Berada di Kabupaten Sidoarjo Kecamatan Balongbendo, Desa Penambangan menjadi tujuan lokasi Kuliah Kerja Nyata (KKN) para mahasiswa Universitas Negeri Surabaya kelompok Sidoarjo 13 tim 2 yang beranggotakan 15 mahasiswa. Desa ini terpilih dari beberapa kandidat yang telah dicalonkan sebelumnya. Salah satu alasan terbesar terpilihnya desa Penambangan ini karena keramah tamahan dan keterbukaan para warganya terhadap para pendatang atau para penggagas kegiatan apapun yang ingin mengadakan program kegiatan di daerah tersebut. Sekilas desa ini tampak tak ada beda dengan desa-desa pada umumnya namun ternyata meskipun berada di kawasan pedesaan, desa Penambangan ini merupakan desa dengan padat penduduk. Desa ini memiliki banyak “jalan tikus” yang hanya bisa dilewati dengan meggunakan sepeda motor atau bahkan hanya bisa dilewati dengan berjalan kaki.
Sungguh bukti keramah tamahan yang tak dapat dielakkan. Ditengah pelaksanaan kegiatan pun terdapat hal yang menarik perhatian, banyak dari warga Penambangan yang mencari rejeki sebagai pengemas arang yang diproduksi oleh salah satu pabrik. Warga hanya perlu mengemas dan jika telah selesai arang tersebut akan dikembalikan ke pabrik lalu para warga akan mendapatkan upah Rp 300,- per kemasan yang telah diselesaikan.
Oleh karena itu, untuk semakin menumbuhkan rasa keakraban antara para mahasiswa, karang taruna, dan perangkat desa, Bapak Masrum selaku penanggung jawab kegiatan KKN yang dilakukan para mahasiswa di desa Penambangan mengajak untuk lebih mengenal apa saja hal-hal yang ada di desa Penambangan. Salah satunya mengajak para mahasiswa mengarungi sungai di perbatasan desa.
Di sana terdapat transportasi yang digunakan para warga desa Penambangan jika ingin ke desa sebrang yang merupakan masuk kedalam wilayah Kabupaten Gresik, yaitu daerah Wringinanom. Transportasi yang digunakan para warga tergolong masih tradisional. Para warga menyebutnya “nambang” yaitu menggunakan papan kayu yang disusun atau biasa juga disebut getek. Untuk menggerakannya menggunakan tali tambang yang diikat dari ujung ke ujung tepi sungai. Namun itu dulu, kata Bapak Masrum sekarang sudah tidak menggunakan tali tambang untuk menggerakannya, dan beralih menggunakan bambu panjang yang digunakan seperti dayung.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H