Usia, Riwayat Pengobatan, dan Riwayat Diabetes Mellitus Ditemukan Memiliki Hubungan dengan Terjadinya Kasus Resistensi Obat pada Pasien Tuberkulosis
Tim peneliti dari program studi S1 Ilmu Kesehatan Masyarakat, Universitas Negeri Malang telah melakukan penelitian terkait faktor risiko yang berhubungan dengan terjadinya resistensi obat pada penderita Tuberkulosis di Kota Malang. Penelitian dilakukan dengan sumber data yang didapatkan dari data Sistem Informasi Tuberkulosis (SITB) Kota Malang yang berasal dari Dinas Kesehatan Kota Malang.Â
Secara global Tuberkulosis (TB) masih menjadi salah satu dari sepuluh penyebab utama kematian di seluruh dunia dan penyebab utama kematian yang disebabkan oleh agen infeksi yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis. World Health Organization (WHO) melaporkan peningkatan angka insiden kasus baru dan tingkat kematian karena TB.Â
Indonesia menempati posisi kedua sebagai negara yang memiliki jumlah kasus TB paling tinggi di dunia, setelah sebelumnya berada di peringkat tiga pada tahun 2020 (WHO, 2022). Provinsi Jawa Timur menduduki peringkat ke-3 dengan wilayah paling banyak menyumbangkan kasus TB di Indonesia yaitu sebanyak 43.248 kasus (Dinkes Jawa Timur, 2021). Kota Malang sebagai salah satu kota di Jawa Timur menyumbangkan kasus TB yang cukup tinggi. Dalam rentang waktu tiga tahun terakhir, terdapat peningkatan yang konsisten dalam jumlah kasus tuberkulosis (TB) di Kota Malang. Pada tahun 2020 sebanyak 1.315 kasus (Dinkes Kota Malang, 2020) meningkat pada tahun 2021 dengan jumlah 1.438 kasus (Dinkes Kota Malang, 2021) dan pada tahun 2022 terdapat 2.216 kasus TB di Kota Malang (Dinkes Kota Malang, 2022).Â
Dalam 20 tahun terakhir terdapat permasalahan lain yang berkaitan dengan penyakit TB yakni meluasnya kasus TB dengan Resisten Obat (TB-RO) yaitu keadaan pada penderita TB di mana bakteri Mycobacterium tuberculosis tidak lagi dapat dihancurkan oleh satu atau lebih Obat Anti Tuberkulosis (OAT). TB-RO merupakan ancaman terhadap pengendalian TB global dan terus menjadi hambatan dalam upaya pengendalian TB karena durasi pengobatan yang panjang, tingginya persentase kegagalan dalam pengobatan, dan efek samping obat yang lebih tinggi dibandingkan TB pada umumnya.Â
Secara global, perkiraan jumlah orang yang menderita TB-RO (TB-MDR dan atau TB-RR) setiap tahun relatif stabil antara tahun 2015 dan 2020, namun pada tahun 2021 mengalami peningkatan kasus. Diperkirakan terdapat 450.000 kasus insiden pada tahun 2021, naik 3,1% dari 437.000 pada tahun 2020 (WHO, 2022). Indonesia masuk dalam daftar 30 negara dengan tingkat kasus TB-RO yang tinggi, meskipun prevalensi TB-RO cenderung menurun dari 26.000 kasus pada tahun 2015 menjadi 24.000 kasus pada tahun 2020. Namun, pada tahun 2021 mengalami peningkatan kasus menjadi 28.000 kasus, melebihi angka kejadian pada tahun 2015 (WHO, 2022). Sementara itu, di Provinsi Jawa Timur terdapat 684 kasus TB-RO (Dinkes Jawa Timur, 2021).
Dalam ilmu epidemiologi, faktor-faktor yang berpotensi menyebabkan permasalahan kesehatan mencakup faktor manusia, tempat, dan waktu. Faktor manusia merujuk pada ciri-ciri individu yang memengaruhi tingkat kepekaan terhadap penyakit. Ciri-ciri manusia ini dapat meliputi faktor genetik, usia, jenis kelamin, pekerjaan, kebiasaan, dan status sosial ekonomi(Irwan, 2017). Jenis kelamin dan usia merupakan faktor karakteristik pada penderita TB yang dapat berkontribusi pada terjadinya TB-RO.
Penelitian dengan judul "Analisis Karakteristik Pasien Tuberkulosis dengan Resisten Obat di Kota Malang Tahun 2020-Semester I 2023" dilaksanakan mulai dari bulan Agustus 2023 s.d. bulan Januari 2024. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pasien TB di Kota Malang yang tercatat dalam SITB Kota Malang tahun 2020--Semester I 2023 dengan sampel sejumlah 2.774 sampel. Data yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari sumber data sekunder yang didapatkan dari dokumen Sistem Informasi Tuberkulosis (SITB) Kota Malang tahun 2020-Semester I 2023.Â
Berdasarkan hasil analisis data Sistem Informasi Tuberkulosis (SITB), ditemukan bahwa karakteristik pasien yakni usia, riwayat pengobatan, dan riwayat DM memiliki hubungan dengan terjadinya TB-RO di Kota Malang tahun 2020-Semester I 2023. Sementara itu, karakteristik pasien yaitu jenis kelamin tidak terbukti berhubungan dengan terjadinya TB-RO. Riwayat pengobatan menjadi variabel yang memiliki hubungan paling dominan dengan terjadinya resistensi OAT pada pasien TB di Kota Malang tahun 2020-Semester I 2023 dengan nilai OR sebesar 8,1.Â
Diharapkan bahwa hasil penelitian ini bisa menjadi panduan dan gambaran bagi masyarakat dan Dinas Kesehatan Kota Malang mengenai karakteristik pasien TB-RO dan hubungannya dengan terjadinya TB-RO. Temuan dari studi ini dapat menjadi bahan pertimbangan untuk instansi Dinas Kesehatan Kota Malang dalam evaluasi serta perencanaan program penanggulangan dan pencegahan TB-RO.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H