Sampah merupakan masalah sosial yang sangat sulit untuk diselesaikan. Selama ini, masyarakat Desa Tamanayu, Kecamatan Pronojiwo masih melakukan praktik membakar sampah di area pinggir jalan, dan menyebabkan polusi yang dapat mengganggu kenyamanan. Dalam upaya meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap pentingnya menjaga kebersihan lingkungan, tim Kuliah Kerja Nyata (KKN) UMD 289 Universitas Jember (UNEJ) yang beranggotakan 11 mahasiswa yaitu Adinda Naura Sania, Bintang Febriansyah, Mariano Afandi, Nanda Rexgina Putri, Ketrin Sani Sipayung, Wisnuwardhana, Ayomi Putri Aulia, Annisa Az Zahra, Fatach Toriqo Abimanyu, Alvito Giovanni, dan Anandia Zeeta Virginia yang dibimbing oleh Dosen Pembimbing Lapangan dr. Muhammad Afiful Jauhani, S.H., M.H., Sp.F.M. berkolaborasi dengan Komunitas Pecinta Lingkungan (KOPLING) selama pelaksanaan Festival Salak di Desa Tamanayu, Kecamatan Pronojiwo, Kabupaten Lumajang. Acara yang digelar pada 14 Agustus ini berhasil memadukan aspek promosi komoditas lokal dengan pesan penting tentang pelestarian lingkungan.
Lumajang, 14 Agustus 2024 --Inisiatif pengadaan tong sampah minim asap (smokeless barrel) yang dilakukan oleh Tim KKN UMD 289 dan KOPLING menjadi salah satu sorotan utama dalam festival ini. Dengan menyediakan fasilitas ini, mereka bertujuan untuk meminimalkan dampak dari praktik pembakaran sampah yang berpotensi mencemari udara. Solusi tersebut tak hanya menjaga kebersihan lingkungan selama acara berlangsung, tetapi juga mendukung pengurangan polusi udara yang sering terjadi akibat penanganan sampah yang kurang tepat.
"Kesadaran akan lingkungan adalah hal yang penting, terutama di acara seperti festival ini yang melibatkan banyak orang. Kami berharap tong sampah minim asap ini dapat menjadi langkah awal bagi masyarakat untuk lebih peduli terhadap lingkungan dari kebiasaan sehari-hari," ujar Riko perwakilan Tim KKN UMD 289.
Kerjasama dengan KOPLING, yang selama ini dikenal sebagai komunitas yang aktif dalam gerakan pelestarian lingkungan, menjadi contoh sinergi yang efektif dalam menciptakan dampak positif di tengah masyarakat. Pengunjung festival mengapresiasi langkah ini, yang selain mempromosikan buah salak sebagai ikon daerah, juga mendorong perilaku yang lebih bertanggung jawab terhadap lingkungan.
"Kami sangat mengapresiasi inisiatif dari mahasiswa KKN UNEJ dan KOPLING. Ini adalah langkah kecil, tapi berdampak besar bagi kebersihan dan kesehatan lingkungan di sekitar kita," kata Pak Bakat, salah satu warga Tamanayu yang turut menghadiri festival.
Festival Salak Tamanayu tidak hanya menjadi ajang promosi komoditas unggulan daerah, tetapi juga sebagai platform untuk mengedukasi masyarakat tentang pentingnya menjaga lingkungan demi masa depan yang lebih bersih dan sehat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H