Stunting merupakan masalah gizi kronis yang di akibatkan oleh kurangnya asupan gizi dalam jangka waktu yang Panjang sehingga menyebabkan adanya gangguan pertumbuhan pada anak (Nurwahyuni, dkk. 2023). Stunting juga dapat menyebabkan tinggi badan anak menjadi terhambat jika dibandingkan dengan anak seusianya. Hal tersebut sudah dilakukan sebagai upaya untuk menurunkan angka stunting, salah satunya di wilayah Kelurahan Kotabaru Kota Tasikmalaya.
Guna menurunkan angka stunting yang ada di wilayah tersebut, Universitas Pendidikan Indonesia mengirimkan 9 orang  Mahasiswanya melalui Program Penguatan Mahasiswa Berkelanjutan (P2MB) 2024. Mahasiswa diamanahkan untuk bisa memberikan kontribusi terhadap isu stunting melalui skema Mahasiswa Peduli Stunting (MAHAPENTING) yang terjadi di wilayah Kelurahan Kotabaru Kota Tasikmalaya.
Dalam kegiatan P2MB ini mahasiswa melaksanakan kegiatan validasi data stunting untuk memastikan anak bayi, balita, dan ibu hamil yang dianggap stunting pada saat sebelumnya. Setelah adanya hasil validasi, Mahasiswa dan pihak Puskesmas Cibereum melaksanakan pembagian makanan tambahan (PMT) selama 40 hari pada anak bayi dan balita dan selama 4 bulan pada ibu hamil dengan menu yang sudah ditentukan sesuai dengan usia anak dan kandungan juga sudah seimbang kandungan gizinya.
Namun, para sasaran yang sudah dituju kurang responsif dalam kegiatan validasi data stunting yang diadakan oleh pihak Puskesmas Cibereum dan Mahasiswa P2MB UPI. Para sasaran beranggapan bahwa ia tidak merasa bahwa mereka tidak stunting dan menganggap dirinya sehat serta makanan yang di konsumsi setiap harinya sudah memenuhi gizi yang seimbang dan baik.
Dampak yang diakibatkan dari stunting menurut World Health Organization (WHO) terbagi menjadi dua yaitu jangka pendek dan jangka Panjang. Dampak jangka pendek seperti hal yang dapat menyebabkan adanya Tingkat kematian/mortalitas dan meningkatnya penyakit kronis atau tidak berat/morbiditas seperti adanya penurunan kemampuan kognitif, motorik, dan Bahasa pada balita, juga di bidang ekonomi adanya peningkatan biaya untuk Kesehatan. Dalam jangka Panjang stunting pada bidang Kesehatan berupa tinggi badan yang tidak sesuai dengan usia anak ataupun berat badan berlebih (obesitas).
Rendahnya pendidikan ibu merupakan menjadi salah satu faktor dan penyebab utama pada kejadian stunting pada anak bayi, balita dan ibu hamil di Indonesia. Ibu yang memiliki latar belakang Pendidikan yang tinggi lebih memungkinkan untuk bisa mengambil Keputusan dalam meningkatkan dan memberikan asupan gizi juga Kesehatan bagi anak-anaknya. Tingkat Pendidikan ibu dapat menentukan mudah atau tidaknya ibu dalam menerima dan mencari informasi juga pengetahuan terhadap gizi yang harus diperoleh oleh tubuh anaknya. Risiko dari stunting di antaranya seperti kemiskinan dan kondisi sosial ekonomi sehingga adanya keterbatasan untuk memakan makanan bergizi serta terbatasnya akses pelayanan Kesehatan, selain itu juga yang menjadi risiko lainnya adalah kehamilan remaja atau ibu muda yang cenderung memiliki risiko lebih tinggi untuk melahirkan bayi dengan kondisi stunting karena tubuh ibu tersebut mungkin belum sepenuhnya siap untuk mendukung pertumbuhan janin.
Untuk menerapkan pencegahan stunting dengan lebih baik ibu dapat memberikan asi selama 6 bulan pertama terhadap anaknya sesuai dengan takaran ataupun arahan dari bidang Kesehatan setempat, memberikan asupan makanan yang bergizi, mengikuti posyandu secara rutin serta menjaga kebersihan air dan sanitasi.
Jadi, Stunting adalah masalah gizi kronis yang disebabkan oleh kurangnya asupan gizi dalam jangka waktu yang panjang dan dapat menyebabkan gangguan pertumbuhan pada anak. Mahasiswa KKN UPI di Kelurahan Kotabaru membantu Puskesmas Cibereum melakukan validasi data stunting. Mereka melaksanakan kegiatan validasi data stunting untuk memastikan anak bayi, balita, dan ibu hamil yang dianggap stunting sebelumnya. Setelah validasi, mereka melaksanakan pembagian makanan tambahan (PMT) selama 40 hari pada anak bayi dan balita, serta 4 bulan pada ibu hamil. Namun, masyarakat yang dituju kurang responsif dan merasa sehat serta menganggap makanan yang mereka konsumsi sudah seimbang gizinya. Dampak stunting dapat berdampak jangka pendek seperti penurunan kemampuan kognitif, motorik, dan bahasa pada balita, serta peningkatan biaya kesehatan. Sementara dampak jangka panjang meliputi tinggi badan dan berat badan berlebih. Faktor utama stunting adalah rendahnya pendidikan ibu dan kondisi sosial ekonomi. Risiko lainnya termasuk kehamilan remaja dan akses terbatas terhadap pelayanan kesehatan. Untuk mencegah stunting, ibu dapat memberikan ASI selama 6 bulan pertama, memberikan makanan bergizi, mengikuti posyandu, dan menjaga kebersihan air dan sanitasi. Pihak Puskesmas Cibereum berharap bahwa validasi data dan pemberian PMT dapat memperbaiki kekurangan gizi yang sebelumnya belum seimbang menjadi seimbang.
Mahasiswa dan pihak Puskesmas Cibereum berharap dari adanya validasi data dan pemberian makanan tambahan (PMT) yang diberikan dapat memperbaiki gizi yang pada saat sebelumnya belum seimbang menjadi seimbang.