Wonogiri (26/07/2023) - Jagung merupakan salah satu hasil bumi yang menjadi komoditas utama di Desa Kulurejo. Biasanya, setelah panen, jagung akan dikeringkan di bawah matahari selama tiga sampai enam hari, tergantung kondisi cuaca, kemudian dipisahkan biji dengan bonggolnya. Biji tersebut akan dijual, namun bonggolnya hanya akan dikumpulkan kemudian dibakar menjadi abu.
Melihat kondisi demikian, Mahasiswa KKN Tim II Undip Desa Kulurejo, Kecamatan Nguntoronadi, Kabupaten Wonogiri mencanangkan suatu program pelatihan pembuatan arang briket bagi warga Desa Kulurejo, khususnya dari kelompok petani jagung. Tujuannya tidak lain dan tidak bukan adalah pendayagunaan lebih lanjut dari bonggol jagung tersebut agar alih-alih menjadi limbah organik disia-siakan, bonggol-bonggol ini bisa menjadi suatu produk yang memiliki nilai dan potensi ekonomi.
Arang briket sendiri adalah arang biasa yang telah melalui proses pengolahan lebih lanjut hingga menjadi jenis arang baru yang memiliki nila jual. Umumnya, arang briket yang ditemui di pasaran menggunakan arang dari hasil pembakaran batok kelapa sebagai bahan dasar. Per tahun 2019, Indonesia telah menguasai pasar arang briket sebesar 85%, dengan total import sebesar $1.13 Juta USD di Mesir. Untuk negara-negara seperti Timur Tengah, Eropa, dan Amerika, harga arang briket telah mencapai $1.300 USD per ton nya. Nilai ekonomi tersebut tentu bukan nilai yang bisa diabaikan, jika penjualan arang briket ini dapat dimaksimalkan.
Oleh karena itu, pada Rabu, 26 Juli 2023 Mahasiswa  KKN Tim II Undip Desa Kulurejo mengadakan kegiatan pelatihan pembuatan arang briket di Desa Kulurejo, tepatnya di RW 4 Dusun Papringan, Kecamatan Nguntoronadi, Kabupaten Wonogiri, Jawa Tengah. Pelatihan ini mengundang perwakilan kelompok tani dari setiap dusun yang berjumlah total 26 orang, juga dihadiri oleh Kepala Desa Kulurejo sendiri, yaitu Pak Aris Artanto S.E. Kegiatan diawali dengan pembukaan oleh Koordinator Desa, Anjani Arum Astuti, kemudian pemberian kata sambutan oleh kepala desa, dilanjutkan dengan pemberian materi melalui praktik langsung yang diperagakan oleh perwakilan teman-teman KKN.Â
Pembuatan arang briket dari bonggol jagung ini sendiri cukup sederhana. Setelah bonggol jagung dibakar melalui proses pembakaran tidak sempurna, sehingga menghasilkan arang  yang masih padat dan kering, arang tersebut ditumbuk hingga halus, kemudian disaring secara berulang hingga tidak ada butiran yang terbuang. Setelahnya, butiran arang yang sudah halus dicampur dengan tepung kanji dan air hingga berubah menjadi adonan yang padat dan elastis. Adonan tersebut dicetak, bisa secara manual menggunakan tangan, atau bisa juga menggunakan mesin cetak hidrolik bertekanan tinggi. Setelah dicetak, adonan didinginkan selama dua sampai tiga hari hingga kering, dan hasil akhirnya adalah arang briket yang solid, kuat, rendah kadar air, dan bisa menghasilkan pembakaran yang tahan lama.
Kegiatan pelatihan ini berjalan lancar dan penuh antusiasme dari para undangan, juga beberapa masyarakat di luar undangan yang turut hadir meramaikan kegiatan. Beragam pertanyaan dilontarkan dan dapat dijawab dengan baik oleh teman-teman KKN. Di samping itu, media cetak berupa brosur yang digunakan juga turut menunjang keberjalanan kegiatan dan memberikan edukasi yang cukup untuk meningkatkan pemahaman masyarakat terkait potensi dari arang briket ini. Hasil yang diharapkan dari kegiatan pelatihan ini adalah masyarakat lebih bisa memanfaatkan limbah-limbah di sekitar mereka, bukan hanya bonggol jagung saja, tapi juga limbah-limbah lainnya yang awalnya dikira tidak memiliki kegunaan, namun ternyata bisa menjadi sesuatu yang jauh lebih bermanfaat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H