Desa WInduaji
Proses Pengenalan Eco Enzyme dengan Turun Langsung ke Area Persawahan di Desa WInduaji
Proses Pengenalan Eco Enzyme dengan Turun Langsung ke Area Persawahan di Desa WInduaji
Proses Pengenalan Eco Enzyme dengan Turun Langsung ke Area Persawahan di Desa WInduaji
Proses Pengenalan Eco Enzyme dengan Turun Langsung ke Area Persawahan di Desa WInduaji
Proses Pengenalan Eco Enzyme dengan Turun Langsung ke Area Persawahan di Desa WInduaji
Proses Pengenalan Eco Enzyme dengan Turun Langsung ke Area Persawahan di Desa WInduaji

Hal ini tentunya akan berdampak baik pada berbagai sektor. Pada sektor lingkungan, dapat mengurangi penggunaan kimia berbahaya yang dapat merusak kualitas tanah serta udara. Sedangkan pada sektor Kesehatan, manusia yang terlibat dalam pekerjaan sawah atau ladang, dapat lebih aman dari terjadinya keracunan akibat menghirup bahan kimia berlebih dari pupuk atau pestisida kimia. Hal tersebut dikarenakan bahan dari eco enzyme yang terbuat dari alam sehingga bersifat organis dan ramah terhadap lingkungan serta manusia yang terlibat dalam pemakaiannya.

Pada tahap akhir, Mahasiswa KKN UNDIP TIM I di Desa Winduaji membagikan hasil pembuatan eco enzyme yang berhasil pada warga. Pembagian dilakukan dengan menggunakan plastik dengan rincian setiap plastik berisi 20 ml eco enzyme sesuai dengan panduan cara pemakaian (20 ml eco enzyme dicampurkan dengan 1 liter air).

Proses Penyaringan Eco Enzyme yang Sudah Siap Dipanen dan Bagikan
Proses Penyaringan Eco Enzyme yang Sudah Siap Dipanen dan Bagikan

Eco Enzyme yang Sudah di Packing dan Siap Dibagikan
Eco Enzyme yang Sudah di Packing dan Siap Dibagikan

Hal tersebut dilakukan oleh Mahasiswa KKN TIM I UNDIP 2023 untuk memberikan impresi langsung dan contoh nyata pada warga terkait dengan efek dari eco enzyme pada tanaman. Dengan melakukan pembagian hasil pembuatan eco enzyme, diharapkan akan menyadarkan masyarakat mengenai pemanfaatan sampah organik utamanya sampah dari sisa buah dan sayuran.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun