Ditulis oleh: KKN UMD 309 (22/07/2024)
Ketahanan pangan merupakan isu krusial dalam permasalahan yang dihadapi oleh negara. Terutama bagi sektor yang mengandalkan pertanian sebagai sumber utama pangan dan kebutuhan. Tantangan besar yang saat ini dihadapi oleh petani adalah hama tikus yang merusak tanaman dan mengurangi hasil panen. Di Desa Tegalharjo, serangan hama tikus menjadi tantangan setiap musim tanam. Tikus merusak banyak lahan petani baik itu padi, jagung maupun tanaman lain yang ditanam di sawah. "Setiap musim tanam, tikus ga pilih-pilih, semuanya dirusak. Hasil panen di sawah saya juga menurun drastis" kata Basiri, salah satu petani di Desa Tegalharjo, Kamis (11/07/2024). Hampir seluruh petani di desa Tegalharjo mengeluhkan banyaknya serangan tikus yang merusak kebun mereka. Kurangnya kekompakan petani untuk melakukan rotasi tanam menjadi salah satu penyebab merebaknya hama tikus. Menurut Basiri saat ditemui di kediamannya, daerah Tegalharjo tidak pernah kekurangan air irigasi meskipun musim kemarau sehingga petani tidak melakukan rotasi tanam dan tidak mau menanam komoditas yang sama secara serentak.
Saat menghadiri pertemuan rutinan dengan Gapoktan Desa Tegalharjo, petani menyampaikan keluhan yang sama. Mahasiswa KKN UNEJ 309 Tegalharjo yang turut menghadiri pertemuan itu pun mengikuti diskusi bersama. Pada diskusi itu, mahasiswa KKN memberikan saran untuk menggunakan burung hantu sebagai pengendali hama tikus dengan memanfaatkan ekosistem alam. Burung hantu akan mendiami suatu tempat jika di daerah itu terdapat banyak makanan. Namun karena di lahan persawahan biasanya tidak ada pohon besar yang dapat digunakan burung hantu untuk tinggal, maka burung hantu tidak menetap di tempat itu. Sehingga, jika diberikan fasilitas rumah burung hantu maka akan mengundang para Tyto alba untuk menetap di areal persawahan.
"Memang burung hantu sangat efektif untuk mengurangi populasi tikus, biasanya dalam semalam burung hantu dapat membunuh 10-12 ekor tikus. Tapi yang akan dimakan oleh burung hantu hanya satu atau dua saja" kata Liris, selaku PPL Desa Tegalharjo, pada Jum'at (12/07/2024). Rumah Burung Hantu Pengendali Hama (RUBUMA) adalah konsep pemasangan rumah burung hantu yang dirancang untuk menarik dan memelihara populasi Tyto alba di area pertanian. Pembangunan rumah burung hantu ini cukup sederhana dan tidak memerlukan biaya besar. Rumah burung hantu dapat dibuat dari kayu, ditempatkan pada tiang yang tinggi, dan di lokasi yang strategis di sekitar lahan pertanian. RUBUMA (Rumah Burung Hantu Pembasmi Hama) adalah strategi inovatif dan ramah lingkungan untuk meningkatkan ketahanan pangan melalui pengendalian hama tikus secara alami. Dengan memfasilitasi Tyto alba, petani dapat mengurangi kerugian akibat hama tikus, meningkatkan hasil panen, dan mendukung keberlanjutan lingkungan. Implementasi RUBUMA di lahan pertanian merupakan langkah penting menuju pertanian yang lebih berkelanjutan dan tangguh di masa depan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H